Mohon tunggu...
CLC Purbalingga
CLC Purbalingga Mohon Tunggu... -

Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga adalah komunitas para pecinta film di wilayah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Komunitas ini berdiri pada 4 Maret 2006. CLC tergabung dalam lembaga asosiasi Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB). Aktivitas CLC Purbalingga memberikan fasilitasi dan pendampingan kepada individu atau komunitas film dan masyarakat pada umumnya di wilayah Purbalingga dan bersama JKFB di wilayah Banyumas Raya (Purbalingga, Banyumas, Cilacap, dan Banjarnegara). Aktivitas ini mewujud, antara lain: Workshop Film, Produksi Film, Pemutaran Film, Database Film, Distribusi Film, dan Festival Film. Alamat: Jl. Puring No. 7 Purbalingga, Jawa Tengah 53353. Email: clc_purbalingga@yahoo.com Hp: 08128062020

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Produksi Dokumenter SMA Kutasari Purbalingga

26 Januari 2014   13:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:27 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_308349" align="aligncenter" width="500" caption="Pengambilan gambar saat mengambil air nira di pohon kelapa."][/caption] Sepagi itu, sebelum terdengar adzan dari pengeras suara masjid dan mushola, Suwini (39) sudah berhadapan dengan lampu neon menata helai rambut demi rambut menjadi bakal bulu mata palsu.

Disela kesibukan sebagai ibu rumah tangga dan istri seorang penderes (perajin gula merah), Wini menyempatkan ngidep (membuat bulu mata palsu) untuk tambahan pendapatan suami yang memang tak mencukupi.

Sementara suami, Suwitno (41), sehari dua kali, pagi dan sore, harus turun naik 21 pohon kelapa yang disewa untuk mengambil air nira. Harga gula merah (jawa) tak semanis rasa gula yang dihasilkan pasangan tiga anak Witno dan Wini.

Kehidupan keluarga penderes dan pengidep yang tinggal di Desa Candiwulan, Kecamatan Kutasari, Purbalingga itu coba ditangkap kamera pelajar SMA Kutasari Purbalingga yang tergabung dalam Papringan Pictures ekstrakulikuler sinematografi menjadi sebuah film dokumenter.

“Banyak keluarga di wilayah Kutasari dan Purbalingga umumnya yang kepala rumah tangga berprofesi sebagai penderes dan perempuannya pengidep. Mereka yang diluar Purbalingga, tidak banyak tahu seperti apa kehidupannya, untuk itu dokumenter ini kami buat,” tutur Achmad Lutfi, periset sekaligus sutradara.

Lutfi dan beberapa temannya telah beberapa bulan melakukan pengamatan terhadap kehidupan keluarga penderes. Setelah dirasa cukup, mereka menjadwalkan pengambilan gambar selama lima hari, Rabu-Minggu, 22-26 Januari 2014.

[caption id="attachment_308355" align="aligncenter" width="500" caption="Pengambilan gambar saat membuat bulu mata."]

1390718593622442
1390718593622442
[/caption] “Selain teknik kamera yang diterapkan, kesabaran menjadi kunci dalam produksi dokumenter ini. Kami mengikuti jam demi jam kehidupan meraka dengan segenap konfliknya,” ungkap penata kamera, Lutfi Utami.

Kepala SMA Kutasari Joko Suryanto mengaku dirinya yang meminta siswa ekskul sinematografi untuk memproduksi film terkait kehidupan penderes. “Kami mengamati, perjuangan hidup keluarga penderes itu luar biasa. Setiap hari mereka berhadapan dengan resiko jatuh dari pohon kelapa. Menurut kami, ini menarik bila difilmkan,” ujarnya.

Selain bagian dari program ekskul sinematografi, produksi dokumenter ini rencananya dikirim pada program kompetisi pelajar SMA se-Banyumas Raya Festival Film Purbalingga (FFP) yang digelar Mei 2014 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun