Mohon tunggu...
Clio Audrey Ronia
Clio Audrey Ronia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

I like games

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kepercayaan dari Masa Praaksara hingga Sekarang

15 November 2022   14:46 Diperbarui: 15 November 2022   14:50 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepercayaan merupakan sesuatu yang dimiliki oleh hampir semua orang. Setiap warga Indonesia tentunya memiliki agama dan kepercayaan mereka masing-masing. Indonesia memiliki 6 jenis agama, yaitu Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan Islam. Manusia-manusia purba yang hidup pada zaman praaksara ternyata juga memiliki kepercayaan mereka masing-masing. Zaman praaksara ini terbagi menjadi 5, yaitu Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, Megalithikum, dan zaman Perunggu. 

Masa praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa-masa yang ada di masa praaksara ini tentunya memiliki ciri-ciri mereka masing-masing, contohnya seperti cara hidup manusia purba pada masa tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat diakibatkan oleh perubahan lingkungan pada masa-masa tersebut yang juga ikut berubah. Perubahan-perubahan merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari, karena perubahan merupakan sesuatu yang akan selalu terjadi karena adanya perkembangan zaman.

Seperti yang telah diketahui, setiap manusia yang hidup di zaman-zaman ini memiliki kepercayaan mereka masing-masing. Zaman yang pertama yaitu zaman Paleolithikum atau masa batu tua. Dimana pada zaman ini, manusia-manusia purba yang hidup di masa tersebut belum mengenal apa itu kepercayaan. Belum adanya kepercayaan ini bisa disebabkan oleh cara hidup mereka pada masa tersebut. Manusia purba pada zaman Paleolitikum ini lebih mengutamakan cara bertahan hidup dengan cara berburu.

Masa Paleolithikum ini juga merupakan masa dimana manusia hidup dengan nomaden. Nomaden ini berarti manusia akan hidup dengan cara berpindah-pindah karena perubahan iklim, persediaan makanan habis, ancaman hewan buas, dll.  Manusia yang hidup pada masa Paleolithikum ini pun hidup dengan cara berkelompok untuk mencari makanan dan tentunya mereka sangat bergantung kepada alam karena rata-rata kebutuhan untuk bertahan hidup mereka ada di alam. Seperti yang telah dibilang sebelumnya, yaitu bahwa pada masa Paleolithikum ini belum ada kepercayaan karena manusia purba pada zaman ini lebih mementingkan bertahan hidup dengan cara memburu, hal ini lah yang membuktikan bahwa alam merupakan faktor yang sangat penting bagi mereka pada masa Paleolithikum.

Pada zaman berikutnya yaitu zaman Mesolithikum atau masa batu tengah, manusia purba pada zaman ini mulai memiliki kepercayaan dan hidupnya pun sudah lebih berkembang dibandingkan dengan kehidupan di masa Paleolithikum. Mereka memiliki dua jenis kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Kepercayaan kepada roh nenek moyang merupakan animisme, sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda tersebut sangat dihormati (Gunawan, 2017, hal. 51-52). Manusia purba mulai menerima konsep dan keyakinan beragama atau kepercayaan ini kemungkinan bisa terjadi karena terjadi suatu aktivitas bias kognitif (Peoples, 2016).

Meskipun manusia pada zaman Mesolithikum ini sudah mulai memiliki kepercayaan, mereka tidak memiliki peraturan ataupun UU yang mengatur kepercayaan mereka tersebut. Jadi, menusia pada zaman tersebut tidak diwajibkan untuk memiliki kepercayaan karena tidak ada yang mengaturnya. Manusia pada zaman tersebut pun juga tidak memiliki aturan-aturan yang diberikan oleh kepercayaan mereka tersebut. Tentunya ini sangat berbeda dengan kita yang tinggal di zaman sekarang ini, dimana kita diwajibkan untuk menganut suatu agama dan tentunya masing-masing agama tersebut memiliki peraturan mereka maisng-masing.

Pada zaman Mesolithikum ini, manusia juga mulai mengalami percampuran. Pada zaman ini manusia juga sudah mulai terjadi akulturasi dimana manusia mulai beradabtasi dan saling mempelajari budaya-budaya dari manusia purba yang ada di lokasi lain. Pada masa ini, manusia sudah tidak lagi hanya memburu hewan besar, namun mereka sudah mulai bisa menangkap ikan. Manusia pada zaman ini pun juga sudah mulai melakukan pembagian kerja, contohnya seperti laki-laki berburu lalu perempuan menjaga anak.

Zaman yang ketiga adalah zaman Neolithikum atau masa batu baru, dimana pada zaman ini manusia masih tetap mempercayai animisme dan dinamisme. Namun perbedaan zaman Neolithikum dengan Mesolithikum adalah manusia pada zaman Neolithikum sudah mulai bisa bercocok tanam. Manusia yang awalnya berkehidupan nomaden akhirnya memiliki kehidupan menetap pada zaman ini. Perubahan kehidupan ini terjadi karena manusia sudah mulai memiliki tempat tinggal sederhana yang terbuat dari kayu atau bambu. Biasanya manusia zaman Neolithikum ini cenderung mencari tempat tinggal yang dekat dengan air, contohnya seperti sungai, danau, dll (Mandala, 2014).

Zaman berikutnya adalah zaman Megalithikum atau masa batu besar. Pada zaman ini, manusia tetap memiliki dua kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Namun pada zaman ini, manusia lebih percaya dengan adanya roh nenek moyang. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa jenis bangunan yang dibangun pada masa Megalithikum tersebut, yaitu menhir, dolmen, dan sarkofagus. 

Semua benda peninggalan tersbeut tentunya ada kaitannya dengan nenek moyang. Menhir merupakan tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang (Agnas, 2018). Dolmen merupakan meja yang terbuat dari batu yang digunakan sebagai tempat menaruh sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek  moyang (Agnas, 2018). Terakhir yaitu sarkofagus, dimana sarkofagus ini merupakan sebuah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (Agnas, 2018). Dari seluruh benda peninggalan ini, dapat dilihat bahwa manusia pada zaman Megalithikum sangat percaya dengan adanya roh nenek moyang.

Zaman yang paling terakhir yaitu Zaman Perunggu, dimana pada zaman ini manusia tetap saja mempercayai adanya animisme dan dinamisme. Meskipun mereka tetap mempercayai adanya animisme dan dinamisme, mereka tidak terlalu mengutamakan hal ini lagi karena mereka sudah menemukan pekerjaan baru. Pada Zaman Perunggu ini manusia sudah mulai membuat benda-benda dari perunggu. Pada zaman ini manusia juga sudah mulai memiliki pekerjaan mereka masing-masing dan tentunya zaman ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun