A. PENGENALAN ISU
Sistem penganggaran yang berbasis kinerja (Performance Based Budgeting) merupakan pengganti dari sistem penganggaran sebelumnya, yaitu Sistem Line Item Budgeting. Sistem ini diganti karena semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap transparansi penganggaran belanja publik. Penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting) adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Definisi tersebut mengandung konsekuensi bahwa setiap alokasi dana harus dapat diukur capaian output/outcome (keluaran/hasil) yang hendak ingin dicapai dari input (masukan) yang ditetapkan sebelumnya (Depkeu,2008). Dalam bidang kesehatan, penggunaan penganggaran berbasis kinerja juga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dana yang akan dibutuhkan. Implementasi dari sistem anggaran ini telah dilakukan di beberapa faskes, salah satunya di instalasi medis X
Wawancara langsung dilakukan dengan informan yang telah dipilih, yakni lebih tepatnya staf yang terkait langsung dengan penganggaran di instalasi medis X. Secara umum pegawai di instalasi medis X ini sudah mengerti makna Penganggaran Berbasis Kinerja. Informasi kinerja yang terdapat dalam perencanaan kinerja merupakan dasar alokasi anggaran berbasis kinerja. Penyusunan rencana kerja  di instalasi medis X bersifat  kebiasaan  di dalam menyusun rencana kerja disesuaikan dengan kebutuhan yang terjadi.
Menyimak fenomena di atas ada sesuatu hasil positif yang dapat dilihat dari hasil kerja baik secara keuangan maupun kegiatan instalasi medis X, pembuatan anggaran di instalasi medis X mempertimbangkan atas capaian kinerja renstra (rencana strategis) pada tahun sebelumnya.
Wawancara lebih jauh dengan pihak instansi, ditemukan informasi lain mengenai pelaksanaan anggaran yang menuju maksimal. Ketika ditanyakan pelaksanaan Penganggaran Berbasis kinerja di RSBB, beliau mengatakan bahwa beliau kira teman-teman kepala bagian dan kepala unit mengarah "ke sana", karena antara perencanaan yang dituangkan secara tertulis hampir sama dengan pelaksanaannya walaupun ada kendala-kendala itu hal biasa didalam suatu organisasi.
Untuk tahap berikutnya yaitu mengukur kinerja program yang berkaitan dengan pencapaian hasil yang diinginkan serta melaporkan hasil kepada para pengambil keputusan berdasarkan informasi yang diberikan. Pengukuran kinerja ini untuk menilai keberhasilan atau kegagalan suatu unit kerja. Hasil evaluasi kinerja dapat memberikan informasi tentang keberhasilan dan kegagalan program serta kegiatan pada suatu unit kerja atau organisasi. Diperbaiki dengan membuat evaluasi setiap bulan yang ditampilkan saat rapat kerja unit dan instalasi
Pembuat anggaran diberi kebebasan dalam menentukan indikator kinerjanya sendiri yang tentu saja akan menghasilkan indikator yang mudah untuk dicapai. Laporan kinerja yang disusun berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instalasi atau bagian yang dibuat bulan Januari untuk menilai seluruh kinerja instalasi atau bagian tahun sebelumnya
Berbagai keberhasilan ditemukan dalam pengimplementasian Penganggaran Berbasis Kinerja di RS X, diantaranya komunikasi, sistem penghargaan (reward) dan sanksi (punishment), dan etika kerja.
Komunikasi merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui kejelasan dan tujuan kebijakan dilakukan. Tanpa adanya komunikasi yang tepat, para pelaksana kebijakan tidak akan dapat mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Komunikasi ini diterapkan dengan baik dengan metode sosialisasi yang proaktif. Arahan dari pemimpin memegang peranan penting dalam keberhasilan program. Karena itulah arahan yang jelas diperlukan dari pimpinan tertinggi sampai terendah demi keberlangsungan program.Â
Bukan hanya komunikasi, adanya sistem penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) juga merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kinerja para staf. Hal ini sudah diterapkan secara jelas. Pihak RS membuat langkah penilaian kerja dari berbagai aspek untuk meningkatkan kualitas kinerja pegawainya. Dengan adanya reward dan punishment dapat menjadi motivasi bagi unit kerja dalam pelaksanaan program. Motivasi ini akan sangat membantu pegawai bekerja dengan efektif dan efisien. Reward dan punishment diberikan dalam bentuk penambahan atau pengurangan intensif untuk tahun yang akan datang. Penerapan reward dan punishment ini perlu adanya penetapan kinerja yang disepakati bersama antara pengemban tugas dengan atasan.Â
Faktor terakhir yang menjadi keberhasilan yaitu etika kerja. Etika kerja yang ada di RS X mengarah pada peningkatan kualitas kinerja. Etika kerja ini menyangkut pada penetapan job description. Dimana setiap staf memiliki tupoksinya masing-masing, yang akan menjadi tanggung jawab utamanya sebelum menyelesaikan tugas tambahan yang diberikan. Untuk memastikan setiap pegawai mengerjakan tupoksi yang diberikan, maka atasan harus senantiasa memberikan arahan-arahan dan memacu pegawai untuk menyelesaikan tugasnya. Budaya kerja yang baik dan sehat akan membuat pegawai betah untuk melakukan segala tugas yang diberikan.Â
B. OPINI
Dalam jurnal penganggaran berbasis kinerja di atas sudah dilakukan dengan pemilihan informan yang tepat, sehingga hasil wawancara sudah dipastikan kemungkinan besar sudah cukup tepat dan akurat. Didapat hampir seluruh pegawai di RS X sudah memahami terkait Penganggaran Berbasis Kinerja serta penyusunan rencana kerja disesuaikan dengan kebutuhan situasi dan kondisi. Ketika pembuatan anggaran juga tetap mempertimbangkan  capaian kerja di RS X.
Pelaksanaan PPK RS X nampaknya berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil wawancara dengan berbagai informan di RS X. Para pegawai bukan hanya telah memahami, namun mampu mengimplementasikan pelaksanaan PPK dengan baik, dari mulai perencanaan hingga evaluasi. Selain itu, pelaksanaan PPK di instalasi medis ini juga memiliki kekuatan, mulai dari komunikasi yang baik berupa sosialisasi, hingga etika kerja yang jelas. Walaupun pelaksanaannya berjalan baik, namun pihak RS harus terus melakukan penyempurnaan dan menyelesaikan berbagai kendala yang dihadapi dari sistem penganggaran ini. Harapannya sistem Penganggaran Berbasis Kinerja ini dapat terus dikembangkan dan disempurnakan.
Berdasarkan hasil wawancara pada jurnal tersebut pelaksanaan anggaran RS X berjalan dengan baik, dapat diketahui bahwa RS X mempunyai SPM dan SOP berdasarkan tupoksi yang sudah ditetapkan. SPM dan SOP ini ditetapkan sesuai dengan ukuran kinerja bagi setiap tugas pokok dan fungsi maupun kegiatan-kegiatan tambahan. Standar Operasional Prosedur ini digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan. Hal ini akan menghasilkan output untuk pembuatan laporan yang diberikan atas pelaksanaan anggaran kemudian diperiksa (diaudit) oleh sebuah lembaga pemeriksaan independen. Hasil pemeriksaan akan menjadi masukan atau umpan balik (feed back) untuk proses penyusunan pada periode berikutnya.Â
Sistem penganggaran berbasis kinerja akan lebih baik jika ditambahkan prinsip-prinsip yang menunjangnya seperti prinsip Value for Money yaitu pemanfaatan belanja dan sumberdaya yang maksimal serta prinsip Good Corporate Governance yaitu menciptakan sistem yang bebas dari KKN. Kedua prinsip itu harus diterapkan pada saat melakukan implementasi penganggaran berbasis kinerja mulai dari perencanaan hingga pelaporan kinerja. Hal ini akan berjalan dengan baik apabila terdapat budaya serta etos kerja yang terarah, pengawasan kinerja dan peran pemimpin dalam setiap kompetensi.
C. PENEGASAN ULANG
Penganggaran berbasis kinerja (performance budgeting) adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Dalam bidang kesehatan, penggunaan penganggaran berbasis kinerja juga dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan sasaran dan dana yang akan dibutuhkan. Implementasi dari sistem anggaran ini telah dilakukan di beberapa faskes, salah satunya di instalasi medis X. Dilakukan wawancara langsung pada instansi tersebut dengan hasil secara umum pegawai instalasi medis X sudah mengerti makna Penganggaran Berbasis Kinerja. Ditemukannya hasil lain seperti anggaran yang mempertimbangkan atas capaian kinerja renstra (rencana strategis) pada tahun sebelumnya, pembuat anggaran yang bebas menentukan indikatornya, hingga faktor yang menunjang adanya keberhasilan pada penganggaran berbasis kinerja ini adalah komunikasi, sistem reward dan sanksi serta etika kerja.
Penganggaran berbasis kinerja dari instalasi medis X bisa dikatakan cukup baik, hal ini terlihat dari secara umum kepegawaian sudah mengerti tentang penganggaran tersebut, bahkan implementasinya sudah berjalan dengan lancar. Instansi ini juga memiliki SOP dan SPM yang ditetapkan sesuai dengan ukuran kinerjanya. Anggaran yang dibuat selalu mempertimbangkan capaian kerja dan nantinya akan dijadikan sebuah laporan yang dimonitoring langsung oleh pengawas. Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar apabila instansi kesehatan memiliki prinsip Value for Money dan Good Corporate Governance. Dimana kedua prinsip ini dapat memberikan pemanfaatan yan maksimal baik dalam segi pembelanjaan maupun sumberdaya serta terhindar dari KKN. Meskipun bisa dikatakan bahwa sistem ini berjalan dengan baik, namun pihak RS harus tetap melakukan penyempurnaan serta mengurangi kendala yang ada agar sistem ini terus berkembang dengan semestinya.
Penulis :
1. Aditia Wahyu Ashari
2. Miftahul Huda
3. Neila Rizqi Fahmiyah
4. Stella Ayu Puspananda
5. Ronal Surya Aditya
6. Dian Mawarni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H