Mohon tunggu...
Claudya ChaterineBatubara
Claudya ChaterineBatubara Mohon Tunggu... Lainnya - Claud

UB’21 MSP

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Mahasiswa Menyukseskan Indonesia Sehat untuk Menuju Indonesia Maju Melalui Grakan "Geber"

4 Oktober 2021   23:39 Diperbarui: 5 Oktober 2021   00:27 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Peran Mahasiswa Menyukseskan Indonesia Sehat Untuk Menuju Indonesia Maju Melalui Gerakan GEBER

"Rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin." Pesan ini tertera dalam setiap bungkus rokok yang ada di Indonesia. Setiap perokok, sebelum mengambil dari bungkus rokok dan menghisapnya akan membaca tulisan tersebut. Namun kenyataannya, prevalensi perokok di Indonesia tidaklah menurun melainkan terus membumbung. Sebanyak 4,8% dari 1,3 miliar perokok dunia ada di Indonesia. 

Mahasiswa sebagai generasi penerus untuk mendukung Indonesia sehat yaitu dengan gerakan GEBER (GErakan BErhenti meRokok). Dengan bekal ilmu pengetahuan dari perguruan tinggi, karakter, serta semangat jiwa muda yang dimiliki diharapkan mahasiswa dapat memainkan peran sebagai agen perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat untuk menuju Indonesia yang maju dan sejahtera. 

Mahasiswa adalah agen perubahan, sesuai dengan fungsi Agent of Change dan kehadiran mereka diharapkan dapat membawa perubahan terhadap keadaan masyarakat Indonesia agar menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mahasiswa harus mampu melihat permasalahan di sekitarnya dalam hal ini memberikan pembinaan dan mendorong masyarakat untuk ikut melaksanakan SDGs.

Peran Mahasiswa Menyukseskan Indonesia Sehat ntuk Menuju Indonesia Maju Melalui Gerakan GEBER

Indonesia menduduki urutan ke-3 jumlah perokok terbesar dunia setelah India dan Cina. Sebanyak 46% perokok ASEAN berada di Indonesia (TCSC-IAKMI-KPS PDKT, 2010). Kelompok keluarga miskin mempunyai prevalensi merokok lebih tinggi daripada kelompok pendapatan keluarga kaya. 

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2003--2005 Indonesia menyebutkan 73,8% kepala rumah tangga miskin di perkotaan adalah perokok (Susanto, 2010). Menurut survei Indonesia Forum on Parlianmentarians for Population and Development (IFPPD, 2009), dari 19 juta keluarga miskin di Indonesia 63% dari keluarga miskin ini kepala rumah tangganya adalah perokok. Jika sehari rata-rata 10 batang rokok dihisap maka mereka telah membelanjakan Rp 23 triliun pertahunnya untuk rokok (Sujai, 2009).

Survey yang dilakukan Public Health Journal Nutrition pada Januari 2007 menyebutkan bahwa pengeluaran mingguan keluarga miskin perkotaan dengan ayah perokok, sebanyak 22% digunakan untuk pembelian rokok, 19% pembelian beras, 16% sayur, baru sisanya untuk keperluan lain (TCSC, 2008). Menurut Riskesdas 2007, mereka memiliki pengeluaran rokok kretek filter sebesar 7,93% untuk perkotaan dan 5,9% di pedesaan. 

Di kota Surabaya, konsumsi perokok terbesar adalah rokok jenis kretek dengan filter sebanyak 75,8%, dengan banyaknya rokok yang dihisap tertinggi adalah 1-12 batang/hari yaitu sebanyak 86,4% (Riskesdas Tahun 2007). Hasil Survei Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, menemukan besarnya pengeluaran untuk rokok adalah Rp 3.545 per hari atau Rp 106.350 per bulan. Ini setara dengan 26% penghasilan buruh tani tembakau per bulan. 

Dengan kata lain, seperempat upah buruh habis untuk dibakar. Harga satu bungkus rokok merek terkenal setara dengan setengah kg telur, 2 kg beras, 1 liter minyak goreng dan lainnya. Jadi sebenarnya orang miskin bisa membeli makanan bergizi jika tidak membeli rokok.

Apa saja efek negative yang diberikan oleh rokok apabila di konsumsi oleh masyarakat? Bahaya merokok bagi kesehatan tubuh tidak perlu diragukan lagi. Berbagai penyakit berbahaya dapat disebabkan oleh kebiasaan buruk ini. Tak hanya perokok aktif, rokok juga berbahaya bagi siapa pun yang menghirup asapnya atau perokok pasif. 

Setiap rokok yang Anda hisap bisa meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, seperti penyakit jantung, stroke, masalah kesuburan, dan gangguan pada paru-paru, misalnya Penyakit Paru Obstruktif Kronis dan kanker paru-paru. Di Indonesia, diperkirakan ada lebih dari 230.000 orang yang meninggal akibat kebiasaan merokok setiap tahunnya.

Mahasiswa merupakan sebagai generasi muda yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan Kesehatan yang ada di Indonesia  khususnya minat baca. Mahasiswa adalah insan akademis yang juga sebagai makhluk sosial. Dengan tingkat intelektual yang dimiliki mahasiswa, diharapkan dapat memberikan perubahan yang berarti terhadap kemajuan Kesehatan di Indonesia. 

Mahasiswa yang sebenar-benarnya adalah mahasiswa yang tidak sekedar memikirkan kepentingan akademis semata. Namun jauh tersirat dalam benaknya tentang arti dan kualitas hidupnya sebagai pribadi yang mampu mengabdi terhadap masyarakat. Pribadi yang diharapkan dalam hal ini adalah pribadi yang mampu melihat permasalahan disekitarnya serta menjadi bagian penentu arah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Suatu keadaan yang sangat menyedihkan terhadap tingginya tingkat perokok di Indonesia hendaknya menjadi perhatian mahasiswa.

Fungsi agent of social change yang melekat pada jati diri mahasiswa pada saat ini, hendaklah bukan sebatas slogan-slogan demontrasi saja. Namun suatu pemikiran yang yang rekonstruktif dan solutif terhadap permasalahan tingginya perokok di Indonesia . Sebagai mahasiswa ada beberapa perannya seperti yang dikemukakan oleh Isjoni. Ada dua peran mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan dalam hal ini minat baca yakni:

berperan sebagai petugas knowledge transfer dari dunia kampus menuju luar kampus dalam upaya mencerdaskan bangsa dalam berbagai bidang terutama kalangan menengah ke bawah;

sebagai pelopor dalam pembentukan community development untuk memacu dinamisasi kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Generasi muda khususnya mahasiswa merupakan aset yang akan menentukan bagaimana kondisi negara ini nantinya, apakah akan tetap berada dalam kecanduan rokok yang merusak Kesehatan seluruh masyarakat atau melakukan sebuah gebrakan agar dapat mengendalikan budaya merokok atau bahkan menghentikan konsumsi rokok yang ada Indonesia. Usaha yang bisa dilakukan yaitu gerakan GEBER (Gerakan BErhenti meRokok) sebagai berikut.

Pertama, menyadari bahaya yang ditimbulkan oleh rokok. Mahasiswa harus sadar mengapa rokok sangat berbahaya dan mengetahui akibat apabila masyarakat tetap kecanduan rokok yang sebenarnya tidak ada baiknya dalam dirinya.

Kedua, mahasiswa harus betul-betul mengintropeksi dirinya. Mahasiswa harus dapat secara konsisten dapat menjauhi rokok dan menghindari mengkonsumsi rokok.

Ketiga, Melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah. Pemerintah menetapkan rata-rata tertimbang dari kenaikan tarif cukai per jenis rokok adalah sebesar 12,5%. Pemerintah juga telah menetapkan untuk tidak menaikkan tarif cukai Sigaret Kretek Tangan (SKT), berdasarkan pertimbangan situasi pandemi dan serapan tenaga kerja oleh Industri Hasil Tembakau (IHT). 

Secara rinci, kenaikan tarif cukai SKM adalah 16,9% untuk golongan I, 13,8% untuk golongan II A, dan 15,4% untuk golongan II B. Sementara jenis SPM adalah 18,4% untuk golongan I, 16,5% untuk golongan II A, dan 18,1% untuk golongan II B. Sejauh ini kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah sudah cukup baik, karena dengan kenaikan cukai tersebut menyebabkan melambungnya harga rokok yang beredar di pasaran.

Keempat, Sebagai pelopor dalam menggalakan propaganda bahaya merokok. Berdasarkan data-data penelitian diatas kebanyakan perokok yang ada di Indonesia berada pada kelas ekonomi menengah kebawah, oleh karena itu perlu adanya sosialisasi mendetail kepada masyarakat agar tidak membakar Sebagian besar pendapatan mereka.

Sebagai pendorong terhadap kelompok yang sudah ada di masyarakat yang selama ini belum berfungsi secara maksimal agar dapat menjalankan rencana-rencana kelompok yang diwacanakan sebelumnya.

Dengan terkendalinya tingkat perokok yang ada di Indonesia maka taraf Kesehatan yang dimiliki oleh negara juga akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa yang suatu saat nanti akan menggantikan pemimpin-pemimpin bangsa nantinya sudah saatnya menjalankan peran dan fungsi mahasiswa sehingga nantinya bisa menjadi pengontrol kita kelak ketika menggantikan posisi para pemimpin bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun