Mohon tunggu...
Claus Abednego Tesiman
Claus Abednego Tesiman Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Murid

Anak SMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Anekdot

20 Mei 2023   00:08 Diperbarui: 20 Mei 2023   00:09 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Artikel yang diberikan menjelaskan kepada kita mengapa seorang pemimpin yang memiliki humor yang baik dan bijak sangat dibutuhkan. Memang negara ini harus memiliki sikap yang membandingkan dan menyamakan antara keseriusan yang dimiliki oleh pemerintah dan hukum-hukumnya, dengan humor keseharian yang harus bisa dirasakan rakyat agar rakyat merasa aman dan tentram tinggal di negara ini. Artikel diatas berbicara mengenai adanya seorang Presiden bernama KH Abdurrahman Wahid, atau yang kerap disapa Gus Dur. Seorang pemimpin seperti ialah yang memiliki humor yang baik dan benar yang patut dicari.

Secara definitif, saya mendefinisikan teks anekdot sebagai sesuatu teks yang asalnya di luarnya memiliki perisa humoris dan lucu, sedangkan tujuan aslinya adalah untuk mengkritik dan mengatakan sesuatu hal yang tidak disukai, namun dengan sopan, dengan tidak langsung, namun dengan mengaju ke titik tujuan kritikannya. Menurut saya, apa yang ingin dikatakan oleh artikel ini adalah dua hal. Pertama, adalah bahwa negara ini membutuhkan pemimpin yang harus bisa mengimbangi hal yang serius dengan sedikit humor. Tentunya, sebuah negara harus memiliki hukum yang ketat, baik, benar, dan bermanfaat bagi rakyat. Ini dikarenakan sebuah negara bergantung terhadap ekuilibrium yang disediakan oleh hukum yang ada. Maka, seorang presiden, orang yang justru memiliki kekuasaan dalam hukum-hukum tersebut, wajib mengimbangi keseriusan yang diberikan hukum tersebut dengan kehidupan rakyat sehari hari. Mengingat bahwa negara ini harus bisa menjadi negara dengan rakyat yang senang dan riang, namun masih bisa hidup dibawah hukum dengan aman, damai, dan tentram. 

Kedua adalah bahwa negara ini harus bisa menumbuhkan kesadaran diri yang benar, sehingga rakyatnya tidak mudah tersinggung. Tentunya, dengan media sosial di jaman sekarang, banyak sekali warga Indonesia yang mudah tersinggung terhadap topik yang kecil sekali. Bahkan di era Gus Dur pun, hal kecil seperti lelucon politik yang dibuatnya menjadi singgungan terhadap beberapa sosok rakyat. Tapi kita harus mengetahui dan menyadari bahwa sesungguhnya harus ada perbandingan humor yang bisa ditolerir rakyat, agar kita semua bisa menjadi rakyat yang terpelajar dalam akademis, non akademis, dan humoris. Tiga aspek yang sangat penting sebagai rakyat yang terpelajar, taat, dan bijaksana. 

Fungsi dominan daripada artikel ini adalah sebenarnya untuk bisa menggunakan teks anekdot sebagai pedoman dalam peleburan dan pengembangan humor dalam seorang pemimpin yang dididik. Didalam itu sendiri, fungsi dari teks anekdot ini adalah untuk bisa menyampaikan sebuah kritikan dengan sopan dan humoris, walaupun masih sedikit menyengat. Teks ini sebenarnya lebih mengarah kepada cerita pendek yang memiliki arahan dan tujuan yang humoris, namun bertujuan mengkritik sesuatu atau seseorang secara langsung maupun tidak langsung. 

Hubungan yang bisa ditemukan dari hal ini dengan kehidupan sehari hari adalah dimana teks anekdot sebenarnya memiliki kegunaan untuk mengetahui cara mengkritik dengan baik dan benar. Artikel ini mengajarkan dalam hubungan keseharian - jika kita ingin mengkritik sesuatu yang sedang terjadi, mungkin sesuatu yang kurang disukai banyak orang, alangkah baiknya kita bisa mengekspresikannya dengan baik dan benar. Semisal, seperti pada artikel, Teks Anekdot yang sering digunakan GusDur untuk bisa menyinggung dan secara tidak langsung membahas isu politik dan memperlihatkan pengelihatannya dan apa yang dilihat oleh DPR terhadap permasalahan politik tersebut. Secara keseharian, bisa kita gunakan hal hal seperti HUMOR dan TEKS ANEKDOT untuk bisa menulis karya kreatif dan kritikan terhadap sesuatu yang bisa kita cantumkan di website maupun di koran, seperti Kompasiana.com 

Terakhir, menurut saya, artikel ini membahas bahwa negara ini sangat membutuhkan seorang Presiden untuk bisa memimpinnya. Tidak lagi seorang presiden yang memiliki humor yang baik. Mungkin apa yang ingin disampaikan oleh artikel ini adalah bahwa seorang presiden harus bisa menyamakan kehidupan yang lucu dan kehidupan yang serius. Maka, seorang presiden di jaman sekarang harus bisa mengimbangi keseriusan hukum dengan kelucuan sehari-hari dari lelucon agar rakyat menjadi lebih terpelajar dan tidak mudah tersinggung. 

TEKS ANEKDOT: 

Beberapa hari yang lalu, duduklah sekelompok siswa, Aaron, Ben, dan Charles yang baru saja selesai pelajaran dan ingin makan bersama di jam istirahat. Mereka baru saja mempelajari presiden ke-4 Republik Indonesia, Presiden 'Gus Dur'. 

Ben: "Woi Ron, duduklah bentar. Istirahat cuma limabelas menit. Ngomong-ngomong, keren juga tuh tadi pelajaran tadi." 

Aaron: "Walah Ben. Tumben lu suka pelajaran. Biasanya bengong...tidur...digeplok guru kalo lagi jela-" 

Charles mengelak Aaron saat ia sedang menertawakan Ben, agar Ben tidak memukul si Aaron balik atas perkataannya. 

Charles: "Gak gitu kali. Noh gitu loh kayak Pak Gus Dur, Ron. Kalo mau nyindir orang demi humor itu harus yang baik dan bener." 

Aaron dan Ben pun meninggalkan masalah itu, dan kembali makan. 

Aaron: "Eh kalo dipikir-pikir..." 

Aaron pun berpikir sambil menyuapkan nasi ke mulutnya tanpa lauk. 

Ben: "Charles, tuh buat lelucon, mumpung Aaron lagi bengong sambil makan. Lucu juga tuh. Kepengen comeback gua." 

Charles: "Iya deh... Sebentar" 

Ben: "Buruan, dia bentar lagi ngeces ke makanannya hahahaha..." 

Charles: "Hey Ron!"

Charles membangunkan Aaron dari situasi bengong-nya. 

Aaron: "Ape...?" 

Charles: "Bedanya manusia sama monyet yang ketiduran di siang hari tuh apa?" 

Aaron: "Apa... coba ini orang?" 

Charles: "Yang satu ngeces di meja, yang satu ngeces didepan makanannya, nasi pula yang dimakan." 

Ben: "*tertawa sedikit* hahahaha. Lucu juga tuh. Ngerti ga lu, Ron?" 

Aaron pun berpikir sedikit. Lalu sadar terhadap lelucon sindiran yang diberikan Charles. 

Aaron: "Weh... kurang ajar juga lu..." 

Ben pun tertawa sambil Aaron menyadari lelucon sindiran yang cukup lucu tersebut. Charles pun menghindari tamparan dari Aaron. Ketiganya pun baru menyadari... seberapa penting masyarakat harus bisa tahan sindiran dari sebuah lelucon yang tidak memberikan benefit terhadap pihak manapun, maupun tidak merugikan pihak manapun. Hanya sebatas lelucon. 

Judul: "Manusia vs Monyet", Teks Anekdot oleh Joel Widjaja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun