c) Â Merawat kanker
Dalam kasus ini, kemoterapi tidak membunuh sel kanker secara total, tetapi menperkecil pertumbuhan dan penyebaran. Kemoterapi dengan cara seperti ini akan berhasil jika pasien melakukannya secara teratur. Bila pasien berhenti menjalankan kemoterapi, maka sel kanker akan tumbuh kembali.
Nah, setelah membaca dasar teori di atas, kita jadi lebih memahami kaitannya antara jaringan , kanker , dan kemoterapi. Sekarang, kita akan lebih fokus mengenai topik kita yaitu apakah kemoterapi lebih merugikan atau menguntungkan untuk penyembuhan penyakit kanker. Berdasarkan suatu artikel yang saya baca, pada tahu  2012 jumlah kematian akibat penyakit kanker terdapat 8,2 juta jiwa. Memang tidak diherankan lagi bahwa kanker merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia. Penderita kanker pasti akan mencari segala cara agar mereka bisa sembuh dari kanker. Nah, mungkin yang sering kita dengar adalah bahwa mereka memilih kemoterapi sebagai metode penyembuhan kanker. Seperti kita ketahui, bahwa Alm. Julia Perez sempat menjalani kemoterapi saat proses penyembuhan kanker. Lalu juga di film "Surat Kecil untuk Tuhan", penderita kankernya pun juga menjalani proses kemoterapi. Mengapa sih kemoterapi seakan -- akan menjadi jalan yang paling sering dipilih untuk penyembuhan kanker? Dapat kita ketahui dari teori di atas bahwa kemoterapi menyembuhkan pasien dengan membasmi sel -- sel kanker secara tuntas dan menyeluruh serta juga memperlambat proses pertumbuhan dan penyebaran sel kanker agar tidak semakin meluas. Kemoterapi juga bisa mencegah pertumbuhan kanker bila pasien tersebut rutin untuk menjalankan proses kemoterapi. Pengobatan kemoterapi dilakukan dengan pemberian obat -- obatan kimiawi, biasanya bisa dilakukan melalui suntikan ke pembuluh vena. Ada juga yang melalui tablet atau kapsul , diberikan subcutan atau suntik di bawah kulit, serta injeksi ke sistem saraf (jarang sekali yang diinjeksikan ke otot).
Namun, meskipun banyak orang yang menjalani proses kemoterapi, apakah kemoterapi benar -- benar terbukti efektif dalam penyembuhan kanker. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa ada penderita kanker yang berhasil sembuh setelah menjalani proses kemoterapi (seperti teman ibu saya sendiri), tetapi lebih banyak fakta yang membuktikan bahwa kemoterapi lebih membawa efek negatif ketimbang positif. Menurut cancercareindonesia.com, dituliskan di situ bahwa orang -- orang ahli kesehatan khususnya dibidang kanker seperti Graeme Morgan , Robyn Ward, Michael Barton mengatakan bahwa di Australia kontribusi kemoterapi dalam keberhasilannya menyembuhkan kanker hanya 2.3% atau secara detail sebanyak 72.903 pasien dewasa yang menjalani kemoterapi, hanya 1.690 yang bertahan setelah lima tahun. Bahkan, pada tahun 1986 menurut survey oleh McGill Cancer Centre dari 118 onkologis, 75% dari mereka mengatakan tidak akan menjalani kemoterapi sebagai jalan penyembuhan kanker dengan alasan bahwa kemoterapi tidak efektif dan racunnya tidak bisa ditolerir. Data dan survey ini dapat diperkuat dengan argumen -- argumen yang akan saya jelaskan.
Alasan yang pertama adalah bahwa obat untuk kemoterapi tidak hanya membunuh sel -- sel yang membelah secara berlebihan dalam tubuh (sel kanker), tetapi obat ini juga membunuh sel -- sel normal / sehat yang berkembang dengan merusak bagian sel yang mengendalikan pembelahan. Pada tengah setiap sel terdapat nukleus yang di dalamnya ada kromosom (dari gen). Gen tersebut harus disalin persis yang digunakan untuk membuat sel baru (dengan cara pembelahan sel). Nah, beberapa obat kemoterapi harus menganggu proses kimia dalam pembelahan sel. itu berakibat rusaknya gen dan nukleus sel, ada yang merusak sel saat menyalin gen sebelum pembelahan dan ada juga yang merusak sel saat pembelahan. Bila sel -- sel tersebut menjadi rusak dan terbunuh, maka sel tersebut tidak bisa bekerja dengan baik. Karena jika sel berkumpul akan membentuk suatu jaringan, ini juga berdampak pada jaringan. Jaringan dalam tubuh menjadi tidak berfungsi dengan baik. Bila jaringan tidak berfungsi, maka sistem koordinasi tubuh jadi tidak karuan yang secara fatal bisa berdampak pada kematian. Menurut data cancercareindonesia.com, kanker yang paling tidak bisa ditolong dengan pengobatan kemoterapi adalah kanker lambung (0.7%).
