Mohon tunggu...
Clarissa Amanda
Clarissa Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Suku Tengger yang Masih Dilestarikan dalam Upaya Glokalisasi

30 Juni 2024   12:02 Diperbarui: 30 Juni 2024   12:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan sejumlah sumber, dikatakan suku Tengger adalah keturunan Kerajaan Majapahit. Salah satunya tercatat dalam buku Filsafat dan Kearifan dalam Agama dan Budaya Lokal karya Syarif Hidayatullah dkk., suku Tengger turut meyakini diri mereka sebagai keturunan langsung Majapahit. Suku ini dikenal mempunyai ketaatan yang tinggi dalam beragama.

Meski terdapat pendapat yang mengatakan bahwa suku Tengger adalah keturunan terakhir Kerajaan Majapahit, ada juga ahli yang membantah klaim tersebut. Sejarawan dan pengamat sejarah Probolinggo, Eko Arahman menyebutkan, suku yang hidup di lereng Gunung Bromo ini sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit berdiri. Menurutnya memang benar bahwa warga Tengger mempunyai kaitan dengan Kerajaan Majapahit. Tetapi, dirinya menampik klaim bahwa suku Tengger adalah keturunan terakhir Majapahit.

Eko membeberkan, ada beberapa bukti prasasti yang menyatakan keberadaan suku tersebut. Salah satunya adalah prasasti Penanjakan Satu peninggalan Raja Hayam Wuruk. Dirinya mengatakan, pada prasasti Penanjakan Satu disebutkan, masyarakat Tengger adalah penduduk yang mampu mempertahankan budaya Tengger.

D. UPACARA KARO

Perayaan Karo atau sebutan Hari Raya kedua itu, kini tengah diperingati masyarakat suku Tengger, Gunung Bromo. Sampai dengan 10 September nanti, berbagai aktivitas dilakukan masyarakat Tengger. Hari raya kedua atau Karo, yang dirayakan setiap tanggal 15 bulan kedua menurut penanggalan Suku Tengger ini, tentu saja menjadi magnit tersendiri baik bagi para wisatawan lokal maupun asing. Lantaran pada hari raya Karo ini juga ditampilkan berbagai bentuk kesenian lokal suku Tengger yang menyertai ritual hari raya Karo.
Sebenarnya upacara Hari Raya Karo telah dimulai setelah Perayaan Karo hari Raya suku Tengger setelah Kesadha, merupakan wujud rasa syukur warga Tengger terhadap leluhur.

Adat istiadat yang dilakukan oleh Suku Tengger memiliki nilai-nilai karakter yang dibiasakan serta dikembangkan pada anak-anak dan generasi-generasi selanjutnya. Seiring berjalannya waktu adanya kegiatan pariwisata, wisatawan dapat melihat adat istiadat yang telah dilestarikan oleh masyarakat Suku Tengger.

Dalam hal ini, kearifan lokal Suku Tengger dapat terkenal hingga mancanegara. Kearifan lokal Suku Tengger yang sudah terkenal saat ini dapat membuat ketertarikan tersendiri bagi para pelancong untuk mengunjungi wisata Gunung Bromo. Apalagi, jika pelancong tersebut mengunjungi Gunung Bromo di waktu kearifan lokal sedang diadakan.

REFERENSI

https://www.tvonenews.com/daerah/jatim/44111-ritual-yadnya-kasada-bromo-akan-digelar-tanggal-15-dan-16-juni-2022

https://www.krjogja.com/nasional/1242607082/perayaan-karo-suku-tengger-bromo-jadi-magnet-tersendiri-para-wisman

https://travel.kompas.com/read/2022/06/05/213100927/yadnya-kasada-di-gunung-bromo-tahun-2022-masih-tertutup-untuk-wisatawan-ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun