Mohon tunggu...
Claudio Aldrian Halim
Claudio Aldrian Halim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

MAHASISWA S1 PGSD UNNES

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerita Rakyat, Menumbuhkan Karakter Anak di Tengah Kecanggihan Era Digital

6 Desember 2024   22:15 Diperbarui: 6 Desember 2024   22:22 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era digital yang penuh dengan kemajuan teknologi dan akses informasi tanpa batas, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Gadget, internet, dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Namun, di tengah derasnya arus informasi dan teknologi, kita harus tetap menjaga keseimbangan dengan memperkenalkan nilai-nilai tradisional yang berperan penting dalam membentuk karakter anak.

Salah satu cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut adalah melalui cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan warisan budaya yang kaya akan kearifan lokal dan mengandung pesan-pesan moral yang relevan sepanjang masa. Setiap cerita mengandung pesan moral yang dapat membantu anak-anak memahami nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, kerja keras, dan rasa hormat. Misalnya, cerita tentang "Si Kancil" yang cerdik mengajarkan anak-anak tentang pentingnya kecerdikan dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah. Dengan mendengarkan dan memahami cerita-cerita ini, anak-anak dapat belajar bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan menyisipkan cerita rakyat dalam keseharian anak, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga memberikan bekal moral yang penting dalam menghadapi tantangan kehidupan. Cerita rakyat juga menjadi jembatan untuk menghubungkan generasi muda dengan akar budaya mereka, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bijaksana dalam bertindak.

Di era digital, anak-anak lebih sering terpapar pada konten digital yang tidak selalu mendidik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memperkenalkan cerita rakyat sebagai alternatif yang mendidik dan menghibur. Cerita rakyat dapat menjadi alat yang efektif untuk mengimbangi pengaruh negatif dari konten digital yang tidak sesuai. Selain itu, cerita rakyat juga dapat membantu anak-anak mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka, yang sering kali terabaikan dalam penggunaan teknologi yang pasif.

Ada berbagai cara untuk menyampaikan cerita rakyat kepada anak-anak. Salah satu cara yang paling tradisional adalah melalui mendongeng. Dongeng dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk cerita prosa yang berasal dari seni rakyat, berkembang subur di tengah kehidupan masyarakat. Di dalamnya, unsur-unsur impian dan kenyataan berpadu menjadi satu dalam dunia angan-angan yang penuh keajaiban. Walaupun dongeng pada dasarnya hanya bersifat ilusi atau khayalan yang tidak benar-benar terjadi, dongeng memiliki peran penting dalam memberikan hiburan sekaligus menyampaikan nilai-nilai moral dan pesan kehidupan kepada para pendengarnya. Mendongeng tidak hanya memperkuat ikatan antara orang tua dan anak, tetapi juga memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk mendengarkan dan memahami intonasi, ekspresi, dan emosi yang terkandung dalam cerita. Selain itu, cerita rakyat juga dapat disampaikan melalui buku cerita bergambar, yang dapat menarik minat anak-anak dengan visual yang menarik.

Dilansir dari Detiknews, ada beberapa cara menjadi pendongeng yang baik, terutama bagi anak-anak. Berikut penjelasan langkah-langkahnya:

Pertama, menguasai materi. Seorang pendongeng yang baik harus memahami cerita yang akan disampaikan dengan sempurna. Dengan penguasaan materi yang mendalam, pendongeng dapat dengan mudah melakukan improvisasi sesuai kebutuhan tanpa kehilangan esensi cerita. Fokus utama harus diberikan pada unsur-unsur utama dalam cerita, seperti tokoh, alur, latar, dan konflik. Hal ini bertujuan agar anak-anak lebih tertarik, terlibat, dan antusias saat mendengarkan dongeng.

Kedua, memberi sifat kepada kata. Setiap kata yang diucapkan dalam dongeng sebaiknya memiliki daya hidup atau roh tersendiri yang membuatnya unik dan penuh makna. Dengan memberikan tekanan atau intonasi yang sesuai, cerita akan menjadi lebih hidup. Sebaliknya, penyajian yang monoton dan datar akan membuat dongeng terasa hambar dan cenderung membuat anak-anak cepat kehilangan minat.

Ketiga, menghidupkan tokoh. Dalam mendongeng, penting untuk mengekspresikan tokoh-tokoh cerita secara maksimal. Pendongeng perlu menggambarkan emosi setiap karakter melalui suara, gerak tubuh, dan ekspresi wajah. Misalnya, anak-anak perlu dapat membedakan suasana hati tokoh ketika sedang bahagia, sedih, marah, atau takut. Dengan cara ini, mereka akan lebih mudah mengimajinasikan tokoh-tokoh tersebut dan lebih terhubung dengan cerita.

Keempat, tulus dalam mendongeng. Ketulusan hati seorang pendongeng adalah kunci utama dalam menyampaikan cerita yang menyentuh hati anak-anak. Dongeng yang disampaikan dengan hati yang jernih dan penuh kasih sayang akan terasa lebih autentik dan menyenangkan. Sebaliknya, jika pendongeng sedang stres atau tidak dalam kondisi emosional yang baik, cerita yang disampaikan mungkin kurang maksimal dan kehilangan daya tariknya. Ketulusan hati juga membantu menciptakan momen berkesan yang menanamkan nilai-nilai positif dalam diri anak.

Di era digital ini, teknologi tidak hanya menjadi alat hiburan dan informasi, tetapi juga sarana yang efektif untuk melestarikan dan menyampaikan cerita rakyat kepada generasi muda. Berbagai inovasi seperti aplikasi cerita interaktif, audiobook, dan platform digital lainnya dapat digunakan untuk memperkenalkan cerita rakyat dengan cara yang menarik dan sesuai dengan gaya hidup anak-anak masa kini.

Melalui aplikasi cerita interaktif, anak-anak tidak hanya mendengarkan cerita, tetapi juga dapat berinteraksi dengan alur cerita melalui pilihan-pilihan tertentu, animasi, dan suara yang hidup. Hal ini membuat pengalaman mendongeng menjadi lebih imersif dan menarik perhatian mereka. Sementara itu, audiobook memungkinkan anak-anak untuk mendengarkan cerita rakyat kapan saja dan di mana saja, seperti saat perjalanan atau waktu santai sebelum tidur, tanpa kehilangan makna dan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Dengan teknologi ini, cerita rakyat dapat dikemas ulang menjadi lebih modern tanpa menghilangkan esensi tradisionalnya. Narasi yang diiringi dengan efek suara, musik latar, dan visual yang menarik mampu menghidupkan suasana cerita, membuat anak-anak lebih terhubung dengan kisah-kisah yang mereka dengar. Lebih dari itu, teknologi juga membuka peluang untuk menjangkau lebih banyak anak di berbagai penjuru dunia, memperkenalkan mereka pada kekayaan budaya lokal yang mungkin sebelumnya kurang dikenal.

Cerita rakyat memiliki banyak manfaat dalam pembentukan karakter anak. Pertama, cerita rakyat mengajarkan nilai-nilai moral yang penting. Setiap cerita biasanya memiliki pesan moral yang jelas, yang dapat membantu anak-anak memahami perbedaan antara yang benar dan yang salah. Kedua, cerita rakyat dapat membantu anak-anak mengembangkan empati. Dengan mendengarkan cerita tentang tokoh-tokoh yang menghadapi berbagai tantangan, anak-anak dapat belajar untuk memahami dan merasakan perasaan orang lain.

Selain itu, cerita rakyat juga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Banyak cerita rakyat yang mengandung teka-teki atau masalah yang harus dipecahkan oleh tokoh utama. Dengan mendiskusikan cerita-cerita ini, anak-anak dapat belajar untuk berpikir secara logis dan kreatif dalam mencari solusi. Terakhir, cerita rakyat juga dapat memperkenalkan anak-anak pada budaya dan tradisi yang berbeda, yang dapat membantu mereka menghargai keragaman dan memperluas wawasan mereka.

Untuk memaksimalkan manfaat cerita rakyat, penting bagi sekolah dan lembaga pendidikan untuk mengintegrasikan cerita rakyat dalam kurikulum mereka. Guru dapat menggunakan cerita rakyat sebagai bahan ajar dalam berbagai mata pelajaran, seperti bahasa, sejarah, dan pendidikan karakter. Misalnya, dalam pelajaran bahasa, guru dapat meminta siswa untuk menulis ulang cerita rakyat dengan kata-kata mereka sendiri, yang dapat membantu meningkatkan keterampilan menulis dan pemahaman mereka.

Selain itu, sekolah juga dapat mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada cerita rakyat, seperti teater atau lomba mendongeng. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi mereka. Dengan cara ini, cerita rakyat dapat menjadi bagian integral dari pendidikan anak-anak, membantu mereka tumbuh menjadi individu yang berkarakter dan berbudaya.

Di tengah kecanggihan era digital, penting bagi kita untuk tidak melupakan nilai-nilai tradisional yang dapat membantu membentuk karakter anak. Cerita rakyat adalah salah satu cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Dengan menyampaikan cerita rakyat melalui berbagai metode, baik tradisional maupun digital, kita dapat membantu anak-anak mengembangkan karakter yang kuat dan positif. Oleh karena itu, mari kita terus melestarikan dan memperkenalkan cerita rakyat kepada generasi muda, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter dan berbudaya di tengah kemajuan teknologi yang pesat.

SUMBER REFERENSI :

https://www.academia.edu/110402830/Revitalisasi_Cerita_Rakyat_Sebagai_Pengembangan_Karakter_Anak_Di_Era_Digital

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/download/51222/19171

https://e-prosiding.ideaspublishing.co.id/index.php/PIP/article/download/15/13/59

https://ojs.unida.ac.id/QH/article/view/37-45

https://news.detik.com/kolom/d-4642425/tetap-mendongeng-di-era-digital

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun