Satu blok bisa terdiri dari 10-35 kotak lucolo. Tiap permukaan lubang ditutup dengan nisan sebagai segel dan biasanya ada tempat untuk menggantungkan vas bunga dan lilin. Karena bisa sampai 4-5 susun ke atas, pihak pemakaman juga menyiapkan tangga tinggi agar keluarga bisa membersihkan nisan, mengganti bunga dll untuk mereka yang dikubur dalam relung bagian atas.
Tak hanya deret loculi, di kompleks makam ini ada juga kuburan biasa yang di tanam dalam tanah. Juga beberapa kapel sebagai ossuary, tempat menyimpan kerangka.Â
Biasanya jatah sewa kuburan maksimal 30 tahun. Setelah itu pihak keluarga yang masih hidup harus memutuskan apakah kontrak akan dilanjut atau kerangkanya dipindah ke ossuary yang ukurannya lebih kecil dan praktis, otomatis biaya sewa juga lebih murah.
Di pemakaman Oderzo, sepanjang sisi kiri kanan jalan masuk, kavlingnya sudah dibeli oleh keluarga-keluarga kaya. Berupa bangunan mini dengan aneka model yang dipersiapkan sebagai rumah masa depan keluarga mereka.
Kalau kita masih memikirkan rumah untuk bisa bertahan hidup dari hujan dan panas, mereka sudah menyiapkan tempat tinggal setelah hidup.
Dari debu ke debu. Saya pernah menghadiri pemakaman teman yang dikubur di tanah. Rupanya dalam lubang tersebut, sudah siap kotak beton persegi ukuran peti yang dilebihkan beberapa senti. Sama seperti bentuk lucolo, hanya letak lubangnya yang beda. Selesai peti diletakkan dalam lubang tersebut, pendeta (imam) dan keluarga menabur sejumput tanah sebagai simbol dari tanah ke tanah.Â
Setelah itu, petugas langsung menutup lubang dengan lempengan beton seukuran lubang sebagai segel. Tak sampai 30 menit termasuk ibadah kubur, prosesi pemakaman selesai. Lengkap dengan lapis semen sebagai segel dan peletakan nisan. Hal yang sama dengan pemakaman dalam relung/ceruk di dinding (lucoli).
Belajar dari hal-hal sepele di Oderzo, saya memetik butir-butir manfaat yang bisa dipetik. Keluarga dan banyak pihak tidak membuang waktu berlama-lama di pemakaman.Â
Biaya sewa tenda dan tenaga penggali bisa ditelan. Pemanfaatan lahan sempit, bisa dimaksimalkan. Dari segi keamanan, makambeton yang ditanam di tanah ataupun di dinding, tampaknya kuat dan solid, tahan terhadap ancaman cuaca seperti banjir dan longsor.
Ashes to ashes, dust to dust. Indonesia masih memiliki tanah yang membentang luas, jadi sistem pamakaman seperti di Italia dan banyak negara lain, mungkin tidak pernah terpikirkan. Tapi dari segi pemanfaatan lahan untuk kegiatan mereka yang masih hidup, barang kali sistem ini bisa dipertimbangkan. Apalagi Jakarta dan Jawa semakin hari semakin padat. Atau mungkin untuk ibu kota baru?