Mohon tunggu...
Claudy Yusuf
Claudy Yusuf Mohon Tunggu... Administrasi - Salam

"Saya mendapat ilmu ketika membaca maka saya balas dengan menulis untuk berbagi" instagram: Claudyusuf

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Sopir Angkot Berbicara Bijak Tentang Harta

20 Desember 2010   13:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:33 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_80623" align="alignleft" width="300" caption="Angkot di bundaran jalan TMP Taruna (angkot cipondoh yang warna kuning) *dok pribadi"][/caption] Terdengar seorang sopir angkot yang sedang mengobrol dengan temannya sambil mengendarai mobil membawa penumpang. Kebetulan saya duduk tepat dibelakang sopir angkot sehingga suaranya begitu terdengar jelas ditengah berisiknya jalan raya. Setiap ucapan yang sopir itu ucapkan selalu menjadi titik perhatian saya. Semua kalimatnya begitu sangat berarti dan bernilai.

Ketika saya sedang diam duduk dibelakang sopir angkot. Obrolanpun begitu terdengar. Terdengar sehingga menjadi sebuah dialog.

Sopir : Sekarang banyak bencana, bencana malah dianggap sebagai cobaan Tuhan. Cobaan Tuhan apaan! bencana bukan cobaan Tuhan tapi teguran Tuhan. Manusia memang udah banyak berbuat salah. Salah kepada alam dan manusia sendiri. Coba kalau manusianya benar pasti bencana gak bakal dateng.

Temannya : Bukan begitu, kalau manusia itu benar lalu diberi musibah namanya cobaan Tuhan tapi kalau manusia yang salah maka diberi musibah barulah namanya teguran Tuhan.

Sopir : Iya, tapi sekarang kebanyakan bukan cobaan Tuhan melainkan teguran Tuhan. Manusia jaman sekarang terlalu diperbudaki oleh uang. Lihat para koruptor dipenjara tapi bisa keluar sel sesuka hati sudah gitu bisa liburan lagi. Dipenjara palingan cuma 5 tahun belum dapet keringanan.

Temannya : memang manusia jaman sekarang doyan banget duit. Orang kaya saja sudah tidak menghormati orang miskin, walau tidak semuanya.

Sopir : Betul sekali. Antara saudara yang kaya sudah tidak lagi menghormati saudaranya yang miskin, padahal mereka adek kaka. Saya juga sudah ngalamin hal itu. Waktu saya pulang kampung ke sumatera, gak ada saudara yang kelihatannya peduli kepada saya. Padahal untuk pulang ke Sumatera menghabiskan waktu dua hari dua malem hanya untuk silaturahmi.  Saudara saya disana memang terbilang kaya. Saat saya sampai saya malah dicuekin, untuk mampir kerumahnyapun pembantunya bilang orangnya lagi gak ada. Padahal mobilnya ada dirumahnya. Saya tungguin aja didepan rumahnya dan setelah saya pergi belum jauh pemilik rumah baru keluar dari rumahnya. Itu padahal sama saudara saja begitu. Mungkin dia fikir saya mampir kerumahnya buat minjem duit kali, padahal saya cuma mau bertemu. Sakit banget hati saya, coba kalau saya orang kaya. Dateng kerumahnya pake mobil mewah pasti disambut baik olehnya. Yah, kalau miskin memang selalu dicurigain. Mau bertamu malah dianggap mau ngutang.

Temannya : Parah banget masa sama saudara saja kaya gitu?

Sopir : ya memang begitu. Disana kebetulan orang tua sudah meninggal jadi cuma mau silaturahmi sama adik kaka saja. Mereka disana memang ada punya tapi sikapnya malah begitu kepada saya. Untuk makan saja saya disana beli diwarung. Saya gak betah lama-lama disana jadi baru satu hari langsung balik lagi ke Tangerang. Saat mau pamit pulang saja, dia malah ngumpet. Mungkin dia kira saya mau minta ongkos. Ya, sebenarnya saya punya ongkos tapi namanya manusia pengenlah dapet buah tangan dari saudaranya. Pengen bawa yang khas dari kampung. Tapi ya sudahlah mau diapain.

temannya : Itu mah parah banget. Biasanya kalau orang kaya gitu cepat atau lambat bakal kena musibah.

Sopir : Pasti! musibahnya bukan disebut cobaan Tuhan tapi teguran Tuhan!. Sebenarnya sekarang dia udah ngerasain teguran Tuhan itu. Sekarang dia udah misikin. Usahanya udah bangkrut.

Temannya : Nah, baru ngerasain dah. Pasti kalau udah kaya gini bakal minta tolong sama saudaranya.

Sopir : Iyalah. Waktu dia kaya saya nggak dianggap saudara sama dia tapi pas dia miskin malah nganggap saya saudara. Langsung minta maaf kepada saya kaya gini "De, maafin saya ya selama ini. Kita kan saudara jadi harus saling membantu", lantas saya jawab "Saya sudah maafin dari dulu, ya sudah kalau kamu gak punya beras, minta saja kesaya" saudara saya jawab "Makasih banyak ya De".

Temannya : wah gua mah kalau udah kaya gitu males banget ngeladeninnya.

Sopir : saya juga udah males nanggepin dia. Tapi namanya sama saudara gak boleh jahat. Saya dijahatin kalau saya bales dengan kejahatan berarti saya sama seperti dia.

Temannya : wahh betul banget tuh. Beruntung saudara lu punya sudara yang baik. Coba kalau punya saudara yang pendendam pasti malah dihina-hina.

Sopir : Sebenarnya dalam hati saya sudah menghina habis-habisan tapi biarlah gak usah dikeluarkan. Tanpa hinaan juga dia sudah sadar dengan sendirinya. Daripada menghina mendingan saya tetap saja terus kerja walau jadi sopir angkot.

Temannya : Yah, sopir angkot zaman sekarang mah dapetnya dikit ya?

Sopir : Begitulah. Gak kaya dulu. Dulu untuk keuntungannya saja bisa dapet Rp. 100.000 setengah hari. Sekarang mah nyari keuntungan Rp. 30.000 aja susah. Udah bensin mahal yang naek angkot dikit. Udah banyak yang punya motor.

Temannya : Udah dapetnya dikit kadang-kadang masih ada aja yang gak bayar. Betul gak bang?

Sopir : Yang gak bayar mah sering. Tiap hari ada aja yang gak bayar. Alasannya palingan abis dicopet, lupa bawa uang, lagi gak punya uang dan lainnya. Tapi biarlah itung-itung pahalanya sopir angkot. Lagipula kalau misalnya dari Ciledug ke Cipondoh cuma Rp. 5000. Kehilangan Rp. 5000 gak bakal buat saya kaya kan. Dulu juga pernah ada yang naik angkot gak bayar, mohon kepada saya karena dia gak punya uang dan pengen maen kerumah saudaranya. Ya sudah saya gratiskan, terus penumpangnya doain saya. Yasudah saya aminkan saja. Semoga doanya terkabul.

Teman : Wehhh, coba kalau sama sopir angkot yang laen. Pasti sudah di caci maki kaya gini " lu gak punya duit ngapain naek angkot" kalo gak kaya gini " Emang lu pikir nih angkot punya nenek moyang lu".

Sopir : ada yang bakal ngasih ada juga yang gak mau gratisin. Biasa itumah.

--------0o0--------

Tak terasa obrolan sopir angkot itu membawa saya dalam keseriusan. Sehingga tak sadar kalau sudah hampir sampai. Setelah menempuh sekitar 9 km akhirnya saya turun dari angkot dan membayar hanya Rp. 2000. Maklumlah untuk pelajar tarif jauhnya adalah Rp. 2000. Setelah turun dari angkot saya lanjutkan naik angkot lainnya menuju sekolah.

Obrolah itupun membuat saya dapat mengambil hikmahnya. Hikmah bahwa jangan jadikan harta sebagai penyekat antar yang kaya dengan yang miskin. Hikmah lainnya bahwa kita harus berbuat baik kepada siapapun termasuk kepada orang yang pernah menjolimi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun