Ya, Covid telah merubah sikap saya untuk selalu was-was dan curiga, walau kadang berpapasan dengan teman yang sudah cukup akrab.
Tahun lalu keadaan kami di Italia juga tak beda dengan situasi di Indonesia saat ini. Sebagai negara kedua korban Covid setelah Cina pada awal-awal pandemi, kami juga mengalami semuanya. Bahkan fase gelombang kedua setelah liburan musim panas tahun lalu.
Dan hari-hari ini kecemasan kami pun tidak berkurang, karena suporter UEFA yang kembali dari Inggris dan pesta rakyat atas kemenangan Tim Italia, menjadi ancaman akan terjadinya fase gelombang ketiga.
Banyak yang memprediksi kalau September mendatang akan kembali gelombang ketiga sebab pertengahan Juni, Italia sudah masuk masa liburan musim panas.Â
Sekolah sudah libur sejak minggu pertama Juni, kecuali pre school yang tutup akhir Juni. Nanti sekolah-sekolah buka kembali pada minggu kedua September secara bertahap berdasarkan regione.
Kalau di Indonesia ada liputan khusus arus mudik lebaran, di Italia ada liputan khusus arus mudik liburan. Suasananya juga mirip-mirip karena sama-sama macet dan chaos. Ternyata banyak kesamaan antara Italia dan Indonesia.
Turis mancanegara juga sudah berdatangan. Kapal pesiar sudah mendapat izin merapat untuk menurunkan penumpang yang ingin melihat keindahan dan lezatnya kuliner Italia.
Kalau dicermati, bisa disimpulkan bahwa pemerintah Italia melonggarkan semua aturan sebagai usaha untuk menyelamatkan sektor ekonomi, khususnya pariwisata. Sebab banyak kota di Italia yang mengandalkan industri ini. Kalau selamanya menutup pintu masuk wisatawan, kasihan para pebisnis hotel, restoran bahkan penyewa payung di pantai dst. Jadi liburan musim panas dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memulihkan ekonomi yang sempat anjlok.
Sebagian besar warganya juga sudah divaksin. Awal Juni lalu, surat kabar lokal Treviso sudah memasang berita headline kalau usia 50+ sudah mencapai target herd immunity. Saat ini masih berlangsung vaksinasi untuk anak usia 12+
Belakangan, kalau membaca berita tentang dampak Covid di tanah air, sedih dan geram juga karena banyak oknum nakal yang memanfaatkan kesulitan orang lain. Bukan saling membantu, justru mencari keuntungan yang menghalalkan segala cara.