Alasan yang kedua adalah obat kemoterapi membawa efek samping bagi kesehatan tubuh. Karena sifat obat kemoterapi yang juga membunuh sel normal/sehat, maka munculah efek samping yang tidak baik untuk tubuh. Biasanya efek yang paling umum kita ketahui adalah rambut rontok. Kerontokan hanya bersifat sementara. Gejala lain yang umumnya terjadi adalah gejala gastrointestinal, yaitu terjadi mual , muntah , diare , faringitis , konstipasi , mukongitis. Obat kemoterapi juga bisa memberikan efek pada darah. Obat ini menganggu sistem kerja sumsum tulang yang merupakan tempat pembuatan sel darah. Akibatnya manusia menjadi kekurangan darah. Kekurangan darah dapat berdampak pertama pada mudahnya terkena infeksi karena kekurangan leukosit (sel darah putih) yang berfungsi sebagai antibodi. Kedua, juga bisa berdampak pada derasnya pendarahan karena kurangnya trombosit yang berfungsi untuk pembekuan darah. Ketiga, juga berakibat menderitanya anemia karena kekurangan sel darah merah. Padahal sel darah merah sangat penting untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Jika kekurangan sel darah merah maka tubuh akan menjadi lemas, sulit berkonsentrasi , tampak pucat , dsb. Obat kemoterapi juga berefek pada otot dan saraf. Â Ini dapat mempengaruhi saraf seperti menyebabkan neuropati perifer , kehilangan keseimbangan , kehilangan kemampuan mendengar , nyeri rahang , gemetar , rasa nyeri saat berjalan. Efek samping yang lain pun masih banyak, seperti gangguan pencernaan , berkurangnya produksi hormon , sariawan , Â alergi , masalah kulit. Selain itu, ada pula efek samping yang fatal dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang selain pada darah dan saraf serta otot, yaitu dapat merusak jaringan paru-paru , masalah pada jantung , kemandulan , masalah pada ginjal , dan risiko kanker lainnya. Efek -- efek fatal yang dapat terjadi kemungkinan tidak akan langsung diketahui penderita dalam waktu cepat setelah kemoterapi. Bisa saja diketahui setelah beberapa bulan. Bila terjadi efek seperti mengakibatkan jaringan rusak, maka kerja sistem organ pun juga terganggu. Lalu bagaimana dengan tubuh kita. Pasti tubuh kita akan semakin parah bukan?
Alasan ketiga adalah menurut website yang saya baca, veritalife.com, dituliskan di situ : "An American journal, Science Translational Medicine, published a study of the effects of drugs on Breast Cancer patients and found that "medication increases the chance of cancer cells migrating to other parts of the body, where they are almost always lethal." Di sini dikatakan bahwa dengan pengobatan kemoterapi menambah kemungkinan sel kanker bermigrasi ke bagian tubuh yang lain di mana mereka semakin mematikan. Kemoterapi dapat membuat kondisi penderita semakin parah dan semakin mendekatkan dengan ajal karena malah justru semakin menyebarkan sel kanker. Ada juga penelitian yang menemukan bahwa dengan pengobatan kemoterapi justru semakin memperbanyak jumlah "pintu" dalam pembuluh darah yang menciptakan lebih banyak jalur untuk sel kanker. Jadi, dengan kemoterapi belum tentu semakin membunuh sel kanker secara tuntas, malah bisa semakin memperparah kondisi tubuh dengan semakin banyaknya penyebaran sel kanker.
Selain metode kemoterapi untuk penyembuhan kanker, terdapat metode lain seperti operasi dan radiasi. Operasi dilakukan untuk menghilangkan sumber kanker, sedangkan radiasi dilakukan untuk membunuh sel kanker, baik hanya setempat ataupun menyeluruh. Ada juga pengobatan kanker konvensional, seperti penyumbatan pembuluh darah agar sel kanker tidak mendapatkan nutrisi makanan , photodynamic (pemberian obat yang aktif dengan paparan cahaya lalu dilakukan laser untuk mengaktifkan obatnya) , penanaman biji partikel 125I di tumor , terapi pembekuan (untuk membunuh sel kanker dengan pengubahan suhu secara ekstrim) , radiofrequency ablation therapy (penusukan jarum ke tumor/sel kanker yang akhirnya mengalirkan listrik guna membakar sel kanker). Ada pula pengobatan kanker alternatif seperti konsumsi vitamin D secara rutin atau juga bisa dengan daun sirsak. Acetogenins pada daun sirsak diteliti ampuh dalam penyembuhan sel kanker.
Dari alasan -- alasan saya di atas, terlihat jelas bahwa menurut saya kemoterapi lebih membawa dampak negatif daripada positif dalam penyembuhan kanker. Kemoterapi tidak bisa membedakan mana sel kanker yang harus dibunuh mana yang sel sehat. Itu menyebabkan munculnya efek samping setelah menjalani kemoterapi. Mulai dari efek kecil yang muncul seperti Alopecia , mual , muntah hingga efek samping yang fatal seperti Cognition (chemo brain) , Peripheral neuropathy (gangguan saraf dan otot) , anemia , hingga kematian. Keberhasilan kemoterapi di dunia ini hanya sedikit. Banyak orang yang tidak bisa bertahan hidup setelah menjalani kemoterapi. Maka jelas bahwa kemoterapi lebih membawa dampak negatif dalam penyembuhan kanker. Maka dari itu, marilah mulai sejak dini membiasakan hidup sehat seperti tidak merokok , mempunyai pola makan sehat , rutin berolahraga , dsb untuk menghindari resiko kanker.
Sekian penjelasan dari saya mengenai jaringan , kanker , dan kemoterapi. Semoga penjelasan saya ini bisa lebih memberikan informasi dan pengetahuan bagi para pembaca. Bila ada salah kata, saya mohon maaf. Sekian dan Terimakasih. AMDG.
Sumber :