Untuk mengurangi dampak negatif gadget memberikan ruang tempat bermain dan literasi bagi anak perempuan, seperti membaca buku, majalah, dsb, tidak hanya tekstual tapi juga harus diimbangi membaca keadaan sekitar yang bersifat kontekstual dengan akal sehat dan hati nurani. Jika hanya bersifat tekstual saja maka akan memiliki pemahaman sempit.
Belajar terbiasa untuk membuat dan berkarya daripada membeli, boleh membeli asal untuk mendukung karya, bukan hanya membeli terus menerus lalu buang.
Membeli barang-barang yang aktif bukan hanya pasif seperti mainan hanya sekedar hiasan atau pajangan tapi harus dipakai seperti menggerakkan motorik, mengandung unsur kognitif seperti mainan figur untuk bercerita, kuas dan cat untuk melukis, dsb.
Anak perempuan mengenal seni dan budaya lokal
Mengenalkan anak perempuan dengan budaya dan kearifan lokal seperti tarian adat, dolanan, gamelan, museum, sejarah, membatik, melukis, memasak, menjahit, dan pengetahuan harus dilestarikan agar mengenal tradisi leluhur nenek moyangnya, bukan terasing dari negerinya sendiri.
Menggunakan bahasa lokal untuk dipakai sehari hari bukan mendewakan bahasa asing. Bahasa ibu amatlah penting, siapalagi kalau bukan generasi perempuan yang mengajarkan dan melestarikan bahasa ibu agar tidak sampai punah hanya karena melupakan bahasa sendiri.
Perlu juga menghargai perbedaan suku Indonesia, bhineka tunggal ika berbeda beda tetapi tetap satu jua. Belajar apa saja dan dimana saja bukan hanya di bangku sekolah, pengalaman adalah guru terbaik, dan sekolah terbaik adalah sekolah kehidupan.
Perlu perhatian akan pendidikan khusus perempuan, perlu adanya sistem yang membentuk pendidikan anak perempuan di setiap daerah pedesaan dan perkotaan, seperti fasilitas perpustakaan, ruang seni budaya, belajar kekayaan alam lokal, dsb. jadi anak perempuan tidak hanya sekedar diisi sekolah, les, mengerjakan PR, yang monoton.
Jika ingin membangun peradaban generasi perempuan maka harus ada pemberdayaan dan pemenuhan hak anak khususnya perempuan. Selain itu, tugas pendidikan anak perempuan menjadi tugas bersama dimulai dari pendidikan keluarga, lembaga pendidikan formal atau informal, dan masyarakat serta peran pemerintah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H