Pada 18 Juni 2023 lalu, dunia dikejutkan kabar hilangnya kapal selam Titan milik OceanGate Expedition untuk explorasi bangkai kapal Titanic yang kemungkinan tenggelam dalam misinya "rutin"nya.
Berita yang mengingatkan akan tragedi KRI Nanggala di 2021 silam mendorong kita untuk melihat lebih dekat kehidupan yang dilalui oleh awak kapal selam yang berada di dalamnya.
Kehidupan di dalam kapal selam, yang coba dirangkum dari berbagai sumber, adalah layaknya sebuah wahana penjelajah bawah air yang dikemas dalam silinder baja, adalah realitas yang tidak biasa.
Ruang yang sempit, lampu yang redup, suara mesin yang berdengung, dan pengetahuan bahwa ton-ton air menekan dari semua arah dapat memicu rasa cemas, claustrophobia, dan takut yang mungkin timbul.
Namun, hal pertama yang perlu kita pahami adalah bahwa kehidupan di kapal selam bukanlah hukuman. Ini adalah tugas yang membutuhkan disiplin diri, ketekunan, dan tekad yang kuat.
Di sini, baik awak kapal maupun non-awak (pengunjung/ penumpang) Â yang memang ada didalamnya harus menjalani rutinitas sehari-hari yang ketat untuk menjaga kondisi fisik dan mental mereka tetap prima.
Para pelaut menerima pelatihan yang intensif sebelum misi dimulai. Mereka belajar tentang segala aspek operasional kapal selam, mulai dari navigasi, komunikasi, hingga perawatan mesin dan peralatan darurat.
Mereka juga belajar cara bertahan hidup dalam kondisi darurat, termasuk cara menangani potensi kebakaran, kerusakan peralatan, dan bahkan kebocoran.
Bagi non-pelaut yang ikut dalam misi, mereka juga menerima pelatihan dasar tentang tata cara dan protokol kehidupan di kapal selam. Mereka diajarkan bagaimana menjaga keseimbangan dalam lingkungan yang bergerak, bagaimana beradaptasi dengan perubahan tekanan, dan apa yang harus dilakukan dalam kasus kegagalan peralatan atau sistem.
Salah satu tantangan terbesar di dalam kapal selam adalah mengekang kebosanan. Untuk itu, rutinitas diatur dengan cermat. Ada waktu untuk makan, waktu untuk bekerja, waktu untuk istirahat, dan waktu untuk hiburan.