Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Rukit Meroket dengan Tempe

6 Juni 2021   08:00 Diperbarui: 6 Juni 2021   09:53 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rukit dengan tempe (Foto dok. Pribadi)

Warga diaspora Indonesia di Italia umumnya mengenal nama Mas Rukit yang identik dengan tempe, walau banyak di antara diaspora lain yang membuat tempe. Namun nama Rukit lebih meroket karena menjadi orang Indonesia pertama di Italia yang serius mengusahakan produk kebanggaan Indonesia secara profesional.

Masa awal pandemi tahun lalu, kegiatan mereka sempat terhenti sebulan karena kendala transportasi yang menyebabkan kurir telat mengirim barang ke alamat pemesan. Namun setelah itu, kegiatan jual beli tempe kembali berjalan normal. Dan saat ini produksi mereka diliburkan sementara karena istri cuti melahirkan.

Berstatus ayah dari 2 putri cantik, nama lengkapnya adalah Masjuddin Rukit (42). Tiba di Italia tahun 2006 kala Italia belum menghadapi krisis ekonomi. Tak perlu menganggur lama, ia langsung mendapat tawaran kerja di perusahaan keramik. 

Pekerjaan ini hanya sebagai batu loncatan sebab akhirnya ia mapan menjadi karyawan di perusahaan Metal Mecanic di wilayah Reggio Emilia. Lahir dan besar di kota minyak Bojonegoro, Rukit pun cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja barunya di Italia.

Satu hal yang kurang lengkap dalam keseharian Rukit sejak tinggal di Italia adalah tempe. Makanan favorit ini sebetulnya bisa ditemukan di negeri ini sebagai tempe produk Italia. Bahkan dijual di salah satu toko bio dekat rumahnya seharga €3,79 per 150 gram. 

Namun harga ini cukup merogoh kantong sebab Rukit membeli tempe hampir setiap hari. Dan tiap kali belanja, tak cukup sebungkus tetapi 5 sampai 10 pak. Otomatis, habislah gaji bulanan Rukit hanya untuk membeli tempe yang cita rasanya sangat jauh dari tempe-tempe di tanah air.

Sebagai "tempe mania", tahun 2008 Rukit pernah ke Amsterdam membawa koper kosong hanya untuk membeli tempe. 

Saat mengisi relung-relung koper, ada kebahagiaan tersendiri yang sulit diucapkan. Apalagi memborong untuk berbagi dengan teman-teman Indonesia di Italia sebagai oleh-oleh. 

Sensasi ini memicu ide Rukit untuk membuat tempe sendiri daripada tekor menghabiskan gaji ke toko bio atau pergi ke Amsterdam hanya untuk membeli tempe.

Singkat cerita, Juni tahun 2018 Rukit memboyong istri dari tanah air yang dinikahinya sejak Desember 2012 lalu. Setiap malam Rukit memikirkan kegiatan tambahan untuk istri selain mengurus anak mereka yang waktu itu baru satu dan berusia 4 tahun. Kultur Italia masih sangat baru buat istrinya, tentu butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan bahasa setempat.

Akhirnya terbersit ide yang pernah muncul sepuluh tahun yang lalu saat kembali dari Amsterdam. Nazar yang tertunda untuk bikin tempe buatan sendiri, agaknya sudah bisa direalisasikan bersama istri. Kegiatan ini tentunya bisa dikerjakan di rumah sambil menjaga anak.

Rukit pun mulai googling mencari informasi teknik dan cara membuat tempe. Setiap kali hasilnya dibagi ke teman-teman sekitar sebagai penguji rasa, namun hasilnya tak pernah memuaskan. Akhirnya Rukit menghubungi teman-teman kalangan pengrajin tempe di Malang dan Pekalongan.

Bersama istri, mereka terus menguji coba dari setiap kegagalan. Entah gagal karena kesalahan dalam proses penirisan sehingga struktur tempe terlalu lunak atau hasilnya tanpa jaringan misel (warna putih pada tempe).  Entah proses peragian yang belum kering sempurna, entah kesalahan proses penyimpanan dst.

Hari ke hari mereka terus menyempurnakan setiap kegagalan sampai akhirnya benar-benar berhasil membuat tempe enak berkualitas yang bisa dipasarkan ke publik. 

Lewat media sosial mereka mulai menerima pesanan pre-order, dan lewat acara arisan yang digelar warga Indonesia di Italia, hampir setiap weekend mereka keliling memenuhi undangan makan siang sambil mempromosikan tempe mereka.

Oderan demi orderan terus meningkat, sampai akhirnya Rukit harus melengkapi usahanya dengan mesin pengupas kedelai yang dirancang sendiri. 

Ia juga sangat mensyukuri produk dan harga kedelai yang cukup stabil di negeri ini, sehingga usahanya bisa berjalan cukup lancar.

“Tempeh Nusantara” buatan Rukit dengan rasa asli sangat digemari masyarakat Indonesia khususnya di Italia dan Eropa secara umum. 

Rukit fokus pada tempe segar untuk wilayah Italia dan tempe olahan matang yang bisa dikirim ke seluruh Eropa berupa keripik tempe, orek tempe, rempeyek, dan lain-lain.

East meet west (timur ketemu barat)

Selain membuat tempe rasa asli, Rukit juga membuat terobosan baru untuk tempe campur yang mengawinkan kedelai dan keju parmiggiano Reggiano. 

Kalau Italia diumpamakan sebagai tubuh manusia, wilayah Emilia Romagna adalah bagian perut manusia sebab regione ini terkenal sebagai penghasil aneka makanan khas Italia yang mendunia, termasuk keju parmiggiano Reggiano

Sebagai warga di wilayah ini, Rukit terinspirasi untuk membuat tempe varian baru dengan rasa Italia. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, para pencinta tempe bisa melihat dan membeli produk ini di pasaran dengan nama Tempeh Parmiggiano Reggiano d.o.p.

Tentunya masih butuh waktu untuk proses birokrasi, sebab urusan perizinan reguler di sini cukup pelik. Namun tekad dan kerinduan Rukit bersama istri telah bulat ingin mengupayakan tempe produk mereka bisa masuk ke toko-toko Asia yang menyebar di seluruh Italia dan Eropa.

Saat ini mereka juga sudah membuat tahu, namun masih terbatas untuk konsumsi sendiri. Sama halnya dengan tempe yang melalui proses panjang try and error, produksi tahu pun harus melalui proses eksperimen dan bertahap.

Menjaga nama yang sudah meroket, Rukit tidak mau sembarangan memproduksi tahu, apalagi melempar ke pasar. Jika kualitas sudah benar-benar sempurna, mungkin pada masa mendatang, tahu akan berdampingan dengan tempe. 

Untuk merealisasikan mimpinya, Rukit juga sudah menyiapkan desain untuk logo bergambar tempe dengan latar daun pisang bertuliskan "Nusantara". Ia ingin nama "Nusantara" mendunia sebagai negeri dengan peradaban besar yang melahirkan dan memperkenalkan tempe.

Pada akhirnya, hasrat dan jerit perut Rukit yang meneriakkan tempe bisa terwujud bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk memenuhi kerinduan banyak orang di Italia dan Eropa. 

Tempe, tahu, oncom, kecap dan tauco adalah hasil olahan kedelai yang kerap hadir di meja makan sebagai pelengkap makanan favorit orang Indonesia. 

Semoga usaha dan kerja keras Rukit sebagai pengusaha tempe dan inovator tempe keju, bisa terus meroket dan merambah juga ke produk olahan kedelai lainnya. 

Sebagai perantau di Italia, mimpi dan cita-cita Rukit untuk mempopulerkan tempe menjadi makanan favorit internasional kiranya boleh menjadi kenyataan.

Selamat merayakan hari tempe nasional. Selamat menikmati tempe.

*Hasil wawancara dengan Masjuddin Rukit yang dilakukan awal Maret 2021 untuk salah satu website lokal Indonesiani in italia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun