Mohon tunggu...
Clementina OrintaD
Clementina OrintaD Mohon Tunggu... Jurnalis - mahasiswi

masih belajar, mohon dukungannya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Mau Tambah Viewers dan Likers? Yuk Belajar Multimedia Story-Telling

10 Februari 2020   12:27 Diperbarui: 10 Februari 2020   14:43 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamera DSLR Canon 5D mark II (sumber croma.com)

Dalam memproduksi Multimedia terutama dalam storytelling, diperlukan sebuah pola pikir dan juga keterampilan. Banyak media yang keliru ingin membuat cerita seperti "Snow Fall" dengan hanya menambah notifikasi tanpa menambah apapun pada cerita untuk meningkatkan pembaca artikel. Namun, Multimedia Story-Telling terus berkembang seiring dengan menambahnya jurnalis yang bereksperimen dengan berbagai kemungkinan yang dibuka oleh alat dan teknik digital baru.

Lalu, apa saja yang pelu kita ketahui tentang Multimedia Story-Telling?

Saling melengkapi, dan tidak berulang. Dalam Story-Telling, penggunaan berbagai jenis media dan adanya saling keterhubungan. Banyaknya platform digunakan semaksimal mungkin untuk saling melengkapi. Maka, sebisa mungkin cerita dalam setiap platform tidak terulang, namun saling melengkapi agar menjaga minat audiens.

Integrasi Jenis Media. Dalam story-telling, jangan menyepelekan media visual dan fokus hanya pada teks namun jadikan seimbang.

Sederhana. Dalam merencanakan penulisan cerita, jurnalis harus memetakan materi cerita mana yang dapat dimasukan, mana yang harus dihilangkan. Teks yang terlalu panjang dan rumit membuat pembaca bingung dan bosan.

Visual yang menarik. Visual yang unik menjadi penarik perhatian audiens agar membaca, mendengarkan, menonton dan menyimak cerita yang tersajikan.

Nonlinier tidak perlu rumit. Dalam multimedia biasanya menyediakan opsi untuk menavigasi cerita. Seringkali opsinya nonlinier. Kita dapat melompat ke bagian mana pun yang kita pilih. Dua pengguna mana pun mungkin mengambil dua jalur yang sepenuhnya berbeda melalui cerita. Multimedia Story-Telling menawarkan jurnalis sebuah kesempatan untuk menunjukkan berbagai sisi cerita.

Interaktivitas yang rendah? Tidak masalah. Beberapa cerita multimedia mengundang interaksi dengan pengguna, namun banyak yang menawarkan sebagian besar pengalaman pasif. Mengatakan bahwa cerita tersebut ini interaktif dalam banyak kasus tidak akurat, ketika pengguna tidak memiliki pilihan selain hanya mengklik, jeda, atau berhenti, cerita tersebut tidak interaktif. Menggulir situs web atau menggunakan hyperlink hanya memberikan tingkat interaksi terendah.

Pengalaman yang mendalam. Story-telling diharapkan menjadi sebuah media dimana pengguna merasakan pengalaman yang baru seolah menjadi tempat yang belum pernah mereka kunjungi.

Pertimbangan jurnalistik yang baik masih dibutuhkan. Dalam pengambilan berita, Jurnalis masih terikat dengan adanya prosedur dan aturan oleh produser, sehingga mempengaruhi jurnalis dalam penulisan berita terlebih dalam melihat realita yang ada. Maka, pandangan jurnalis terhadap realita secara seimbang sangat diperlukan.

Penggunaan multimedia dalam bercerita tentu semakin meroket dengan adanya perkembangan teknologi terutama dengan bentuknya yang beragam dan visualnya yang menarik dalam menyampaikan sebuah informasi. Media lain selain foto, video, dan teks dapat digunakan guna menunjang story-telling  sehingga pengalaman yang dirasakan oleh pembaca lebih maksimal.

Nah kalau mau dengerin podcast tentang bagaimana si story-telling  dalam berbagai media! Atau bisa check video dibawah ini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun