Mohon tunggu...
Helvira Hasan
Helvira Hasan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Perempuan Biasa!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jodoh Itu di Tangan Siapa?

22 Februari 2011   15:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:22 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Menurut agama yang saya yakini, ada tiga hal yang menjadi rahasia Tuhan bagi hamba-Nya, yaitu; jodoh, rejeki, dan ajal. Ketiga hal itu adalah misteri bagi ciptaan-Nya. Tak ada satu pun manusia yang bisa dengan tepat mengetahui kapan ajal menjemput. Sekarang saya bisa saja dengan lancar membicarakan topik ini, tapi setelah tulisan ini selesai, siapa yang tahu kalau ternyata saya mati. Begitu juga dengan rejeki. Terkadang saya sudah mumet memikirkan dana hidup dari orangtua yang menipis, tapi begitu saya ikhlas dengan rejeki yang ada saat itu, tiba-tiba bisa saja saya mendapat kabar bahwa royalti penjualan buku saya akan dicairkan hari esoknya. Atau, kakak saya malah memberi uang saku tambahan. Rejeki itu memang diusahakan, tapi siapa yang tahu datangnya dari mana. Demikian pula halnya dengan jodoh. Sudah lazim sekali kita dengar bahwa jodoh itu di tangan Tuhan. Apa iya?

Alkisah, ada seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis. Tapi, gadis ini sudah berpengalaman patah hati oleh kekasih sebelumnya. Gadis ini sebenarnya tidak mau hubungannya dengan mantannya berakhir. Ia percaya bahwa ia berjodoh dengan mantannya karena ia sudah kepalang cinta. Namun, mantannya berpikiran lain, ia berkata memang mencintai gadis itu akan tetapi dengan kendala yang menghalangi restu hubungan mereka , mantan si gadis pun akhirnya memutuskan jalinan kasih itu. Si mantan pun berkata, kalau jodoh tak bakal ke mana. Ia percaya bahwa jodoh memang di tangan Tuhan. Si gadis tentu tak terima diputuskan. Ia patah hati. Di saat itulah datang pemuda itu.


Si gadis sangat terbuka tentang masa lalunya. Hingga membuat pemuda itu berkeyakinan bahwa jodoh itu diusahakan. Ketika ia mencintai seseorang, ia akan sekuat tenaga mengusahakan hubungan itu terjaga. Ia berprinsip jodoh itu bukan di tangan Tuhan, tapi di tangan manusia itu sendiri. Apakah ia mau mengusahakan yang terbaik untuk pasangannya, apakah ia yakin dengan pilihannya, lalu mempertahankan hubungan itu. Karena itulah, akhirnya si gadis mau membuka hati untuk pemuda itu. Si gadis berpikir jika pemuda itu memang mencintainya dan mau mengusahakan hubungan itu, ia tak akan lagi disia-siakan seperti sebelumnya.


Waktu pun berlalu seiring hubungan mereka yang terjalin dengan mesranya. Namun, kemudian, si gadis sadar bahwa pemuda itu bukanlah pria yang ia inginkan untuk jadi pasangan hidupnya. Sebenarnya dari awal si gadis sudah menyadari kekurangan-kekurangan pemuda itu, tapi dengan kebesaran hati si pemuda yang mau berubah dan mengusahakan untuk menjadi sosok yang terbaik baginya, maka si gadis pun tetap menerima pemuda itu. Berbulan-bulan mereka menjalin kasih sampai si gadis pun benar-benar merasa bahwa ia tak pernah menyayangi pemuda itu. Ia terperangkap dalam kisah cinta sebelah pihak.


Lalu, si gadis menyampaikan resahnya pada si pemuda. Pemuda itu akhirnya sadar cintanya bertepuk sebelah tangan. Si gadis meminta hubungan mereka diakhiri saja. Ia tak bisa menjalani hubungan yang kosong. Ia bilang pada pemuda itu, "Kita sebaiknya tidak usah pacaran. Kalau kamu memang yakin sama aku dan berniat memperistriku, datanglah lagi nanti ketika kamu siap." Pemuda itu menolak. Ia beranggapan dengan proses pacaran mereka bisa saling mengenal sampai akhirnya tiba waktu pernikahan. Ia tetap mau mempertahankan hubungan dengan si gadis, karena ia benar-benar yakin bahwa ia mencintai gadis itu. Ia akan mengusahakan apapun yang terbaik bagi si gadis, mengusahakan apapun yang diminta si gadis. Untuk itu ia masih butuh waktu sampai ia merasa layak untuk meminang si gadis. Namun, gadis itu juga bersikeras tak mau berpacaran. Ia mau menikmati masa lajangnya saja daripada terikat dalam hubungan yang hampa. Si gadis akhirnya mengulang kembali pernyataan yang pernah ia terima dulu dari mantan kekasihnya, "Kalau jodoh tak bakal kemana. Jodoh itu di tangan Tuhan." Namun, pemuda itu mengingatkan kembali pada si gadis bahwa jodoh itu diusahakan. "Jodoh itu di tangan kita!" kata si pemuda. Si gadis geram, lalu berkata, "Kalau jodoh di tangan kita, aku nggak mau sama kamu!"


Demikian sekilas kisah tentang si gadis dan si pemuda. Pada akhirnya, kita tak tahu akan dibawa ke mana hubungan mereka. Kita hanya bisa menarik suatu kesimpulan, satu kesimpulan yang berupa pertanyaan, "Jodoh itu di tangan siapa?" Dan jawabnya ternyata bergantung pada masing-masing orang. Seorang pemuda yang begitu mencintai gadisnya berpegang teguh pada prinsip jodoh itu di tangannya sendiri. Sedangkan, pemuda yang sudah bosan dengan pasangannya menganggap bahwa jodoh itu di tangan Tuhan. Apa pun pilihannya, tampaknya masalah jodoh memang tetap menjadi misteri bagi setiap insan. Wallahu'alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun