Kepercayaan merupakan sesuatu yang dimiliki oleh hampir semua orang. Setiap warga Indonesia tentunya memiliki agama dan kepercayaan mereka masing-masing. Indonesia memiliki 6 jenis agama, yaitu Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan Islam. Manusia-manusia purba yang hidup pada zaman praaksara ternyata juga memiliki kepercayaan mereka masing-masing. Zaman praaksara ini terbagi menjadi 5, yaitu Paleolithikum, Mesolithikum, Neolithikum, Megalithikum, dan zaman Perunggu.Â
Masa praaksara merupakan masa dimana manusia belum mengenal tulisan. Masa-masa yang ada di masa praaksara ini tentunya memiliki ciri-ciri mereka masing-masing, contohnya seperti cara hidup manusia purba pada masa tersebut. Perubahan-perubahan yang terjadi ini dapat diakibatkan oleh perubahan lingkungan pada masa-masa tersebut yang juga ikut berubah. Perubahan-perubahan merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari, karena perubahan merupakan sesuatu yang akan selalu terjadi karena adanya perkembangan zaman.
Seperti yang telah diketahui, setiap manusia yang hidup di zaman-zaman ini memiliki kepercayaan mereka masing-masing. Zaman yang pertama yaitu zaman Paleolithikum atau masa batu tua. Dimana pada zaman ini, manusia-manusia purba yang hidup di masa tersebut belum mengenal apa itu kepercayaan. Belum adanya kepercayaan ini bisa disebabkan oleh cara hidup mereka pada masa tersebut. Manusia purba pada zaman Paleolitikum ini lebih mengutamakan cara bertahan hidup dengan cara berburu.
Masa Paleolithikum ini juga merupakan masa dimana manusia hidup dengan nomaden. Nomaden ini berarti manusia akan hidup dengan cara berpindah-pindah karena perubahan iklim, persediaan makanan habis, ancaman hewan buas, dll. Â Manusia yang hidup pada masa Paleolithikum ini pun hidup dengan cara berkelompok untuk mencari makanan dan tentunya mereka sangat bergantung kepada alam karena rata-rata kebutuhan untuk bertahan hidup mereka ada di alam. Seperti yang telah dibilang sebelumnya, yaitu bahwa pada masa Paleolithikum ini belum ada kepercayaan karena manusia purba pada zaman ini lebih mementingkan bertahan hidup dengan cara memburu, hal ini lah yang membuktikan bahwa alam merupakan faktor yang sangat penting bagi mereka pada masa Paleolithikum.
Pada zaman berikutnya yaitu zaman Mesolithikum atau masa batu tengah, manusia purba pada zaman ini mulai memiliki kepercayaan dan hidupnya pun sudah lebih berkembang dibandingkan dengan kehidupan di masa Paleolithikum. Mereka memiliki dua jenis kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Kepercayaan kepada roh nenek moyang merupakan animisme, sedangkan dinamisme merupakan kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang diyakini memiliki kekuatan gaib, sehingga benda tersebut sangat dihormati (Gunawan, 2017, hal. 51-52). Manusia purba mulai menerima konsep dan keyakinan beragama atau kepercayaan ini kemungkinan bisa terjadi karena terjadi suatu aktivitas bias kognitif (Peoples, 2016).
Meskipun manusia pada zaman Mesolithikum ini sudah mulai memiliki kepercayaan, mereka tidak memiliki peraturan ataupun UU yang mengatur kepercayaan mereka tersebut. Jadi, menusia pada zaman tersebut tidak diwajibkan untuk memiliki kepercayaan karena tidak ada yang mengaturnya. Manusia pada zaman tersebut pun juga tidak memiliki aturan-aturan yang diberikan oleh kepercayaan mereka tersebut. Tentunya ini sangat berbeda dengan kita yang tinggal di zaman sekarang ini, dimana kita diwajibkan untuk menganut suatu agama dan tentunya masing-masing agama tersebut memiliki peraturan mereka maisng-masing.
Pada zaman Mesolithikum ini, manusia juga mulai mengalami percampuran. Pada zaman ini manusia juga sudah mulai terjadi akulturasi dimana manusia mulai beradabtasi dan saling mempelajari budaya-budaya dari manusia purba yang ada di lokasi lain. Pada masa ini, manusia sudah tidak lagi hanya memburu hewan besar, namun mereka sudah mulai bisa menangkap ikan. Manusia pada zaman ini pun juga sudah mulai melakukan pembagian kerja, contohnya seperti laki-laki berburu lalu perempuan menjaga anak.
Zaman yang ketiga adalah zaman Neolithikum atau masa batu baru, dimana pada zaman ini manusia masih tetap mempercayai animisme dan dinamisme. Namun perbedaan zaman Neolithikum dengan Mesolithikum adalah manusia pada zaman Neolithikum sudah mulai bisa bercocok tanam. Manusia yang awalnya berkehidupan nomaden akhirnya memiliki kehidupan menetap pada zaman ini. Perubahan kehidupan ini terjadi karena manusia sudah mulai memiliki tempat tinggal sederhana yang terbuat dari kayu atau bambu. Biasanya manusia zaman Neolithikum ini cenderung mencari tempat tinggal yang dekat dengan air, contohnya seperti sungai, danau, dll (Mandala, 2014).
Zaman berikutnya adalah zaman Megalithikum atau masa batu besar. Pada zaman ini, manusia tetap memiliki dua kepercayaan, yaitu animisme dan dinamisme. Namun pada zaman ini, manusia lebih percaya dengan adanya roh nenek moyang. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa jenis bangunan yang dibangun pada masa Megalithikum tersebut, yaitu menhir, dolmen, dan sarkofagus.Â
Semua benda peninggalan tersbeut tentunya ada kaitannya dengan nenek moyang. Menhir merupakan tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang (Agnas, 2018). Dolmen merupakan meja yang terbuat dari batu yang digunakan sebagai tempat menaruh sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek  moyang (Agnas, 2018). Terakhir yaitu sarkofagus, dimana sarkofagus ini merupakan sebuah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (Agnas, 2018). Dari seluruh benda peninggalan ini, dapat dilihat bahwa manusia pada zaman Megalithikum sangat percaya dengan adanya roh nenek moyang.
Zaman yang paling terakhir yaitu Zaman Perunggu, dimana pada zaman ini manusia tetap saja mempercayai adanya animisme dan dinamisme. Meskipun mereka tetap mempercayai adanya animisme dan dinamisme, mereka tidak terlalu mengutamakan hal ini lagi karena mereka sudah menemukan pekerjaan baru. Pada Zaman Perunggu ini manusia sudah mulai membuat benda-benda dari perunggu. Pada zaman ini manusia juga sudah mulai memiliki pekerjaan mereka masing-masing dan tentunya zaman ini sudah lebih berkembang dibandingkan dengan zaman-zaman sebelumnya.Â
Sebagai umat Kristen saya tidak setuju dengan adanya animisme dan dinamisme yang ada pada zaman praaksara ini karena menurut saya apa yang mereka melakukan sama saja dengan dos menyembah berhala karena mereka menyembah benda dan juga menyembah roh dan bukan menyembah Tuhan. Mereka sudah diberikan akal budi untuk berfikir namun tidak menggunakannya dengan maksimal dan malah menggunakan akal budinya tersebut untuk menyembah berhala. Ada dikatakan didalam Imamat 26:1 yang berisi "Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu" (Alkitab: Imamat 26:1). Dari ayat ini dan juga pada 10 perintah Allah sudah ditegaskan bahwa kita tidak boleh menyembah berhala.Â
Setelah adanya kepercayaan animisme dan dinamisme, mulailah tumbuh monoisme, dimana monoisme ini merupakan tingkat paling akhir dari evolusi manusia. Dimana pada tingkat ini manusia sudah percaya dengan adanya Tuhan, timbulnya monoisme ini disebabkan oleh manusia yang selalu berkembang dan sampai akhirnya mereka mempertanyakan siapa yang menciptakan mereka dan juga siapa yang menciptakan alam sekitarnya. Dari semua pertanyaan tersebut manusia pun menyimpulkan bahwa ternyata ada kuasa dan kekuatan yang lebih besar lagi yang tidak bisa ditandingi oleh kekuatan manusia (Kresnoadi, 2017). Dari sini pun kita bisa menyimpulkan betapa menakjubkannya Tuhan sampai bisa memberikan kita manusia akal budi yang selalu berkembang dari masa ke masa.
Indonesia memiliki banyak agama dan tentunya akan ada juga banyak sumber yang mengakibatkan banyaknya agama yang ada di Indonesia ini. Agama Kristen masuk ke Indonesia karena penjajahan bangsa Eropa yang ignin melakukan 3G (Gold, Glory, Gospel). Cara agama Hindu dan Budha datang ke Indonesia  ada beberapa teori, yaitu teori Brahmana, teori Ksatria, teori Waisya, dll. Terakhir adalah agama Islam, dimana agama Islam pun juga memiliki beberapa teori tentang bagaimana agama Islam bisa masuk ke Indonesia, yaitu teori Arab, teori Gujarat, teori Persia, teori Cina, dan teori Turki.
Telah dijelaskan diawal bahwa Indonesia memiliki 6 jenis agama, yaitu Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu, dan Islam. Kita harus mengetahui bahwa Inodnesia memiliki sesuatu yang namanya kemerdekaan beragama, dimana kemerdekaan beragama ini merupakan kebebasan seseorang untuk memilih agama yang ingin mereka anut. Meskipun sudah ada 6 agama, beberapa warga Indonesia ada yang tetap mempercayai animisme. Bukti nyata dari ini adalah beberapa tradisi yang ada di Indonesia, yaitu seperti upacara Waleg yang merupakan upacara penyembahan kepada nenek moyang dan upacara ini sampai sekarang masih ada.
Adapun dikatakan pada UUD NRI Tahun 1945 bahwa masyarakat Indonesia bebas memilih agama yang ingin mereka anut. Hal ini pertama dikatakan dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 28E Ayat (1) yang berisi  "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali." Ini pun juga dikatakan didalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal 29 Ayat (2) yang berisi "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama."  Dari kedua pasal ini kita dapat mendapatkan jaminan bahwa kita sebagai warga Indonesia memiliki kebebasan untuk memilih agama yang ingin dianut, namun tentunya agama yang boleh dianut oleh masyarakat Indonesia hanyalah 6 agama yang telah disebutkan sebelumnya.
Dari peraturan tersebut, kita dapat melihat dengan jelas bahwa ada perbedaan kebebasan beragama pada zaman sekarang dengan zaman praaksara. Pada zaman praaksara manusia purba juga memiliki kebebasan untuk memilih kepercayaan yang ingin mereka anut, namun mereka tidak memiliki aturan-aturan atau UU yang mengatur mereka. Tentunya jika dibandingkan dengan zaman sekarang kita bisa melihat perbedaannya, dimana sekarang jika kita ingin menganut agama tertentu kita memiliki peraturan yang harus diikuti. Perbedaan yang lain dari zaman praaksara dengan zaman sekarang adalah jumlah agama atau kepercayaan yang dimiliki, dimana pada zaman praaksara hanya ada animisme dan dinamisme, namun sekarang sudah ada 6 agama yang bisa dianut.
Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki UUD NRI Tahun 1945 yang menjamin kebebasan beragama ini, masih saja banyak ditemukan kasus intoleransi yang terjadi di Indonesia. Salah satu contoh dari kasus intoleransi yang pernah terjadi di Indonesia adalah penolakan pembangunan gereja di Cilegon. Sampai sekarang kota Cilegon belum memiliki tempat ibadah lain selain tempat ibadah Islam. Kasus ini merupakan salah satu contoh intoleransi karena warga Cilegon tidak mengizinkan warga Cilegon yang ingin membangun gereja ataupun tempat ibadah lainnya.
Adapun 7 dosa mematikan yang merupakan dosa-dosa yang terjadi didalam Alkitab. 7 dosa itu meliputi kesombongan, ketamakan, iri hati, kemarahan, hawa nafsu, kerakusan dan kemalasan. Dari kasus di Cilegon dapat kita ketahui bahwa warga Cilegon melakukan dosa ketamakan (keserakahan), dimana dapat dilihat bahwa warga Cilegon tidak mengizinkan warga agama lain untuk membangun tempat ibadah mereka. Tentunya warga Cilegon seharusnya tidak melakukan ini karena mereka seharusnya memiliki rasa toleransi dan sadar bahwa di Indonesia ini banyak agama yang beragam dan bukan hanya satu agama saja.
Di Indonesia pun ada sesuatu yang bernama "Trologi Kerukunan Umat Beragama," dimana tentunya terdapat 3 point didalamnya. Ketiga point tersebut adalah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dan pemerintah. Kerukunan intern umat beragama merupakan kerukunan yang dibentuk oleh pemeluk didalam suatu agama, kerukunan antar umat beragama merupakan kerukunan yang terbentuk antara umat agama yang berbeda, dan yang terakhir adalah kerukunan antara umat beragama dan pemerintah, dimana ini merupakan kerukunan yang terbentuk antara umat agama yang berbeda dan juga pemerintah. Ketiga trilogi ini tentunya memiliki tujuan dibuatnya, yaitu untuk menjaga kerukunan umat beragama meskipun memiliki banyak perbedaan.
Tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia harus memiliki upaya untuk mempertahankan kerukunan ini. Beberapa upaya yang dapat kita lakukan adalah mengikuti kegiatan keagamaan, saling memamaafkan, tidak menjelek-jelekkan agama lain, patuh mengikuti peraturan keagamaan yang dibuat oleh pemerintah, dll. Kerukunan beragama merupakan sesuatu yang penting bagi Indonesia, ini dikarenakan negara Indonesia yang memiliki banyak agama didalamnya dan oleh karena itu lah kerukunan merupakan sesuatu yang penting. Tanpa adanya kerukunan, maka Indonesia tidak akan bisa hidup dengan damai dan lama kelamaan bisa terpecah.
Tentunya memang masih banyak orang yang belum bisa menerima dan belum bisa saling mengasihi satu sama lain dengan perbedaan yang ada, namun kita harus bisa sadar bahwa Tuhan telah memberikan Roh Kudus yang bisa melepaskan kita dari ikatan dosa dan juga dapat membantu kita mulai menerima dan mengasihi satu sama lain. Roh Kudus pun juga membantu manusia agar bisa sadar akan dosa-dosa yang telah diperbuat. Kita seharusnya sebagai anak Tuhan sadar jika kita melakukan dosa dan ingin mulai bertuhbuh dalam tuhan dan melakukan transformasi spiritual. Transformasi spiritual disini berarti kita dirubah agar hidup kita bisa lebih serupa dengan Kristus.
Transformasi spiritual ini hanya bisa terjadi jika kita ingin menerima Tuhan dan respon jika Tuhan mengerahkan kita ke suatu arah. Kita harus respon karena transformasi ini bukanlah sesuatu yang pasif dan hanya membutuhkan inisiatif Allah saja, namun harus ada inisiatif dari diri kita yang berasal dari hati kita dan pada akhirnya memengaruhi seluruh aspek seorang individu. Tentunya transformasi spiritual ini akan berdampak bagi kehidupan sehari-hari kita, contohnya seperti kita yang akan memiliki hidup yang lebih baik lagi dibandingkan dengan hidup kita yang lama sebeleum bertransformasi, kita akan menjadi orang yang lebih bisa menerima lingkungan sekitar kita, kita juga akan lebih bisa hidup dengan rukun dengan sekitar kita (memiliki kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antara umat beragama dan pemerintah), dll. Sebagai orang percaya saya dapat melakukan beberapa hal praktis yang dapat membantu saya untuk mengalami transformasi spiritual, yaitu rajin membaca Alkitab, sering ke gereja, saling membantu sesama, menghormati sesama manusia, dll.
Dari sini, telah dijelaskan bahwa Indonesia ini memiliki banyak agama yang berbeda-beda dan tentunya dengan ciri-ciri yang berbeda-beda juga. Masa praaksara pun juga memiliki kepercayaan mereka masing-masing, namun jumlah kepercayaan mereka lebih sedikit dibandingkan dengan kepercayaan yang ada zaman sekarang ini. Telah diketahui juga bahwa ada 7 dosa maut yang sering kali kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari yang seharusnya kita hindari. Kita sebagai anak Tuhan harus bisa sadar atas dosa yang kita lakukan dan melakukan transformasi spiritual.
Pada Keluaran 20:1-17 ada dijelaskan tentang 10 perintah Allah, dimana dari ayat-ayat tersebut kita bisa mempelajari apa saja yang seharusnya kita lakukan dan tidak lakukan. Sebagai pelajar Kristen, saya sadar bahwa Tuhan telah memberikan kita akal budi untuk berfikir sampai pada akhirnya bisa sampai di masa ini dimana kita sudah mengenal-Nya. Manusia purba pada zaman-zaman praaksara belum mengenal Tuhan karena pada saat itu mereka belum menggunakan akal budi mereka dengan sepenuhnya, justru mereka malah percaya dengan animisme dan dinamisme. Namun meskipun begitu, kita harus bisa bersyukur karena Tuhan telah memberikan kita kesempatan untuk mengenal Dia.Â
Daftar Pustaka
Gunawan, Restu, Amurwani Dwi Lestariningsih, dan Sardiman. (2017) Sejarah Indonesia Kelas X Untuk SMA/MA/SMK/MAK. Kurikulum 13 Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SMP, Admin. "Periodesasi Zaman Batu Di Masa Praaksara." Direktorat SMP, 14 June 2022, ditsmp.kemdikbud.go.id/periodesasi-zaman-batu-di-masa-praaksara/#:~:text=Masa%20praaksara%20adalah%20sebuah%20masa.
Bahan ajar: Slide sejarah (ppt corak kehidupan pra-aksara)
Peoples, Hervey C., et al. "Hunter-Gatherers and the Origins of Religion." Human Nature, vol. 27, no. 3, 6 May 2016, pp. 261--282, www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4958132/, 10.1007/s12110-016-9260-0.
Maarif, Syamsul Dwi. "Mengenal Ciri-Ciri Kehidupan Masyarakat Pada Masa Bercocok Tanam." Tirto.id, 18 July 2021, tirto.id/mengenal-ciri-ciri-kehidupan-masyarakat-pada-masa-bercocok-tanam-ghRb. Accessed 15 Nov. 2022.
Agnas. "Situs Megalitik: Perbedaan Menhir, Dolmen, Sarkofagus, Waruga - Guru Geografi." Www.gurugeografi.id, 2018, www.gurugeografi.id/2018/07/situs-megalitik-perbedaan-menhir-dolmen.html. Accessed 15 Nov. 2022.
Kresnoadi. "Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Prasejarah | Sejarah Kelas 10." Www.ruangguru.com, 22 Dec. 2017, www.ruangguru.com/blog/sistem-kepercayaan-manusia-purba.
"Perlindungan Terhadap Kebebasan Beragama | Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia." Www.mkri.id, 23 July 2015, www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11505.
Agama, Kementrian. "Mengurai Polemik Penolakan Pendirian Gereja Di Cilegon." Kemenag.go.id, kemenag.go.id/read/mengurai-polemik-penolakan-pendirian-gereja-di-cilegon-doyyq.
Sudarno, Jaja, and M.Si. "Tri Kerukunan Umat Beragama." Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bengkulu, 21 June 2017, bengkulu.kemenag.go.id/artikel/42737-tri-kerukunan-umat-beragama.
Kesbangpollinmas, Admin. Strategi Dan Kebijakan Untuk Mewujudkan Dan Memelihara Kerukunan Umat Beragama -- Badan Kesbangpol. 16 Oct. 2018, kesbangpollinmas.klungkungkab.go.id/2018/10/16/strategi-dan-kebijakan-untuk-mewujudkan-dan-memelihara-kerukunan-umat-beragama/#:~:text=Tri%20Kerukunan%20Umat%20Beragama%20tersebut.
Adlani, Nabil. "Jawab Soal Contoh Perilaku Masyarakat Yang Mencerminkan Kerukunan Beragama - Adjar." Adjar.grid.id, 11 Dec. 2021, adjar.grid.id/read/543038797/jawab-soal-contoh-perilaku-masyarakat-yang-mencerminkan-kerukunan-beragama?page=all. Accessed 15 Nov. 2022.
Aeni, Siti. "Mengulas Enam Agama Di Indonesia Dari Sejarah Sampai Tempat Ibadah - Nasional Katadata.co.id." Katadata.co.id, 5 Oct. 2021, katadata.co.id/sitinuraeni/berita/615bd585217fe/mengulas-enam-agama-di-indonesia-dari-sejarah-sampai-tempat-ibadah.
Hadi, Abdul. "Teori Masuknya Agama Hindu Budha Ke Indonesia: Brahmana-Ksatria." Tirto.id, 29 Nov. 2021, tirto.id/teori-masuknya-agama-hindu-budha-ke-indonesia-brahmana-ksatria-f8QP. Accessed 15 Nov. 2022.
itsrur. "Seven Deadly Sins, Tantangan Generasi Muda Indonesia Di Era Digital." ITS News, 3 Apr. 2020, www.its.ac.id/news/2020/04/03/seven-deadly-sins-tantangan-generasi-muda-indonesia-di-era-digital/#:~:text=Seven%20deadly%20sins%20terdiri%20atas.
Â
Sumiwi, Asih Rachmani Endang. "Peran Roh Kudus Dalam Kehidupan Orang Percaya Masa Kini." JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO, vol. 1, no. 1, 14 Dec. 2018, 10.46929/graciadeo.v1i1.19.
Alkitab: Imamat 26:1
Bahan ajar: Slide PAKBP (10 Hati _ Transformasi Menuju Keserupaan dengan Kristus)
Alktab: Keluaran 20:1-17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H