Saatnya saya mendonorkan darah. Saya berbaring lalu petugasnya mulai mencari denyut nadi disekitar lengan bagian bawah dekat dengan siku. Setelah ketemu denyut nadinya lalu dibersihkan permukaan kulit oleh alkohol dan ditusuk dengan benda seperti jarum berbentuk bambu runcing berukuran kecil yang terhubung dengan selang dan kantung darah. Saat ditusuk terasa sedikit sakit yang sekejap. Mulailah darah darah mengalir melalui selang. Namun, karena darah mengalir lambat maka saya harus mengepal dan membuka tangan saya berulang kali agar darah mengalir lebih cepat.
Selama proses transfusi berlangsung saya berusaha menenangkan diri dan tidak memperhatikan darah yang mengalir agar phobia darah saya tidak kambuh. Handphone menjadi pengalih perhatian saya, saya membuka facebook dan twitter serta memainkan beberapa game. Sekitar 15 menit kantung darah terisi penuh dan jarumnya dicabut  awww agak sakit ternyata. Lalu bagian bekas transfusi dibersihkan dan ditutupi dengan kapas yang dilapisi plester. Saya merasa senang sudah berhasil merasakan transfusi darah dan bersyukur phobia saya tidak muncul segera saya berjalan mengambil kartu donor dan po* mi* serta susu botol. Saya sedikit kecewa karena diberikan makanan dan minuman cepat saji yang kurang sehat, kenapa tidak diberikan makanan yang sehat dan segar saja?Â
Lalu, saya kembali kekelas dan saat menaiki tangga saya mulai merasakan gejala phobia darah saya kambuh akibat saya sempat memperhatikan kantung darah saya. Sesampainya dikelas pelajaran biologi sedang berlangsung. Kata teman saya bahwa saya berjalan seperti mayat hidup dengan wajah pucat. Saya duduk dikursi dan berencana mencerna pelajaran namun tak bisa. Nafas saya sesak, pandangan buram, pusing,ingin muntah dan seperti ingin pingsan.Â
Saya coba tenang dan meminum air mineral yang saya bawa. Namun, tingkah saya untuk tetap tenang kali ini ketahuan oleh guru saya. Segera dia menyuruh saya tiduran dan berspekulasi bahwa darah saya yang berkurang akibat dari gejala tersebut namun saya tetap merasa ini akibat dari phobia darah saya. Setelah beberapa menit tiduran keringat mulai keluar membasahi tubuh sebagai tanda tubuh saya akan segar kembali. Akhirnya tubuh saya segar kembali walau masih agak pusing.Â
Malunya, keesokan hari teman-teman saya yang berada dikelas lain mengetahui hal itu dan dijadikan bahan bercanda secara langsung maupun di twitter. Kalimat tidak sedap juga muncul "sok-sokan berani donor darah cuma buat dapet po* mi* sama susu"...Heemmm sabar-sabar yang penting niat saya sudah tersalurkan dan saya tidak kapok untuk melakukan donor darah lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H