Mohon tunggu...
Citra Melati
Citra Melati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perempuan dan manusia yang mencurahkan perasaan, emosi dan pikirannya melalui tulisan.

Kebebasan berpikir dan berpendapat adalah hak setiap manusia (bukan 𝘢𝘥 𝘩𝘰𝘮𝘪𝘯𝘦𝘮). Pikiran tak harus obyektif, pikiran subyektif diperlukan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peradaban Dimulai dari Perempuan, Maka Didiklah!

7 April 2021   23:37 Diperbarui: 7 April 2021   23:40 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk mengurangi dampak negatif gadget memberikan ruang tempat bermain dan literasi bagi anak perempuan, seperti membaca buku, majalah, dsb, tidak hanya tekstual tapi juga harus diimbangi membaca keadaan sekitar yang bersifat kontekstual dengan akal sehat dan hati nurani. Jika hanya bersifat tekstual saja maka akan memiliki pemahaman sempit.

Belajar terbiasa untuk membuat dan berkarya daripada membeli, boleh membeli asal untuk mendukung karya, bukan hanya membeli terus menerus lalu buang. 

Membeli barang-barang yang aktif bukan hanya pasif seperti mainan hanya sekedar hiasan atau pajangan tapi harus dipakai seperti menggerakkan motorik, mengandung unsur kognitif seperti mainan figur untuk bercerita, kuas dan cat untuk melukis, dsb.

Anak perempuan mengenal seni dan budaya lokal

Mengenalkan anak perempuan dengan budaya dan kearifan lokal seperti tarian adat, dolanan, gamelan, museum, sejarah, membatik, melukis, memasak, menjahit, dan pengetahuan harus dilestarikan agar mengenal tradisi leluhur nenek moyangnya, bukan terasing dari negerinya sendiri.

Menggunakan bahasa lokal untuk dipakai sehari hari bukan mendewakan bahasa asing. Bahasa ibu amatlah penting, siapalagi kalau bukan generasi perempuan yang mengajarkan dan melestarikan bahasa ibu agar tidak sampai punah hanya karena melupakan bahasa sendiri. 

Perlu juga menghargai perbedaan suku Indonesia, bhineka tunggal ika berbeda beda tetapi tetap satu jua. Belajar apa saja dan dimana saja bukan hanya di bangku sekolah, pengalaman adalah guru terbaik, dan sekolah terbaik adalah sekolah kehidupan.

Perlu perhatian akan pendidikan khusus perempuan, perlu adanya sistem yang membentuk pendidikan anak perempuan di setiap daerah pedesaan dan perkotaan, seperti fasilitas perpustakaan, ruang seni budaya, belajar kekayaan alam lokal, dsb. jadi anak perempuan tidak hanya sekedar diisi sekolah, les, mengerjakan PR, yang monoton.  

Jika ingin membangun peradaban generasi perempuan maka harus ada pemberdayaan dan pemenuhan hak anak khususnya perempuan. Selain itu, tugas pendidikan anak perempuan menjadi tugas bersama dimulai dari pendidikan keluarga, lembaga pendidikan formal atau informal, dan masyarakat serta peran pemerintah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun