Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Jangan Sekarang, Nak.. Not Today! (1)

19 Mei 2021   17:00 Diperbarui: 19 Mei 2021   18:26 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demam tinggi 40,1°C (Foto dok. Pribadi)

Bercak di wajah (Foto dok. Pribadi)
Bercak di wajah (Foto dok. Pribadi)
Hanya demam tinggi seharian, namun semingguan itu bayi Andrej cukup rewel. Bintik merah di kulit mulai bermunculan sampai ke mata, bahkan sampai di bagian putih mata (sklera).

Minggu berikutnya mereka membawa Andrej untuk kontrol rutin. Anak lelaki di sini, sedari bayi wajib periksa hernia. Hasil ultrasound hari itu, salah satu biji penisnya membengkak. Ukuran perut Andrej yang besar sejak lahir sebagaimana bayi normal lainnya, juga menjadi pertimbangan dokter untuk segera operasi hernia.

HERNIA

Dokter menjadwalkan operasi hernia bulan November. Jadi mereka masih sempat menyiapkan semua berkas yang diperlukan. Hari yang ditunggu, Andrej harus cek darah sebelum tindakan operasi. Ternyata hasilnya tidak normal. Maka dokter menyarankan untuk cek kembali, sekalian dengan foto Xray, ultrasound, cek darah, urine dan tes lainnya sepanjang hari itu.

Sorenya mereka diminta untuk menginap di rumah sakit sebab ada yang aneh dengan bayi Andrej walau mereka belum tahu persis 'aneh' yang dimaksud. Ukuran limpa (spleen) Andrej terlalu besar untuk ukuran bayi 3 bulan. Hasil ultrasound menunjukkan, ukuran hati (liver) sedikit lebih besar dari ukuran normal bayi seusianya dan limpanya lebih tepat untuk anak usia 1,5 tahun.

Malam itu akhirnya mereka berdua harus menceritakan semua riwayat penyakit termasuk penyakit bawaan dari keluarga masing-masing. Juga hasil kontrol selama kehamilan. Sebelum melahirkan, Kasrina masih sempat berkeliling. Jadi ia punya catatan kontrol di USA, Indonesia dan Serbia. Namun semuanya tertinggal di Pinrang (Indonesia), jadi sepanjang malam itu kesibukan mereka bertambah karena harus menghubungi keluarga di kampung untuk mengirim semua berkas, sebab dokter harus mempelajari semua dokumen kesehatan. Perbedaan waktu antara Serbia dan Sulawesi Selatan juga membuat stress.

Pada hari kedua, tiga dokter dan empat perawat mengambil sampel dari tulang sumsum Andrej. Tanpa anestesi, teriakan bayi mungil itu terdengar memecah keheningan rumah sakit. Kasrina sempat melihat jarum yang dipakai. Lumayan besar untuk ukuran bayi. Tak hanya ditusuk, tetapi diputar seperti memutar sekrup, seakan jarum itu alat bor untuk melubangi tulang. Tak hanya sekali (satu lubang) tetapi disuntikkan dua kali.

Di luar, Kasrina hanya bisa mengintip sambil berulang mengucap doa minta pengasihan Allah untuk menguatkan Andrej. Ibu mana yang tega melihat bayinya yang menangis sekeras-kerasnya sambil meronta dengan kepala naik turun, diputar, dihentak berulang-ulang sebagai protes karena belum bisa berkomunikasi. Pikirannya menerawang membayangkan kampung halaman saat orang memotong leher ayam.

Total seminggu tinggal di rumah sakit ini, tim dokter belum menemukan sumber penyakit Andrej. Sementara sel darah putih (lympochite) yang diproduksi tubuh, jumlahnya semakin banyak, mencapai 100 ribuan yang secara normal, ukuran lympochite untuk bayi harusnya di bawah lima ribu.

Karena tim dokter belum bisa menyimpulkan penyakit yang diderita Andrej, mereka disarankan pulang dengan catatan setiap minggu harus ke lab untuk periksa darah dan kirim datanya ke rumah sakit tersebut.

Hari Senin, tiga hari setelah keluar dari rumah sakit, mereka membawa Andrej untuk cek darah. Ternyata sel darah putihnya masih tinggi. Namun dokternya terlihat tenang. Limpa dan liver, menurutnya akan mengecil dengan sendirinya. Maka Rabunya, mereka cek kembali sebab sel darah merahnya rendah sekali dan keluar bercak putih di kulit kepala. Bercak merah di sklera juga bertambah besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun