Temuan yang cukup mencengangkan, ginkgo biloba ternyata pohon kuno yang berasal dari sekitar 250 juta tahun yang lalu sebagai fosil hidup.Â
Satu-satunya spesies yang hidup dari keluarga ginkgoaceae, dari seluruh ordo ginkgoales dan dari divisi ginkgophyta. Di film-film Jurassic, pohon ini biasanya menjadi latar wajib sebagai penghias dan pelengkap yang merepresentasikan zaman.
Manfaat bagi kesehatan daftarnya cukup panjang. Antara lain, kandungan antioksidan sangat bagus untuk melancarkan darah, peningkatan daya ingat dan lain-lain. Katanya, cocok untuk penderita alzaimer atau demensia.Â
Di Italia, mereka menjual ekstrak daun ini dalam bentuk serbuk yang bisa dibeli di toko-toko erboristeria (toko herbal).
Buahnya pun bisa dikonsumsi. Kalau sudah matang, buahnya berwarna kuning mirip langsat. Ukuran juga mirip-mirip buah langsat, tapi soal aromanya, wah..?!
Kalau sudah masuk musim gugur, banyak sekali buah yang berserakan di sepanjang jalan karena tertiup angin. Kalau sampai menginjak buah yang sudah ranum, siapkan mental sepanjang jalan karena akan diikuti bau busuk yang sangat familiar dan universal dari WC umum.Â
Dari jarak 200 meter sudah bisa tercium bau yang sangat khas karena banyak yang sudah terinjak oleh pelalu-lalang di perempatan jalan yang tiap hari saya lewati.
Siapa sangka buah yang memancing tangan untuk menutup hidung, ternyata sangat enak kalau sudah diolah menjadi sup ayam yang divariasi jamur, bunga teratai dan ginseng. Atau kacang ginkgo yang enak dan sehat buat camilan bersama teh hangat.Â
Di rumah makan Jepang dan Cina di sini, hidangan ini hanya tersedia setiap musim gugur pada saat buah sudah bisa dipanen.