Isu Sampah dan Daur Ulang
Awal-awal menulis di Kompasiana, saya kerap mengangkat isu tentang lingkungan. Sebab sebagai pendatang di Italia, saya melihat banyak sekali hal-hal baru di sini. Menurut saya, sangat menarik dan bermanfaat untuk dibagikan kepada pembaca di tanah air.
Tiga tulisan saya tentang Swalayan Plastik Sampah, Belajar dari Italia dalam Mengelola Sampah dan  Belajar dari Cara Italia dalam Melestarikan Ekosistem Lingkungan membahas persoalan sampah yang menjadi masalah keseharian kita.Â
Sayangnya, dari ketiga artikel di atas, saya belum mengupas tuntas tentang sampah popok dan pembalut karena baru belakangan ini dikampanyekan di Treviso, provinsi kami.
Kebetulan pabrik yang telah mengembangkan dan mematenkan teknologi unik di dunia, sekaligus implementasi pertama pada skala industri, berlokasi di Provinsi Treviso.
Dan sehubungan dengan peringatan hari daur ulang 18 Maret, saya ingin menyambung artikel-artikel sebelumnya.
Tahun ini hari daur ulang internasional memasuki usia ke 6 setelah resmi diakui oleh PBB pada tahun 2018 lalu. Tema utama setiap peringatan, tentunya membahas persoalan sampah.Â
Dalam hal ini, sampah daur ulang yang dapat digunakan kembali berkali-kali. Atau usaha mengurangi penggunaan bahan mentah untuk menciptakan produk baru yang bertujuan menghemat uang dan sumber daya alam.
Waktu pandemia, membuang masker pun harus dipilah-pilah karena terdiri dari plastik, kertas yang tidak bisa didaur ulang, kawat dan elastik. Masing-masing materi, masuk tempat sampah yang berbeda.
Kasus elastik yang dibuang sembarangan, mengakibatkan banyak burung yang mati karena tersangkut tali ini. Jadi kami sisihkan tali elastik dan akhirnya saya karyakan sebab kebetulan punya triplek bekas dan bola-bola natal serta manik-manik yang tidak terpakai.