Mohon tunggu...
Asina Siagian
Asina Siagian Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya bekerja sebagai tenaga IT. Lulusan Fakultas Ilmu Komputer - Universitas Indonesia. Pergi ke tempat-tempat baru dan berbaur dengan budaya lokal menjadi petualangan yang tidak ada habisnya. Menulis adalah hal lain yang membuat hidup saya bergairah. Biasanya saya menulis di http://clickmyjourney.blogspot.com/.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

2. Pertama kali solo traveling

9 Januari 2013   04:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:21 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[Info: jika ingin menggunakan angkutan umum, dari Denpasar menuju Padang Bai cukup mudah. Naik ojek ke Batubulan, lalu dari terminal kita bisa naik minibus menuju Amlapura. Turun di pertigaan Padang Bai (ongkosnya lebih kurang 15 ribu) dan lanjut naik ojek menuju pelabuhan dengan tarif sekitar 3-5 ribu.]

Ini pertama kalinya aku jalan jauh sendiri. Secara naluriah, aku menjadi selalu waspada. Banyak info yang kudapat dari internet bahwa calo-calo di pelabuhan Padang Bai sangat agresif. Ada seorang laki-laki yang terus menawariku kapal cepat ke Senggigi walaupun aku sudah bilang aku ingin ke Lembar. Ada lagi seorang ibu yang terus mengikutiku supaya aku membeli salaknya.

Di dalam feri, ada beberapa laki-laki yang menawarkan diri untuk ikut bersama mereka ke Mataram. Tapi sepertinya intuisiku mengatakan sebaiknya kutolak saja. Dan ada seorang pria yang kelihatan ramah, dia yang memberitahuku angkutan umum dari Batubulan ke Padang Bai. Dia mengajakku sama-sama ke Mataram sambil matanya tak lepas dari dadaku. Dasar pria otak mesum, padahal aku pakai kaos oblong yang cukup longgar tapi cara dia melihat seolah-olah aku sedang memakai baju minimalis. Aku merasa tidak nyaman dan aku pun beranjak pergi menjauh.

Lalu ada seorang laki-laki datang ke bangkuku dan ingin meminjam uang kepadaku. Dia berjanji akan menggantinya ketika kami sampai Mataram. Sangat tidak masuk akal, dia tidak butuh uang apapun selama berada di tengah laut. Sekiranya dia memang punya uang di ATM, kenapa dia harus meminjam dulu kepadaku? Aku hanya katakan bahwa aku tidak punya uang banyak, hanya cukup ongkos hingga Mataram. Dan lagi sikapnya mencurigakan, dia begitu gugup.

Ada lagi seorang pria bermata sipit melambaikan tangannya berkali-kali padaku. Aku pura-pura tidak melihatnya. Ketika aku sedang memandang ke arahnya, dia mencoba melambaikan tangannya lagi. Aneh sekali orang ini. Dia melambaikan tangan seolah-olah mengenalku. Aku tidak mengenalnya, tidak juga membutuhkan pertolongannya, jadi aku tidak perlu menghampirinya.

Setelah 5 jam perjalanan yang sangat membosankan dari Padang Bai, akhirnya tiba juga di pelabuhan Lembar. Dan aku hampir saja masuk perangkap singa. Seorang pria paruh baya mengatakan bahwa dia bawa mobil dan tujuannya adalah Mataram. Dia mengajakku untuk bareng. Awalnya kupikir tak ada salahnya bareng. Baru saja aku ingin ikut orang ini ke dalam mobilnya, seorang laki-laki muda mendekatiku dan mengatakan ikut dia (anak muda itu) saja.

Spontan disitu aku langsung sadar apa yang terjadi. Aneh. Aneh sekali. Kenapa semua laki-laki Lombok menginginkan aku bersama mereka? Apakah mereka memang sedemikian terbukanya mengungkapkan keinginan mereka? Apakah seorang gadis, sendirian dan bukan warga lokal merupakan sasaran empuk buat mereka?

"Bapak, maaf aku tidak jadi ikut ama bapak. Dan kamu, saya juga tidak ikut kamu. Saya ingin jalan sendiri." Setelah mengucapkan kata-kata tersebut. Aku langsung pergi meninggalkan mereka berdua tanpa menoleh ke belakang.

Tuhan masih melindungiku. Terima kasih Tuhan. Ini menjadi pelajaran buatku untuk selalu waspada dan semakin hati-hati menilai orang. Apakah dia tulus ingin berbuat baik atau dia punya maksud terselubung di balik itu semua.

Pertama kali menginjakkan kaki di tanah Lombok, hatiku buncah dengan ucapan syukur. My dream years ago comes true.

Aku langsung nanya angkutan umum ke Mataram kepada seorang pedagang di Lembar. Si ibu bilang jam segini (jam 7 malam) sudah tidak ada lagi angkutan umum. Aku lupa ini Lombok bukan Jakarta. Disini angkutan umum sudah tidak ada setelah jam 5 sore. Lalu ada tukang ojek yang menawarkan jasa. Setelah setuju mengenai harganya. Aku pun memutuskan naik ojek. Si tukang ojek tanya apakah aku mau langsung ke Senggigi. Karena aku buta mengenai peta Lombok dan tidak punya perencanaan yang jelas, aku memilih menginap di Mataram. Kupikir Senggigi itu jauh, makanya tawarannya kutolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun