Mohon tunggu...
Dewi M Rangkuti
Dewi M Rangkuti Mohon Tunggu...

@cmahrani

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Input Pengajar Berkualitas Menghasilkan Output Murid Berkelas

7 Agustus 2014   12:12 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:12 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407362459181129562

[caption id="attachment_318157" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi"][/caption]

Judul Buku : OASE PENDIDIKAN DI INDONESIA Kisah Inspiratif Para Pendidik

Penulis : Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan

Tahun Buku : cetakan I, 2014

Ukuran Buku : 23cm x 15cm

Tebal Buku : 260 Halaman

Editor & Penyelaras Akhir : Bambang Wisudo, Lisa Esti Puji Hartanti

Penerbit : Tanoto Foundation & Raih Asa Sukses (Penebar Swadaya Grup)

____

Bentuk apresiasi terbaik kepada sang penulis adalah me-review sebuah buku hasil karyanya.

Buku ini berisikan tiga bahagian penting dalam kumpulan kisah inspiratif para pendidik dari berbagai sekolah dan wilayah yang berbeda-beda. Pertama, Pembelajaran Yang Memerdekakan. Kedua, Anak Dan Komunitas Belajarnya. Dan Ketiga, Membangun Profesionalisme Guru.

Pembelajaran Yang Memerdekakan. Mengisahkan tentang makna kejujuran dan keikhlasan bagi anak-anak. Bu Wahya (Sri Wahyaningsih) adalah pendiri sekolah Sanggar Anak Alam yang disebut juga Salam di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Anak-anak di Salam terbiasa mandi di sekolah karena mereka bermain di kebun atau sungai kecil di sekitar sekolah. Suatu hari saat anak-anak sedang mengantri mandi diributkan oleh suara dari kamar mandi yang ternyata satu dari anak-anak kakinya terluka oleh gentong yang pecah. Dia adalah Ken, yang pernah masuk ke dalam gentong. Anak-anak lainnya ribut karena panik dan ketakutan. Beberapa saat Bu Wahya mengajak anak-anak untuk menceritakan bagaimana kejadian sebenarnya dengan mengizinkan setiap anak berbicara sesuai dengan kejadian yang mereka alami. Oka adalah satu anak yang awalnya ragu untuk berkata jujur, namun anak lainnya bercerita sesuai dengan apa yang sudah mereka alami. Bu Wahya mengajak anak-anak untuk mengutarakan sendiri apa yang ada dalam pikiran mereka setelah mereka melihat sendiri kejadian apa yang sudah terjadi di depan mata mereka. Anak-anak kemudian mengerti apa akibatnya bila berkata jujur dan bagaimana pula bila berkata tidak jujur.

Anak-anak Salam juga memiliki kebiasaan menabung di sekolah dengan celengan masing-masing yang disimpan di sekolah. Suatu hari celengan hilang dan mereka sedih karena uang yang telah dikumpulin selama ini hilang begitu saja tanpa diketahui siapa yang sudah mengambilnya tanpa izin. Anak-anak mengerti bagaimana akibatnya apabila mengambil barang orang lain tanpa izin dan apa yang harus dilakukan apabila barang milik kita sudah tidak tahu lagi keberadaannya dimana. Mereka mencoba belajar ikhlas membiarkan uang yang telah mereka kumpulkan selama ini hilang dan tetap berusaha kembali menabung uang lalu mencari solusi bagaimana agar celengan di sekolah tidak hilang untuk kedua kalinya.

Siapa saja dan darimana saja anak berasal boleh bersekolah di Semesta Hati. Anak bandel sekalipun yang bernama Gios. Gios suka membuat keributan di kelas dan bersikap lain dari anak-anak yang ada di kelasnya. Bu guru yang menangani Gios di kelas mencoba mengambil sikap untuk mengikuti apa kemauan Gios melalui bagaimana membuat Gios bisa merasa nyaman berada di sekolah tersebut. Semesta Hati mendidik anak supaya merasa nyaman di sekolah tanpa harus merasa terpaksa belajar di sekolah tersebut. Dan hasil belajar Gios pun menunjukkan perubahan.

Anak-anak di sekolah diajarkan untuk bagaimana melakukan hal yang benar meski sulit sekalipun yang pada akhirnya menjadikan anak didik merasa nyaman dan merdeka berada di sekolah mereka sendiri tanpa harus bermalasan untuk belajar di sekolah.

Anak Dan Komunitas Belajarnya. Sekolah menjadikan anak didik terampil dan semakin cerdas. Rizki adalah salah satu anak yang duduk di kelas 1 SMP. Hidup di keluarga tidak mampu, kadang-kadang orang tuanya bekerja dan kadang tidak karena keduanya sakit-sakitan. Rizki dibimbing di sekolahnya hingga menjadi pintar/terampil dan itulah yang menjadi harapan kedua orang tua Rizki sepenuhnya kepada guru Rizki. SMP 2 Pagedangan adalah tempat Rizki bersekolah. Guru di sekolah itu mengadakan kegiatan pembuatan jepit rambut yang merupakan bagian dari pendidikan kecakapan hidup yang terdapat di dalam kurikulum. Ternyata usaha ini menjadikan sekolah mereka unggul di mata Dinas Pendidikan setempat juga membawa keuntungan bagi anak-anak karena mereka memperoleh beasiswa dari jepit rambut dan sekaligus sepeda sebagai alat transportasi yang sangat mendukung kegiatan sekolah mereka.

Selain itu, anak-anak di sekolah belajar memaknai kebebasan sehingga mendorong mereka selalu bersemangat pergi ke sekolah tanpa harus bermalas-malasan karena sekolah merupakan tempat yang menjadikan anak-anak merasa nyaman.

Membangun Profesionalisme Guru. Seorang guru harus mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru atau biasa disingkat PLPG untuk mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional. Guru yang sudah mengikuti sertifikasi berhak mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional. Sertifikasi berarti tambahan penghasilan satu kali gaji pokok bagi pegawai negeri dan Rp 1.500.000,00 bagi guru swasta. Ia adalah seorang bernama Pak Dadang. Pak Dadang beserta istri berprofesi sebagai seorang guru. Dari uang sertifikasi mereka tersebut bila diakumulasikan maka uang tersebut akan dipergunakan untuk membeli mobil yang bisa dilakukan dengan kredit dan tunai. Banyak keuntungan dari mendapatkan sertifikat sebagai guru profesional. Ini yang mengakibatkan banyak guru berlomba-lomba memperolehnya sebab profesi guru kembali diminati.

Dasar hukum pelaksanaan sertifikasi, yaitu Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dan menguasai kompetensi.

Peningkatan kualitas guru amat penting dengan mengupayakan sertifikasi sebagai proses perubahan. Dimana salah satu upaya membangun gerakan guru transformatif melalui pelatihan guru transformatif yang merupakan salah satu kegiatan Koalisi Pendidikan dalam rangka penguatan guru di Indonesia. Model guru yang dibangun oleh Koalisi Pendidikan dan jaringan-jaringanny adalah guru intelektual transformatif dengan perspektif pedagogi kritis. Karena guru sebagai pendidik merupakan motor perubahan dari akar rumput.

**

Kisah inspiratif para pendidik di atas, sudah menggambarkan secara langsung bagaimana penyebaran pendidikan di Indonesia hingga 68 tahun merdeka. Fenomena pendidikan di Indonesia yang terlihat sekarang ini memang lebih menitikberatkan pada fasilitas yang minim. Mulai dari kurangnya tenaga pengajar yang berkualitas, tempat yang tidak nyaman untuk belajar, alat-alat pendukung pembelajaran yang terbatas hingga harga buku-buku yang terkadang tak dapat dijangkau. Masalah ini yang memicu rendahnya pendidikan di Indonesia. Padahal, masalah pendidikan adalah masalah yang utama untuk dicari jalan keluarnya.

Tidak itu saja, pada kenyataannya sering guru tidak memiliki pemahaman tentang kondisi anak didik sehingga perlakuan yang dilakukan oleh guru di kelas pun tidak optimal atau tidak sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan anak didik. Guru adalah sosok terpenting dalam dunia pendidkan. Diperlukan kompetensi khusus bagi para guru dalam menerapkan bagaimana cara-cara khusus mendekatkan diri pada anak didik sehingga tidak menjadi sosok yang ditakuti namun menjadi sosok yang disegani dan selalu ingin didekati oleh para anak didik. Merasa nyaman bersama para guru juga jalan meningkatkan pendidikan mereka. Karena menciptakan pendidik yang berkualitas menghasilkan anak didik yang berkelas.

Fenomena sertifikat sebagai guru profesional. Adapun yang menjadi perhatian khusus adalah guru-guru yang beramai-ramai memperoleh sertifikat profesional (sertifikasi) sebahagian terlihat tidak fokus menambah kompetensi khusus sebagai upaya mengkualitaskan kemampuan mendidik. Besarnya keuntungan kenaikan gaji yang didapat setelah sertifikasi belum terlihat langsung pada meningkatnya kualitas pendidikan Indonesia. Berbeda kondisi proses belajar mengajar antara di kota-kota dan di daerah-daerah terpencil pelosok negeri ini. Ketidakhadiran guru di kelas, fasilitas sekolah yang masih terbatas hingga kecurangan dalam Ujian Nasional (UN).

Apabila masalah pendidikan sudah dapat dengan mudah kita atasi maka kita sudah memutuskan lingkaran setan kemiskinan yang merupakan solusi. Membangun negeri adalah dengan mengkualitaskan sumber daya manusia dalam negeri. Dengan meningkatkan mutu pendidikan.

Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku

Kelebihan buku ini adalah dapat dibaca oleh semua kalangan, mulai dari anak murid sekolah dasar/menengah yang mengenalkan bagaimana dunia sekolah mereka hingga umum yang juga memperoleh sebagian informasi tentang membangun profesionalisme guru sebagai gambaran dunia pendidikan Indonesia. Serta mengenalkan pada masyarakat program-program apa saja yang sudah diterapkan di Indonesia sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan di dalam negeri. Pun pihak-pihak terkait mana saja yang sudah berperan di luar campur tangan pemerintah, yakni seperti Tanoto Foundation.

Kekurangan yang saya lihat di dalam buku ini, sesuai dengan yang saya katakan di atas sebab buku ini dapat dibaca oleh umum sangat disayangkan gambar-gambar sebagai pelengkap di dalamnya tidak menampilkan hasil-hasil dokumentasi selama di lapangan. Bukankah juga bisa dijadikan sebagai bukti nyata tentang gambaran dunia belajar mengajar di Indonesia? Pembaca akan merasa puas bila kisah inspiratif para pendidik dilengkapi dengan foto-foto dokumentasi sesuai kenyataan di lapangan tersebut.

Dan hal lain yang menjadi kekurangan adalah mengapa ISBN buku ini tidak terdaftar di situs jejaring sosial dunia literasi/katalogisasi buku www.goodreads.com ? sudah beberapa kali saya coba input di kolom searching by ISBN namun yang keluar hanya tampilan No Results.

Harapan saya setelah membaca buku ini, semoga akan ada lagi buku-buku lanjutan seperti ini yang semakin menginspirasi para pendidik maupun para pemuda yang ingin menjadi pendidik, namun yang terpenting adalah dengan adanya buku seperti ini kita lebih melek terhadap fenomena-fenomena pendidikan di dalam negeri sehingga bisa dicari solusi bersama karena pendidikan Indonesia tidak sepenuhnya berada di tangan pemerintah. Ada tanggung jawab bersama dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia demi kesejahteraan masyarakat di kemudian hari.[]

___

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun