Pagi masih pasi, mentari belum sempat tersipu di kaki langit. Aku masih setia menarik selimut yang menutupi setengah badanku itu.
"Awh, aku capek. Izinkan aku untuk memejamkan mata di 15 menit ke depan," kataku.
"Kak Cicin, bangun kak, sudah pagi!" Suara itu menyadarkan ku sekarang.
"Ini ruangan apa? Kok gelap sekali."
Sambil membimbing kaki untuk segera menginjak lantai yang begitu dingin, sedingin es di kutub utara, tanganku masih setia meraba-raba sekitar ke arah jendela kamar.
"Selamat pagi," sapaku pada orang yang berlalu lalang di depan jalan.
Aku kembali mengayunkan kakiku pada jalan bebatuan depan rumahku untuk sekadar jalan sehat.
"Oh Tuhan, makhluk apa itu yang berjalan ke arahku. Aku takut Tuhan. Kenapa makhluk asing ini ada di tempat seperti ini?"
Hatiku setengah berteriak. Mulutku kelu tuk berucap. Kakiku gemetar tuk berjalan. Makhluk ini mematahkan kemampuanku. Dia masih setia berjalan mendekat dan akhirnya melewati ku dengan santainya.
"Uhhh, untung saja," kataku.
"Enu,"Â