Kalau daur ulang sampah basah, sudah bukan hal asing buat kita semua. Sebab dari tahun-tahun sebelum saya kemari, negeri ini sudah menerapkan sampah secara terpisah antara organik dan non organik yang dibagi lagi antara kertas, beling, plastik+kaleng dan sampah yang tidak bisa didaur ulang (non daur). Tahun ini Treviso mewajibkan warga untuk memisahkan sampah plastik dan kaleng yang sebelumnya menjadi satu paket.
Awal-awal saya tinggal di sini, pemerintah daerah menyiapkan bak-bak sampah umum di titik-titik tertentu untuk memudahkan warga mencapai tempat ini. Hampir setiap ujung area pemukiman, ada bak sampah umum yang terdiri dari sampah kertas (bak warna kuning), sampah botol (bak silinder warna hijau) dan sampah kaleng+plastik (bak warna biru). Â
Namun akhirnya fasilitas ini tidak mangkus, kurang sangkil sebab menerapkan jadwal pengangkutan secara berkala. Tiap kali menjelang jadwal pengangkutan, biasanya tumpukan sampah menggunung.Â
Apalagi kalau jadwal angkutnya bertepatan dengan hari libur nasional atau keagamaan. Terbayang 2-3 hari tumpukan sampah yang mengganggu kenyamanan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Akhirnya, cara ini diganti. Warga difasilitasi 3 tempat sampah dengan ukuran lumayan bikin sempit pekarangan atau garasi di rumah. Bagi mereka yang tidak punya ruang untuk menyimpan tempat sampah ini, mereka dikasih kunci untuk keluar-masuk ke tempat sampah bersama namun tertutup. Ada jadwal hari pembuangan yang tertera dalam kalender yang dibagikan setiap tahun.Â
Teorinya, jadwal sampah kering 'non-daur' setiap Rabu sebulan sekali. Maka wajib kami mengeluarkan tempat sampah beroda besar (untuk memudahkan pengangkutan) di depan rumah pada hari Selasa malam. Rabu pagi setelah tempat sampah kosong, dilarang meninggalkan lebih dari 24 jam sebab bisa kena sanksi.Â
Sampah plastik dan kaleng hanya dikumpul dalam plastik biru berlabel nama perusahaan sampah pemerintah daerah. Juga sampah organik harus dibuang dalam kantong plastik organik keluaran perusahaan ini. Kalau mereka melihat plastik lain, sampahnya tidak akan diangkut. Malah ditinggalkan catatan peringatan pertama sebelum dijatuhkan sanksi.
Ada alternatif lain untuk membawa sendiri sampah ini ke eco-centro. Warga hanya menunjukkan kartu kesehatan dengan nomer NPWP sini. Namun resikonya, sampah tersebut harus diurai. Misalnya untuk membuang sepeda, setrikaan dll, kita harus memisahkan bagian besi, plastik, karet dan seterusnya, sebab eco centro tidak menerima sampah utuh.
Untuk sampah batere, kacamata, tutup botol gabus dan obat, ada tempatnya tersendiri. Biasanya depan supermarket atau apotek disediakan sarana ini. Khusus sampah obat, kotaknya tertutup aman demi menghindari penyalahgunaan orang-orang tak bertanggungjawab.