Mohon tunggu...
Claudine R Veronika
Claudine R Veronika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya merupakan seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi. Memliki ketertarikan terhadap seni jurnalistik, dan bagaiman asaya dapat menuangkan ide saya ke dalam sebuah tulisan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keluh Kesah Sopir Angkot di Era Modernisasi

13 Desember 2023   22:07 Diperbarui: 13 Desember 2023   22:12 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angkutan kota atau yang sering disingkat menjadi angkot, merupakan salah satu alat transportasi masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Sejak tahun 1943 angkot telah memudahkan setiap orang untuk berpergian, setelah tahun 1946 angkot menjadi salah satu bagian sebagai angkutan umum masyarakat Indonesia. 

Namun pada tahun 2000 an hingga sekarang sopir angkot harus menelan kenyataan pahit bahwa turunnya peminat pengguna kendaraan umum ini kian merosot jatuh. Dengan adanya kasus ini membuat turunnya eksistensi angkutan umum dimasa sekarang yang serba modern dan ditengah kemajuan teknologi seperti sekarang. 

Dengan adanya kemajuan sekarang tentu saja menuntut masyarakat bahkan sopir angkut untuk beradaptasi dann lebih meningkatkan efisiensi kenyamanan bagi masyarakat dalam menggunakan angkutan umum. Masyarakat tentunya lebih memilih sebuah sistem efisien dan praktis yang dapat memudahkan segala sesuatu bahkan, termasuk dalam berpergian hal ini tentunya harus menjadi tantangan tersendiri bagi sopir angkot.


Kini masyarakat Indonesia telah beralih dan mulai meninggalkan angkutan umum dan lebih memilih sesuatu yang ekonomis, murah, praktis, dan cepat diakses. Lantas bagaimana nasib para sopir angkot yang mengharapkan sesuap nasi dan uang untuk keluarga mereka dirumah. Fakta ini memang menyedihkan karena, hampir seluruh sopir menggantungkan asa mereka kepada penumpang. Namun, kitapun tidak  bisa menyalahkan mayarakat yang menginginkan sebuah inovasi dan kenyamanan dalam menggunakan angkutan  umum. 

Di zaman sekarang hampir semua fasilitas didukung dengan teknologi yang semakin modern dan canggih, tentunya hal ini dilakukan agar memudahkan dalam berpergian di zaman sekarang. 

Upaya dan cara yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian penumpang kembali yaitu dengan  menyesuaikan  diri sesuai dengan perkembangan yang ada, agar mampu  menciptakan keadaan aman, nyaman,  dan juga praktis yang bisa dinikmati setiap penumpang. Ini menjadi tugas bagi sopir angkot agar penurunan angka penumpang sopir angkot dapat segera teratasi sehingga, dapat segera mengatasi permasalahan yang ada zaman sekarang ini.

Perkembangan Teknologi pada saat ini berkembang dengan sangat pesat dan hampir menguasai seluruh kehidupan manusia, tanpa menyusahkan diri untuk repot dan menunggu terlalu lama berpanas-panasan menunggu angkutan umum. hal ini diungkapkan salah satu sopir angkot. "Sekarang susah untuk dapat penumpang, udah pada lebih suka pake aplikasi. Sekarang lebih milih transportasi publik sih karena murah, fasilitas nya juga bagus banget. Ngga mungkin angkot kaya gitu soalnya pake uang pribadi kalau mau bagus sih susah yang ada nantinya rugi dong." 

Menurut Pak Rizki salah satu sopir angkot yang turut memberikan penadapat dan juga keluhan yang dialami selama ini saat menjadi sopir angkot. Memang hal ini sangat disayangkan namun, biaya operasional yang dikeluarkan sopir angkot secara pribadi cukup besar sehingga, mereka sendiri pun tidak mampu untuk berbuat banyak dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi penumpang agar lebih aman dan nyaman saat menggunakan angkot. Namun memang hal ini belum dapat terealisasi dengan matang karena kekurangan dana pribadi yang ada.

Sopir angkot bukannya tidak ingin menyesuaikan dan mengikuti perkembangan teknologi yang ada namun, karena adanya minimnya dana pribadi yang dimiliki ini cukup merugikan pribadi jika harus menyediakan berbagai fasilitas yang memadai dalam angkot. Karena ini dana pribadi sangat tidak memungkinkan jika kami tidak mengambil upah sedikit demi operasional angkot nantinya. "Sedih sih, kami pun snagat ingi untuk dapat bangkit dari keterpurukan ini tapi, apa yang harus kami lakukan kami orang yang ngga punya, semua pakai Tabungan sendiri kalau gratis kaya Jaklingko anak istri makan apa dirumah". Menurut pak Ahmad salah satu sopir angkot yang telah bekerja lebih dari sepuluh tahun dan terus berharap hasil angkot bagi kesejahteraan keluarga dirumah.

Tantangan ini tentu saja membuat sopir angkot berharaagar  keluahan yang selama ini mereka alami dapat cepat segera  mendapatkan bantuan dari pemerintah dan pihak terkait, untuk mampu dan bisa bersama memudahkan cara agar dapat merancang kebijakan dan solusi yang dapat meningkatkan etos kerja sopir angkot dan tingginya peminat angkot di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun