Mohon tunggu...
Clementina OrintaD
Clementina OrintaD Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswi

masih belajar, mohon dukungannya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mau Tambah Viewers dan Likers? Yuk Belajar Multimedia Story-Telling

10 Februari 2020   12:27 Diperbarui: 10 Februari 2020   14:43 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel Snow fall oleh New York Times (nytimes.com)

Maraknya media sosial ditengah masyarakat, Multimedia menjadi bentuk yang kian digemari oleh jurnalis dalam menyampaikan berita. Namun, kurangnya pemahaman dalam menggunakan berbagai platform menjadi kendala bagi jurnalis maupun masyarakat.

Definisi dari Multimedia menurut Campbell, merupakan sebuah gabungan beragam bentuk media, seperti foto, tulisan, suara, video, grafik dan tulisan dalam memproduksi sebuah cerita. Dalam profesi lain multimedia dapat diidentifikasi sebagai cross-media, mixed media atau transmedia. Sementara itu dalam profesi photojournalism, multimedia didefinisikan "foto, dengan..." yang menandakan foto dengan tambahan media lain untuk menceritakan sebuah cerita. Saat ini, multimedia dapat beragam bentuk dan sudah berbasis daring.

Kamera DSLR Nikon D90 (sumber nikon.co.uk)
Kamera DSLR Nikon D90 (sumber nikon.co.uk)

Revolusi digital yang terjadi menyamarkan perbedaan gambar diam dengan gambar bergerak dimana ada gabungan bentuk gambar, seperti adanya freeze-frame dalam sebuah film dan foto yang memiliki alur cerita yang terlihat adanya pengaruh dari film. Dipengaruhi oleh perubahan teknologi, kini photojournalism kerap menggunakan kamera DSLR dengan kemampuan video - Nikon D90 pada Agustus 2008 segera diikuti oleh Canon 5D Mark II. Dengan adanya kamera DSLR, kembali menyorot hubungan pengambilan gambar diam dan bergerak dalam satu kamera.

Kamera DSLR Canon 5D mark II (sumber croma.com)
Kamera DSLR Canon 5D mark II (sumber croma.com)

"Visual Story-Telling" bukan menjadi "konvergensi" dari segala sesuatu menjadi satu, atau tempat di mana satu bentuk baru menggantikan yang lain. Namun menjadi sebuah bentuk konten dalam bentuk beragam media di mana jurnalis foto dapat membawa kemampuan estetika dan komitmen mereka untuk pelaporan, dan belajar dari mereka yang beroperasi di luar fotografi dalam membawakan sebuah reportase.

Dilansir pada artikel Medium.com yang ditulis McAdams, Keterampilan multimedia yang tercantum dalam iklan pekerjaan dapat menjangkau berbagai spesialisasi dari pengembang web hingga videografer. Beberapa iklan menentukan "kecakapan dalam multimedia" tanpa penjelasan lebih lanjut. Pada sebuah Iklan 2013 yang mencari produser multimedia dengan jobdesc yang lebih tepatnya: beragam multimedia seperti,  audio, video, foto, grafik informasi, dan gambar gerak - untuk mendukung konten berita.

Dengan kehadiran multimedia, jurnalis-jurnalis dituntut untuk memperoleh keterampilan untuk menunjang bentuk reportase dalam berbagai platform media.

Artikel Snow fall oleh New York Times (nytimes.com)
Artikel Snow fall oleh New York Times (nytimes.com)

Salah satu proyek multimedia adalah kisah digital oleh New York Times dari 2012 pada websitenya, dengan judul artikel "Snow Fall" Proyek yang menuai banyak pujian ini menggabungkan video, gambar animasi, peta, audio, dan tayangan slide foto dilengkapi teks 17.000 kata yang dibagi menjadi enam bagian.

Menggunakan  teknik koding web kinetik (sering disatukan menggunakan parallax scrolling) yang muncul pada 2012. Meskipun itu bukan kisah jurnalisme pertama yang menggunakan teknik itu, "Snow Fall" dipandang oleh banyak orang sebagai semacam daerah aliran dalam multimedia dan cerita online, dan fakta bahwa itu menarik hampir 3 juta kunjungan situs dalam 10 hari pertama membuatnya menjadi titik referensi penting.

Dalam memproduksi Multimedia terutama dalam storytelling, diperlukan sebuah pola pikir dan juga keterampilan. Banyak media yang keliru ingin membuat cerita seperti "Snow Fall" dengan hanya menambah notifikasi tanpa menambah apapun pada cerita untuk meningkatkan pembaca artikel. Namun, Multimedia Story-Telling terus berkembang seiring dengan menambahnya jurnalis yang bereksperimen dengan berbagai kemungkinan yang dibuka oleh alat dan teknik digital baru.

Lalu, apa saja yang pelu kita ketahui tentang Multimedia Story-Telling?

Saling melengkapi, dan tidak berulang. Dalam Story-Telling, penggunaan berbagai jenis media dan adanya saling keterhubungan. Banyaknya platform digunakan semaksimal mungkin untuk saling melengkapi. Maka, sebisa mungkin cerita dalam setiap platform tidak terulang, namun saling melengkapi agar menjaga minat audiens.

Integrasi Jenis Media. Dalam story-telling, jangan menyepelekan media visual dan fokus hanya pada teks namun jadikan seimbang.

Sederhana. Dalam merencanakan penulisan cerita, jurnalis harus memetakan materi cerita mana yang dapat dimasukan, mana yang harus dihilangkan. Teks yang terlalu panjang dan rumit membuat pembaca bingung dan bosan.

Visual yang menarik. Visual yang unik menjadi penarik perhatian audiens agar membaca, mendengarkan, menonton dan menyimak cerita yang tersajikan.

Nonlinier tidak perlu rumit. Dalam multimedia biasanya menyediakan opsi untuk menavigasi cerita. Seringkali opsinya nonlinier. Kita dapat melompat ke bagian mana pun yang kita pilih. Dua pengguna mana pun mungkin mengambil dua jalur yang sepenuhnya berbeda melalui cerita. Multimedia Story-Telling menawarkan jurnalis sebuah kesempatan untuk menunjukkan berbagai sisi cerita.

Interaktivitas yang rendah? Tidak masalah. Beberapa cerita multimedia mengundang interaksi dengan pengguna, namun banyak yang menawarkan sebagian besar pengalaman pasif. Mengatakan bahwa cerita tersebut ini interaktif dalam banyak kasus tidak akurat, ketika pengguna tidak memiliki pilihan selain hanya mengklik, jeda, atau berhenti, cerita tersebut tidak interaktif. Menggulir situs web atau menggunakan hyperlink hanya memberikan tingkat interaksi terendah.

Pengalaman yang mendalam. Story-telling diharapkan menjadi sebuah media dimana pengguna merasakan pengalaman yang baru seolah menjadi tempat yang belum pernah mereka kunjungi.

Pertimbangan jurnalistik yang baik masih dibutuhkan. Dalam pengambilan berita, Jurnalis masih terikat dengan adanya prosedur dan aturan oleh produser, sehingga mempengaruhi jurnalis dalam penulisan berita terlebih dalam melihat realita yang ada. Maka, pandangan jurnalis terhadap realita secara seimbang sangat diperlukan.

Penggunaan multimedia dalam bercerita tentu semakin meroket dengan adanya perkembangan teknologi terutama dengan bentuknya yang beragam dan visualnya yang menarik dalam menyampaikan sebuah informasi. Media lain selain foto, video, dan teks dapat digunakan guna menunjang story-telling  sehingga pengalaman yang dirasakan oleh pembaca lebih maksimal.

Nah kalau mau dengerin podcast tentang bagaimana si story-telling  dalam berbagai media! Atau bisa check video dibawah ini!

REFERENSI :

satu, dua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun