Mohon tunggu...
Claudia Magany
Claudia Magany Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Mantan lifter putri pertama Indonesia, merantau di Italia +15 tahun, pengamat yang suka seni dan kreatif!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengintip Keunikan Alih Fungsi Kulkas Menjadi Perpustakaan di Stasiun Oderzo

18 April 2021   18:00 Diperbarui: 19 April 2021   01:30 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Kereta Oderzo (Foto dok. Pribadi)

Tak jarang, sering pula menjumpai calon penumpang lain yang ingin menukarkan uang kertas untuk membeli tiket. Alternatif lain, bisa beli tiket di agen perjalanan atau beli secara online. Atau, bisa juga beli langsung di atas kereta, tetapi harus membayar tambahan 5 euro untuk setiap tiket.

Jadwal kereta penumpang pun agak terbatas. Hari kerja, sebelum jam 08.50, penumpang masih bisa memilih beberapa jadwal yang berjeda sekitar 20 sampai 35 menit. Namun setelah lewat jam ini, lebih baik memilih bus dengan jadwal yang lebih pasti dan tetap. 

Minggu dan hari libur, tak ada kereta penumpang yang beroperasi, jadi digantikan oleh bus yang lewat sekali setiap satu jam dari pukul 05.00 sampai 22.00.

Suasana sekitar stasiun, sepi. Nyaris tak ada tanda-tanda kehidupan. Jangankan toilet umum, jendela loket bahkan beberapa pintu gedung stasiun ditembok mati dan sisanya yang masih berdaun pintu kayu yang kokoh, tertutup rapat.

Selain sebuah mesin swalayan tiket, pada dinding lain tergantung dua mesin kecil untuk validasikan tiket. Di dekat pintu masuk jalur kereta, ada mesin jadwal kereta yang menyala 24 jam nonstop walau setelah jam 22 tidak ada lagi kereta penumpang yang lewat. 

Sesekali terdengar peringatan dari pengeras suara yang mengumumkan kereta akan tiba atau sekedar peringatan dilarang menyeberang lintasan rel.

Masa pandemi, tiap kali bisa melihat mobil militer yang berpatroli depan stasiun. Dan sebagai dampak lockdown, terjadi pengurangan trayek kendaraan umum, termasuk kereta. Jadi pada jam tertentu, bisa lihat bis yang mampir di jalur yang disediakan menempel dengan pagar stasiun sebagai halte.

Halte bus di stasiun pengganti kereta (Foto dok. Pribadi)
Halte bus di stasiun pengganti kereta (Foto dok. Pribadi)

Tempat parkir selalu diiisi oleh beberapa mobil yang tentunya penumpang langganan kereta. Demikian juga parkir sepeda, cukup penuh. 

Lokasi sekitar stasiun, sangat sepi. Hanya ada satu rumah yang bertahun-tahun tampak kosong. Di sampingnya ada hotel yang nyaris tutup karena sepi pengunjung. 

Seberang kedua bangunan ini, ada sebuah bangunan kosong tak terurus bekas pom bensin. Bisa dibayangkan bahwa sebelum dibuka jalur kereta penumpang, wilayah ini termasuk ramai. Namun ikut dibangunnya terowongan, akhirnya sepojokan wilayah di stasiun menjadi jalanan mati.

Ada dampak positif dan negatif dari setiap pembangunan. Bagi banyak orang yang memanfaatkan sarana transportasi kereta, tentu mereka merasakan dampak yang sangat positif seperti jarak tempuh yang cepat, hemat bensin dan irit biaya parkir di kota tujuan. Sedangkan untuk pengusaha di sekitar stasiun yang sebelumnya berjaya, terpaksa harus kehilangan pelanggan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun