Waktu pun berlalu. Kazuo dan Nobu masuk ke SMA favorit di kotanya, karena mereka pada dasarnya adalah anak-anak yang pandai. Kazuo dan Nobu sudah tumbuh menjadi remaja yang berbadan bugar berkat latihan mereka yang rutin.Â
"Wah, gak nyangka ya kita sudah SMA saja," sebut Kazuo dengan bangga.Â
"Hahaha, iya akhirnya sebentar lagi kita bisa ikut lomba tinju, seperti apa yang kita impikan bertahun-tahun lalu!" jawab Nobu.Â
Menyentuh usia yang layak untuk mengikuti lomba tinju, mereka makin giat untuk berlatih. Sayangnya jadwal yang berantakan karena latihan yang keras, nilai Kazuo dan Nobu pun menurun. Oleh karena itu, orang tua Kazuo dipanggil ke sekolah untuk ditanyakan langsung mengapa nilai Kazuo dapat menurun.
Ayah Kazuo sudah mulai curiga bahwa Kazuo bukan belajar di rumah Nobu, melainkan melakukan hal lain.Â
Suatu sore, saat Kazuo baru pulang dari rumah Nobu, ayah Kazuo langsung mengambil dan membuka tas Kazuo. Ayah Kazuo pun terkaget, apa yang ditemukannya ialah perlengkapan tinju.Â
"Apa ini?! Ooo jadi ini yang membuat nilaimu turun?! Sudah ayah bilang, jangan tinju, itu adalah kekerasan bukan olahraga!" Teriak ayah Kazuo.Â
"Mengapa sih ayah tidak pernah mendukung apa yang aku suka, yang aku impikan dari dulu?" balas Kazuo sambil merebut kembali perlengkapan tinjunya dan berjalan ke kamarnya.Â
Semenjak saat itu Kazuo diperketat pergaulannya oleh ayahnya, karena ayahnya takut Kazuo akan berlatih tinju lagi. Hari pun berlalu, Kazuo berada di sekolahnya sambil melihat selembaran di mading yang mengiklankan pertandingan tinju.Â
"Wah akhirnya mimpi kita akan terwujudkan sebentar lagi!" seru Nobu.Â
"Percuma, aku sudah dilarang oleh ayahku, bagaimana bisa menang kalau aku saja tidak pernah latihan," jawab Kazuo.