Mohon tunggu...
Clint Perdana
Clint Perdana Mohon Tunggu... Penulis - Just an Ordinary Learner

Menulis sebagai media bertukar pikiran, diskusi dan dakwah modern di tengah luas namun sempitnya dunia ini, mari berbagi!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menemukan Jalan Pulang dalam Labirin Keterikatan Komunitas

11 Juni 2023   08:44 Diperbarui: 11 Juni 2023   09:59 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by: Adesh Chopade - Wikimedia Commons 

Betapa sering kita mendengar kalimat bijak "Seekor burung yang merdeka terbang lebih tinggi dibandingkan burung dalam sangkar emas". Filosofi sederhana ini mengekspresikan nilai-nilai kebebasan, individualitas, dan ekspresi diri. Namun, ironisnya, banyak dari kita yang berakhir seperti burung dalam sangkar emas dalam komunitas yang kita ikuti.

Mencari ilmu dan teman, mengisi waktu luang, atau sekadar bergabung demi meningkatkan keterampilan---alasan beragam. Semula seru dan menantang, namun lama-lama perasaan keterpaksaan dan keterikatan merasuki, mengubahnya menjadi pengalaman yang tidak nyaman dan tidak sehat. Lantas, mengapa fenomena ini bisa terjadi?

Salah satu faktor yang mendasari adalah "harapan yang berlebihan". Ketika kita memutuskan untuk bergabung dalam suatu komunitas, seringkali kita dipandu oleh ekspektasi tinggi---baik itu terkait peningkatan pengetahuan, keterampilan, ataupun jaringan. Namun, kenyataan tidak selalu seindah harapan. Ketika ekspektasi ini tak terpenuhi, rasa kecewa dan keterpaksaan mulai merayap masuk.

Contoh relevan dapat kita lihat dalam komunitas pelajar. Seorang siswa yang bergabung dalam klub debat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya, bisa jadi merasa tertekan ketika ia diharuskan untuk berpartisipasi dalam kompetisi tanpa henti. Awalnya ia merasa antusias, namun seiring berjalannya waktu, yang tersisa hanyalah rasa terpaksa.

Faktor lainnya adalah "keterikatan sosial yang kuat". Komunitas yang awalnya dirasakan memberikan kebebasan untuk berekspresi dan menjadi diri sendiri, lama kelamaan mungkin justru membatasi ruang gerak individu. Tekanan sosial untuk selalu hadir, berpartisipasi, dan berkontribusi dapat menimbulkan rasa keterikatan yang berlebihan.

Ambil contoh, seorang anggota komunitas pecinta buku yang awalnya merasa gembira berbagi dan mendiskusikan buku favorit, lama-kelamaan bisa merasa tertekan dengan keharusan untuk selalu update dengan buku-buku baru dan rutinitas diskusi mingguan. Jika ini yang dirasakannya, perasaan keterpaksaan dan keterikatan berlebihan sudah mulai mengendap.

Namun, kita tidak perlu berputus asa. Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk menghadapi fenomena ini, yang setidaknya akan dapat membantu kita mempersiapkan diri dengan kondisi tersebut antara lain;

Pertama, "realistis dalam menentukan ekspektasi". Memahami bahwa tidak ada komunitas yang sempurna adalah kunci utama. Jika kita menyadari bahwa setiap komunitas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kita akan lebih mudah menghadapi ketidak sesuaiannya dengan ekspektasi awal.

Seorang siswa yang bergabung dalam klub debat misalnya, ia harus menyadari bahwa tidak hanya peningkatan kemampuan berbicara yang akan didapat, tetapi juga tantangan untuk berkompetisi. Jika ia sudah paham hal ini sejak awal, kekecewaan bisa diminimalisir.

Kedua, "menetapkan batasan". Meski terlihat sederhana, tetapi ini sangat penting. Penentuan batas bukan berarti kita tidak berkontribusi, tetapi lebih kepada bagaimana kita bisa tetap berkontribusi tanpa merasa terbebani.

Anggota komunitas pecinta buku tadi, bisa menentukan batasannya dalam mengikuti diskusi mingguan dan waktu membaca buku, sehingga dia tidak merasa terpaksa dan dapat menikmati kembali kegiatan tersebut.

Ketiga, "jangan ragu untuk beristirahat". Kita adalah manusia, bukan mesin. Kadangkala, yang kita butuhkan hanyalah waktu untuk diri sendiri. Jika komunitas mulai terasa menguras energi dan pikiran, ambil waktu untuk beristirahat. Bisa dengan mengambil cuti dari kegiatan komunitas atau mungkin sekadar mengambil waktu sejenak untuk merenung dan merilekskan diri.

Keempat, "mengomunikasikan perasaan". Jika rasa keterpaksaan dan keterikatan yang berlebihan mulai mengganggu, jangan ragu untuk berbicara. Diskusikan perasaan dan pemikiranmu dengan anggota lain atau pemimpin komunitas. Dalam banyak kasus, mereka mungkin saja merasakan hal yang sama. Dengan berbagi, solusi yang sebelumnya tidak terpikirkan bisa saja muncul.

Kelima, "selalu ingat alasanmu bergabung". Mengapa kamu memutuskan untuk menjadi bagian dari komunitas ini? Apa tujuanmu? Apa yang kamu harapkan? Menilik kembali alasanmu bergabung dapat membantu kamu memutuskan apakah kamu masih ingin terus menjadi bagian dari komunitas tersebut atau sebaliknya.

Dalam perjalanan kita sebagai anggota komunitas, pasti ada suka dan duka, pahit dan manis, harapan dan kekecewaan. Itu semua adalah bagian dari dinamika kehidupan. Jangan biarkan rasa keterpaksaan dan keterikatan berlebihan membelenggu diri kita. 

Ingatlah, burung merdeka yang terbang tinggi adalah mereka yang berani memutus belenggu dan memilih rute terbangnya sendiri.

Mari, kita jadi burung merdeka itu. Karena pada akhirnya, kita memiliki hak untuk memilih. Hak untuk menjadi bagian atau melepaskan diri. Hak untuk berkontribusi atau beristirahat. Hak untuk merasa nyaman dan sehat, baik secara fisik maupun mental. Pada akhirnya, semua pilihan ada di tangan kita.

Jadi, apakah kamu memilih untuk terus merasa terpaksa dan terikat, ataukah kamu akan memutuskan untuk merdeka dan mengejar apa yang sebenarnya kamu cari dari sebuah komunitas? Jawaban dari pertanyaan itu hanyalah kamu yang bisa menentukannya.

Perjalanan memang tak selalu mulus, tetapi jangan biarkan rasa tak nyaman itu mengendap dan berubah menjadi rasa terpaksa. Cobalah untuk terus belajar dan beradaptasi. Sebab, dalam setiap komunitas, ada pelajaran berharga yang bisa kita petik, baik dari segi pengetahuan, pengalaman, ataupun dalam bentuk pertemanan dan relasi.

Namun, jika kamu merasa sudah tak bisa lagi beradaptasi, jangan sungkan untuk berhenti. Ingatlah, bahwa tidak ada gunanya memaksakan diri untuk tetap berada dalam komunitas yang sudah tidak membuatmu bahagia atau tumbuh lagi.

Lebih baik untuk mencari komunitas lain yang mungkin bisa lebih sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasimu. Seperti pepatah yang mengatakan bahwa ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak komunitas di luar sana yang mungkin jauh lebih cocok untukmu.

Communication leads to community, that is, to understanding, intimacy and mutual valuing - Rollo May

Pada akhirnya, yang terpenting adalah kamu merasa nyaman dan sehat, baik secara fisik maupun mental, dalam komunitas yang kamu ikuti. Jangan biarkan rasa terpaksa dan keterikatan yang berlebihan mengubah pengalaman positif menjadi sesuatu yang membosankan dan menyiksa. Mari kita jadikan setiap pengalaman sebagai pelajaran yang berharga dan jadikan setiap tantangan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh.

Jadi, bagaimana caranya agar kita bisa tetap merasa nyaman dan sehat dalam komunitas yang kita ikuti? Salah satu caranya adalah dengan menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kegiatan komunitas. Jangan biarkan kegiatan komunitas mengganggu kehidupan pribadimu dan sebaliknya. Buatlah jadwal yang bisa memenuhi kedua kebutuhan tersebut.

Selain itu, cobalah untuk selalu terbuka dan jujur dengan diri sendiri. Jika kamu merasa tidak nyaman dengan sesuatu, jangan ragu untuk mengungkapkannya. Ingatlah bahwa setiap perasaanmu adalah valid dan pantas untuk didengar. Dengan begitu, kamu bisa menghindari rasa terpaksa dan keterikatan yang berlebihan.

Terakhir, cobalah untuk selalu bersikap positif dan proaktif. Jika ada masalah, jangan ragu untuk mencari solusi. Jika ada kesempatan, jangan ragu untuk mengambilnya. Dengan begitu, kamu bisa menjadikan pengalaman dalam komunitas sebagai sesuatu yang positif dan berharga.

Tentu saja, setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menghadapi perasaan keterpaksaan dan keterikatan dalam komunitas. Yang terpenting adalah kamu harus selalu ingat bahwa kamu memiliki hak untuk merasa nyaman dan sehat, dan kamu memiliki kebebasan untuk memilih jalanmu sendiri.

Jadi, mari kita terbang tinggi dan jangan biarkan apa pun yang menghalangi kita. Ingat, komunitas sehat adalah tempat belajar, berbagi, dan bertumbuh tanpa belenggu. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun