Mohon tunggu...
Clint Perdana
Clint Perdana Mohon Tunggu... Penulis - Just an Ordinary Learner

Menulis sebagai media bertukar pikiran, diskusi dan dakwah modern di tengah luas namun sempitnya dunia ini, mari berbagi!

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Jurus Mengubah Liburan Menjadi Kelas Traveling Organizer bagi Anak

2 Juli 2023   09:30 Diperbarui: 2 Juli 2023   19:15 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Liburan bersama keluarga (Sumber: shutterstock via kompas.com)

"Anda akan pergi liburan ke mana?" pertanyaan ini seringkali terdengar ketika musim liburan tiba. 

Jawaban yang kita berikan biasanya melibatkan destinasi yang indah dan aktivitas yang menyenangkan.

Namun, bagaimana jika saya memberi tahu Anda bahwa liburan bisa menjadi lebih dari sekedar hiburan?

Bagaimana jika liburan bisa menjadi media belajar yang luar biasa untuk anak-anak kita, sekaligus menjadi investasi jangka panjang bagi masa depan mereka?

Bayangkan jika anak Anda bukan hanya sekedar pengikut dalam setiap perjalanan liburan, tetapi juga seorang perencana, pemimpin, dan evaluasi dari setiap liburan tersebut.

Mengubah paradigma tradisional bahwa liburan adalah waktu untuk 'berhenti belajar', kita akan melihat liburan sebagai kesempatan emas untuk mengajarkan anak-anak menjadi 'traveling organizer' mandiri yang menawarkan investasi masa depan yang produktif untuk anak-anak Anda.

Liburan atau traveling bukan hanya tentang pergi ke tempat baru, melainkan juga seputar proses perencanaan, pengorganisasian, hingga evaluasi.

Inilah aspek-aspek penting yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi anak. Peran kita sebagai orang tua adalah memandu dan memberikan contoh bagaimana melakukan semua itu secara mandiri.

Pada awalnya, Anda dapat melibatkan anak dalam proses perencanaan liburan. Biarkan mereka mencari dan memilih destinasi, mengatur itinerary, hingga mencari akomodasi dan transportasi.

Saat ini, informasi tentang berbagai destinasi wisata dapat dengan mudah diakses melalui internet. Analoginya, anak-anak kita seperti kapten kapal yang sedang belajar merancang pelayarannya sendiri.

Namun jangan lupa untuk memberi informasi anggaran atau budget liburan yang memang akan dialokasikan. Selain transparansi finansial, hal ini juga akan mulai mengajarkan anak bagaimana bisa memberikan hasil optimal dengan batasan yang dimiliki.

Selanjutnya adalah tahap eksekusi. Dalam hal ini, anak-anak harus dipercaya untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pilihannya. Dalam perjalanan, tentu saja akan ada berbagai kendala dan masalah yang muncul.

Di sinilah anak belajar bagaimana mencari solusi, beradaptasi, dan tetap tenang dalam situasi yang tidak terduga. Ini adalah bagian dari proses belajar menjadi traveling organizer yang mandiri.

Analogi yang bisa digunakan di sini adalah permainan catur. Dalam permainan catur, pemain harus memikirkan strategi, memprediksi langkah lawan, dan mengambil keputusan. Hal ini sangat mirip dengan apa yang dilakukan seorang traveling organizer.

Setelah liburan, Anda bisa mengajak anak untuk melakukan evaluasi. Apa yang berjalan baik? Apa yang bisa diperbaiki untuk liburan selanjutnya?

Evaluasi ini adalah proses belajar yang penting untuk menciptakan pola pikir yang kritis dan reflektif.

Sebuah analogi yang menarik adalah seperti menanam pohon. Setelah proses penanaman, kita harus mengamati dan merawatnya.

Sama seperti setelah liburan, kita harus melihat apa yang telah "tumbuh" dari pengalaman tersebut dan "memangkas" hal-hal yang perlu diperbaiki.

Tentunya, untuk memastikan semua ini berjalan dengan baik, peran orang tua sangat penting. Anda harus mampu memberikan dorongan dan dukungan, sekaligus memberikan kebebasan kepada anak untuk membuat keputusan.

Tidak lupa, juga harus ada pengawasan dan bimbingan untuk memastikan segalanya berjalan dengan aman.

Sebagai analogi, Anda bisa membayangkan diri Anda sebagai pengawas sebuah laboratorium. Anda memberikan alat dan bahan, memberi tahu anak-anak aturan dasar keamanan, dan membiarkan mereka bereksperimen.

Anda berada di sana untuk memastikan semuanya aman, tetapi bukan untuk mengendalikan setiap eksperimen mereka. Dengan demikian, anak-anak akan belajar dari kesalahan dan sukses mereka sendiri.

Tentunya, tantangan dalam melaksanakan pendekatan ini tidak sedikit. Salah satunya adalah kesabaran.

Proses belajar memang memerlukan waktu dan kesabaran, dan hal ini berlaku pula dalam proses mendidik anak menjadi traveling organizer mandiri. Jangan berharap hasil instan. Biarkan anak belajar dari setiap proses yang mereka jalani.

Selain itu, tantangan lain adalah ketakutan akan risiko. Ya, dalam perjalanan tentu ada risiko. Namun, hal ini juga menjadi bagian dari pembelajaran.

Risiko membuat anak-anak belajar untuk berhati-hati dan bertanggung jawab. Anda sebagai orang tua harus mampu memandu mereka dalam menghadapi risiko tersebut, bukan menghindarinya.

"Life is a journey that must be traveled no matter how bad the roads and accommodations." - Oliver Goldsmith

Selain tantangan, ada beberapa hal yang perlu dihindari dalam proses ini. Pertama, hindari sikap overprotektif. Biarkan anak belajar dan membuat kesalahan sendiri.

Dengan begitu, mereka akan belajar bagaimana mengatasi kesalahan dan belajar dari pengalaman tersebut.

Kedua, hindari memberikan tekanan berlebihan pada anak. Ingatlah bahwa tujuan utama dari liburan adalah bersenang-senang dan beristirahat.

Jadi, meskipun Anda ingin anak belajar dan tumbuh, pastikan bahwa itu tidak mengganggu kebahagiaan dan kenyamanan mereka.

Jangan lupa untuk selalu memberikan apresiasi kepada anak. Setiap langkah yang mereka ambil dalam menjadi traveling organizer mandiri adalah pencapaian yang patut diapresiasi.

Dengan memberikan apresiasi, Anda akan membantu mereka membangun rasa percaya diri dan memotivasi mereka untuk terus belajar dan berkembang.

Pada akhirnya, pemilihan destinasi yang tepat sangat penting dalam tahap awal pelatihan dan belajar menjadi seorang traveling organizer.

Beberapa tempat berikut mungkin bisa jadi referensi dan jujukan media praktik belajar serta memperkaya pengalaman antara lain;

#1 Taman Kota atau Taman Nasional Lokal

Tempat ini biasanya menawarkan berbagai aktivitas yang dapat dipilih dan diatur oleh anak-anak. Misalnya, mereka bisa merencanakan picnic, trekking, atau bahkan mengatur jadwal pengamatan satwa.

Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan faktor keamanan dan cuaca.

#2 Museum atau Pameran Seni

Museum dan pameran seni bisa menjadi destinasi yang menarik.

Anak-anak dapat merencanakan kunjungan ke beberapa museum atau pameran, memilih pameran apa yang ingin mereka lihat, dan mengatur jadwal kunjungan. Mereka juga dapat belajar mengatur budget untuk tiket masuk dan transportasi.

#3 Festival Lokal

Jika ada festival atau acara lokal, anak-anak dapat merencanakan untuk menghadirinya. Mereka harus mempertimbangkan waktu, tempat, dan aktivitas yang akan dilakukan di festival tersebut.

Festival juga merupakan kesempatan baik untuk belajar tentang budaya dan tradisi lokal.

#4 Pantai atau Gunung

Jika Anda berencana liburan ke pantai atau gunung, biarkan anak-anak merencanakan perjalanan. Mereka harus mempertimbangkan transportasi, akomodasi, persediaan makanan, dan kegiatan yang akan dilakukan.

Ini adalah pelajaran yang baik tentang perencanaan dan logistik terutama jika memilih sesi camping keluarga di alam bebas.

"Travel, in the younger sort, is a part of education; in the elder, a part of the experience." - Francis Bacon

Mendidik anak menjadi traveling organizer mandiri tentu bukan hal yang mudah. Namun, dengan pendekatan yang tepat, kesabaran, dan dukungan, Anda bisa membantu mereka mengembangkan keterampilan dan sikap yang akan sangat bermanfaat untuk masa depan mereka.

Jadi, mengapa tidak memulainya pada liburan keluarga berikutnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun