Mohon tunggu...
ClarissaClaa
ClarissaClaa Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Seorang mahasiswi teologi yang memiliki minat tinggi pada dunia literasi dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Dualisme Dosan-Jipyeong dan Sebuah Pesan Moral

15 Desember 2020   17:00 Diperbarui: 15 Desember 2020   19:04 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan karena pilkada, apalagi debat calon pemimpin, suara rakyat Indonesia khususnya bagian ke korea-koreaan, di provinsi per-drakoran terpecah belah. Banyak yang memihak pada Jipyeong, tapi tak sedikit yang kagum dengan Dosan.

Akhir tahun 2020, Drama Korea berjudul Start Up jadi topik pembicaraan di banyak tempat. Kantor, perkumpulan kaum muda, di akun kebahasaan, akun motivasi, akun bisnis, semua membincangkan drama ini. Karena penasaran dan melihat pemerannya yang menawan, saya pun memutuskan untuk menonton drama ini.

Menurut saya pribadi, drama ini punya kerangka plot yang cukup klise. Di luar dari kisah besar yang diusung--mengenai seluk-beluk membangun bisnis Start Up sesuai judulnya, ada kisah cinta dari masa kecil Seo Dalmi (diperankan oleh Bae Suzy), dengan teman penanya yang saat itu adalah Han Jipyeong (diperankan oleh Kim Seonho) meminjam nama Nam Dosan (diperankan oleh Nam Joo Hyuk).

dok. TVN
dok. TVN
Surat-surat yang dikirim Jipyeong berarti banyak bagi Dalmi. Bukan hanya karena rangkaian kata atau tulisan tangan yang indah, surat itu datang di momen yang tepat, dan menjadi teman pelipur lara bagi Dalmi.

Surat itu mendadak terhenti tanpa Dalmi tahu alasan pastinya, namun hingga lima belas tahun berlalu Dalmi terus mengenang surat itu, sembari berharap bisa bertemu dengan Dosan.

dok. TVN
dok. TVN
Singkat cerita, atas pengawasan Jipyeong, Dosan yang asli bertemu dengan Dalmi dan jatuh cinta pada jumpa pertama. Perbandingan dua lelaki ini pun cukup klise. Yang satu mapan, punya jabatan, wajah tampan, sedangkan lainnya kebalikan dari itu semua (kecuali wajahnya yang juga tampan). Dari sini rasanya sudah cukup tertebak, siapa yang akan memenangkan hati Dalmi.

dok. TVN
dok. TVN
Tapi tidak sesederhana itu, ketika menonton episode demi episode saya baru memahami mengapa suara rakyat penonton bisa terpecah belah. Jipyeong tidak hanya mapan dan tampan, dia pun banyak berkorban demi kebahagiaan Dalmi, sekalipun itu berarti harus berbohong, dan menempatkan dirinya pada tugas, atau situasi yang tak ia sukai. 

Di sisi lain, Dosan yang--katakanlah, tidak punya apa-apa, bisa hadir dalam banyak peristiwa hidup Dalmi. Menemaninya kala sedih, senang, menghadapi tantangan dan menerima kemenangan bersama. Lebih dari itu, mereka juga membincangkan tentang impian, bukankah ini inti dari sebuah relasi?

Dari dua pria ini, penonton seolah dihadapkan pada dua pilihan yang sama baik dalam aspek berbeda. 

Memilih keduanya adalah suatu hal yang mustahil, sedangkan tidak memilih sama sekali adalah mubazir.

Lebih dari karakter fiksi, keduanya seolah menyampaikan sebuah pesan yang spesifik dan selaras dengan realita.

Action speak louder than words, memang pepatah yang terbukti kebenarannya. Kedua pria ini pun sama-sama bertindak. Yang satu melindungi dari jauh, yang lainnya setia menemani. Yang satu membantu saat diperlukan, yang lainnya turut berjuang dan menghadapi kesulitan bersama. Terlepas dari segala tindakan yang diambil, penting untuk bersuara, untuk mengatakan, atau menyatakan. Supaya maksud tindakan tadi menjadi jelas.

Dan, apa yang ada atau tidak ada pada kita bukanlah suatu alasan untuk menunda atau berduka. Melainkan jadi pemicu untuk bergerak.
Sebab doa dan harapan saja belum cukup untuk menjadikan segala sesuatu seturut dengan keinginan kita. Yang paling penting adalah tindakan. Jipyeong dengan segala kesempurnaannya saja tidak cukup memikat Dalmi. Sedang Dosan yang tidak punya apa-apa, bisa meraih semuanya, termasuk hati Dalmi.

Dunia terlalu berisik, maka tanpa pernah kita bersuara, bagaimana akan didengar? Dunia terlalu sibuk, maka tanpa pernah kita bertindak, bagaimana akan dipandang? Dan terkadang dunia juga terlalu sepi, maka tanpa pernah kita temani, bagaimana bisa memahami?
Sandbox pun berulangkali menggaungkan kalimat "Follow your dream", ikuti mimpimu. Artinya kita ditantang untuk berani menyatakan diri, menyatakan keinginan, kesukaan kita.

Bersuaralah, meski tidak didengar. Bertindaklah, meski tak terlihat hasilnya. Mungkin sejatinya bukan 'tidak', melainkan 'belum'.
Kalaupun pada akhirnya tetap gagal, setidaknya sudah mencoba, seperti apa yang dikatakan Dosan. Supaya hari akhir nanti tidak dipenuhi penyesalan seperti cinta Jipyeong yang kandas. 

Jujur saya gemas melihat Jipyeong, kenapa tidak dari awal menyatakan perasaannya? Kenapa tidak langsung menemui Dalmi? Kenapa harus membiarkan 15 tahun berlalu? Kenapa harus mengirim Dosan yang asli? Tapi kalau tidak begitu ceritanya tidak akan sampai 16 episode, ya.

Bukan soal apa yang ada atau tidak ada, masalahnya adalah tentang pilihan kita. Tapi jangan biarkan pilihan memecah belah kita, tetap dukung #TeamJipyeong untuk masa depan yang lebih cerah. Cerah senyumnya, cerah isi dompetnya, hahahahahahha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun