"Mama jahat!" teriak Sarah saat memasuki kamarnya dengan berlari, lalu menghambur ke kasur empuk yang dihiasi boneka-boneka berbulu halus. Ada boneka beruang menggemaskan berwarna coklat, boneka gajah berbelalai panjang dengan warna abu-abu, boneka kucing yang manis berwarna putih, dan boneka kodok hijau bermata besar. Keempatnya bersandar di kepala ranjang. Keempatnya berukuran hampir sama, sebesar bantal yang sedang ditimpa kepala Sarah. Sarah sesenggukan, menangis meluapkan amarah.
"Sarah, kenapa kamu menangis?" Sarah menegakkan kepalanya, menatap boneka beruang.
"Berry, I hate my mom!" kata Sarah lantang. Boneka beruang itu pun dipeluknya. Sambil bersimpuh di atas kasur, Sarah mulai menata emosi. Ia seka air mata dengan punggung tangannya.
"Kau tak boleh bicara seperti itu, Sarah sayang," kata boneka kucing menimpali. Ia mulai menjilati bulu-bulu halusnya yang cemerlang. Sarah bersungut.
"Kucing centil sepertimu tahu apa?" kata Sarah ketus.
"Ah, kau terlalu menyepelekanku, Sarah. Aku ini dulu kucing yang sangat menyayangi anak-anaknya. Tiga anak kucing yang lucu kujaga dari terkaman mulut lapar ayah mereka. Sampai mereka besar dan bisa menjaga diri, aku pun melepaskan mereka ketika seorang gadis seumuranmu menggendong salah satu dari mereka, lalu membawanya pergi. Begitu juga dengan kedua saudaranya, tak lama kemudian datang orang lain mengambil anak-anak kucingku. Tapi, aku yakin mereka dipelihara dengan baik. Pemilik petshop, tempat aku ditampung dulu, hanya menjual kami pada penyayang binatang sejati. Hanya saja, aku memilih untuk mengubah diri menjadi boneka. Aku tak mau kawin lagi, lalu hamil dan melahirkan, tapi kemudian harus merelakan anak-anakku pergi."
"Kitty, maafkan aku. Kamu pasti kehilangan anak-anakmu, ya," ucap Sarah menyesali kata-katanya tadi pada boneka kucing.
"Sudahlah, aku memang kehilangan anak-anakku. Tapi, hatiku masih berisi cinta untuk mereka, selamanya," kata Kitty bijak. Ia kembali menjilati kakinya, lalu mengeluskannya ke kepala.
"Memangnya kamu ada masalah apa sama mamamu?" tanya boneka kodok.
"Iya, kenapa kamu jadi marah-marah begitu, Sarah?" Boneka gajah pun ikut bertanya.
Sarah berpangku tangan, mengerucutkan bibirnya yang mungil. Ia masih kesal karena Mama membatalkan acara bersama mereka hari ini. Sarah si gadis kecil yang pintar itu tahu betul bahwa mamanya terlalu sibuk dengan kerjaannya.