Mohon tunggu...
Claudia Marta A
Claudia Marta A Mohon Tunggu... Freelancer - Amateur Writer

Menulis untuk Mengetahui

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengenal Atmakusumah Astraatmadja, Tokoh Pers Indonesia

31 Desember 2019   19:00 Diperbarui: 25 Januari 2020   20:06 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atmakusumah Astraatmadja. Sumber: Dokumen pribadi penulis.

"Ketika saya mendengar siaran radio Australia, saya ingin kesana. Saya hanya ingin melihat dunia bagian lain. Saya mulai tidak betah dengan suasana politik di tanah air saat itu, semakin tidak memberi kebebasan" (Wawancara dengan Atmakusumah, 2019).

Atma terbang ke Melbourne, pada Desember 1961 untuk bekerja sebagai penyiar dan wartawan pada Seksi Indonesia di Radio Australia, siaran luar negeri yang berada dibawah Australian Broadcasting Commission (ABC). Seksi Indonesia merupakan siaran Bahasa Indonesia yang dapat didengarkan oleh masyarakat di Indonesia. 

Siaran ini menyiarkan berita, wawancara, opini, features, atau tajuk rencana serta radio ini juga memutar lagu-lagu yang sempat dilarang oleh Soekarno. Siaran Radio Australia leluasa melakukan siaran atau cukup berani masuk ke udara Indonesia dengan membawa berita-berita yang lugas, independen dan tanpa sensor. 

Hal tersebut dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat Indonesia yang mendengarkan siaran Radio Australia karena dapat memperoleh informasi tanpa sensor yang tidak mereka dapatkan dari siaran Radio Republik Indonesia (RRI) maupun media pers Indonesia lainnya.

Setelah tiga tahun kontrak kerja di Radio Australia pada tahun 1964, Atma mendapat tawaran bekerja sebagai penyiar di Seksi Indonesia Radio Deutsche Welle di Jerman selama sepuluh bulan.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Bergabung bersama Antara
Setelah bekerja di Radio Deutsche Welle, kemudian Atma bergabung bersama Antara dimana di hari pertama kerjanya yakni 1 Oktober 1965 merupakan hari setelah adanya peristiwa G30S. Ia mendapat tugas pertama di seksi berita domestik untuk bulletin bahasa Inggris.

Atma menyebut hal tersebut dengan sebutan "Seksi Tak Bersalah" karena tugasnya hanya menerjemahkan berita-berita lokal yang telah disensor oleh redaktur di Seksi Dalam Negeri untuk bulletin Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. 

Adanya peristiwa tersebut membuat tugas Atma berganti yakni ia di beri tugas untuk menangani seksi berita nasional yang merupakan bagian paling penting dari berita Antara. 

Seksi berita nasional untuk bulletin Bahasa Indonesia pada saat itu hampir kosong karena kurang lebih 10 dari 12 redaktur seksi berita nasional tersebut dipecat atau bahkan dipenjarakan karena dianggap komunis atau kelompok kiri. Hal tersebut juga sebagai upaya pembersihan yang dilakukan oleh tentara kepada para karyawan Antara yang dinggap aktivis, simpatisan PKI dan kalangan Soekarnois di Antara.

Atma dan PWI
Atma bergabung bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Jakarta pada tahun 1968 sampai 1973 sebagai bendahara PWI cabang Jakarta dengan Harmoko sebagai ketua. PWI pada saat itu merupakan organisasi yang independen dan kritis terhadap pemerintah. Menurut Atma, PWI juga mendapatkan intervensi dari pemerintah dalam menentukan ketua PWI sehingga pada saat itu PWI memiliki dua kepengurusan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun