Selain tiwul dan walang goreng, Sobat Kompasiana tidak boleh melewatkan untuk mencicipi sego berkat bila berkunjung ke Gunungkidul atau yang banyak dikenal juga dengan Wonosari.
Salah satu warung makan tradisional yang menjual sego berkat yang tersohor seantero Gunungkidul bahkan ke luar daerah adalah Sego berkat Mbah Pawiro Ranti. Saya sendiri, warga asli Gunungkidul merupakan salah satu langganannya lho. Simak cerita lengkapnya berikut!
Apa itu Sego Berkat?
Sebelum jauh membahas mengenai warung tradisional legendaris yang ada di Wonosari, ada baiknya Sobat Kompas mengetahui terlebih dahulu nih soal sego berkat itu sendiri. Awalnya, sego berkat dikenal sebagai hidangan yang dibagikan saat acara selamatan di Jawa, khususnya di daerah pedesaan.
Tradisi ini muncul sebagai simbol rasa syukur kepada Tuhan dan juga sebagai bentuk gotong royong antar warga. Biasanya, nasi yang dihidangkan dalam berkat ini dilengkapi dengan berbagai lauk pauk seperti ayam, telur, tahu, tempe, dan kadang juga sambal.
Setelah didoakan, nasi berkat ini dibagikan kepada para tamu sebagai bentuk berkah yang bisa dibawa pulang. Makanya disebut "sego berkat," karena diharapkan membawa berkah bagi yang menerima.
Karena rasanya yang khas dan banyak dirindukan, saat ini sego berkat diperjualbelikan sebagai salah satu makanan khas daerah. Supaya tak hanya orang Gunungkidul saja yang merasakan, melainkan bisa juga dicicipi wisatawan pendatang.
Menarik karena Menggunakan Alas Daun Jati dan Cara Masak Tradisional
Salah satu yang membuat Sego Berkat Mbah Pawiro Ranti menjadi spesial adalah alas dan cara memasaknya. Nasi yang sengaja dingin dengan lauk berupa oseng tempe, bihun goreng, empal, serundeng, telur dan tempe bacem ini disajikan di atas daun jati. Yang membuat rasa dan aromanya menjadi khas. Berbeda dengan yang beralaskan kertas minyak.
Cara memasaknya pun masih tradisional, dengan tungku dan kayu bakar. Orang-orang bilang rasanya jadi berbeda jika cara memasaknya pun berbeda. Selain cara masaknya yang berbeda, rasanya pu tak perlu diragukan lagi. Perpaduan makanan yang gurih manis pedas dari oseng tempe, empal dengan daging lembut, dan banyak komponen lain menjadi satu menghasilkan rasa yang sulit didefinisikan selain lezat dan menyenangkan. Sobat Kompasiana harus mencicipinya langsung jika ingin merasakannya.
Soal harga, tak perlu khawatir, Sobat Kompasiana bahkan bisa menikmati Sego Berkat legendaris ini mulai dari harga Rp6.000 saja. Tapi jika menginginkan lauk telur atau empal maka biayanya mungkin bertambah hingga maksimal Rp20.000. Â
Tak hanya menjual Sego Berkat, Mbah Pawiro juga menjual kudapan lain seperti apem, cucur mekar, dan tape. Semua kudapan itu rasanya otentik seperti jaman dahulu. Bisa Sobat Kompasiana bisa bawa pulang sebagai oleh-oleh. Mbah Pawiro juga menerima pesanan pembuatan abon, baik abon ayam atau pun abon sapi. Bisa bawa daging segar ke warungnya. Atau bisa membeli abon jadi juga yang bisa dinikmati bersama keluarga.
Menyuguhkan Suasana Makan Jadul
Jika Sobat Kompasiana ingin merasakan suasana makan jadul di rumah-rumah Jawa, bisa coba sensasi makan di tempat langsung. Mbah Pawiro sendiri menyediakan beberapa meja untuk langsung menyantap hidangan istimewa yang disajikan. Tak perlu khawatir, Sobat Kompasiana juga bisa memesan minum di sana. Tentu minuman yang dimasak dengan tungku tradisional rasanya juga berbeda. Jadi gimana? Tertarik datang ke Sego Berkat Mbah Pawiro Ranti?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H