Ingatan saya langsung melayang ke Oom Sinatra, Pak Sofyan dan semua sesepuh PABBSI yang punya andil besar untuk merealisasikan semuanya terjadi. Tanpa mereka mungkin saya jenuh juga menghadapi caci maki dan cercaan orang-orang sinis yang ingin menyingkirkan saya karena menganggap wanita tak pantas mengangkat barbell pada masa itu.
Mungkin memang takdir untuk menjadi wanita perintis yang membuka jalan, bukan menjadi atlet berprestasi. Sebab pada prakteknya, saya pun tidak bisa membagi waktu untuk kuliah dan latihan.Â
Seperti ucapan rektor UI zaman itu, bahwa hidup harus memilih. Pilihan saya hanya untuk memulai. Sebab kalau tidak ada yang memulai, mungkin cabang olahraga ini masih dimonopoli kaum pria.
Selamat sekali lagi kepada lifter Windy Cantika Aisah!!Â
Menjadi juara itu mudah, yang sulit adalah mempertahankan. Tetap giat dan semangat untuk terus mengibarkan merah putih mengiring kumandang Indonesia Raya di mana pun!Â
Jaya Indonesiaku!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H