Potret Desa: Petani Bawang dalam Gilasan Roda Nasib
Oleh: Clarisa Audia Ayu Maharani
Petani seolah tidak dapat dipisahkan dengan berbagai ketidakpastian kondisi. Ketidakpastian kondisi tersebut berkaitan dengan hasil produksi dan harga pasar. Setiap harinya petani dihantui rasa takut akan perolehan hasil bawang merah pada tiap musim tanam. Selain itu, harga pasar yang berfluktuasi seakan menambah ketakutan para petani.
Dengan kualitas hasil produksi menjadi momok menakutkan bagi petani setiap tahunnya. Hal ini terdapat beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi kualitas hasil produksi, diantaranya keadaan iklim atau cuaca dan serangan hama penyakit yang dapat menurunkan hasil produksi atau bahkan dapat menggagalkan usaha pertanian. Cuaca sangat berpengaruh pada hasil produksi, dimana pada musim kemarau petani bawang merah mendapatkan keuntungan. Biasanya petani bawang di musim kemarau bisa 4 kali panen dalam setahun, dimana tanaman ini hanya membutuhkan sedikit air untuk menghindari pembusukan pada bawang merah, sehingga mendapatkan keuntungan. Akan tetapi, pada musim hujan keuntungan yang diperoleh sedikit lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau yang hanya mendapatkan 2 atau 3 kali panen dalam setahun. Dengan cuaca yang tak menentu menyebabkan produksi menjadi berkurang akibat hujan yang turun secara terus menerus yang menyebabkan daun bawang menjadi rontok dan umbinya membusuk.
Kendala yang dihadapi tersebut dapat mempengaruhi produktivitas hasil produksi dan pendapatan petani mengalami penurunan. Sehingga di musim penghujan tanaman bawang merah lebih rawan terkena penyakit yang disebabkan oleh cendawan yang timbul ketika embun basah pada pagi hari, sehingga petani lebih banyak mengeluarkan biaya untuk membeli obat-obatan. Selain itu, banyak biaya lainnya yang dikeluarkan petani pada musim penghujan, seperti plastik untuk melindungi bawang tersebut.
Pada musim kemarau petani juga harus menghadapi serangan hama, penyakit, kabut kering, dan sulitnya air. Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat bawang, sedangkan penyakit bawang yang sering menyerang pada musim kemarau, yaitu penyakit trotol yang disebabkan oleh cendawan. Selain itu, intensitas cahaya yang rendah menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan dan fotosintesis sehingga tanaman tidak dapat berproduksi secara maksimal.
Petani juga harus menghadapi risiko terkait perubahan harga pasar yang setiap bulannya mengalami ketidakpastian. Pada dasarnya sistem tebas dengan perantara tengkulak menjadi cara andalan untuk menjual hasil produksi yang dilakukan oleh petani bawang di Desa Jagalempeni. Namun, dengan perubahan harga pasar yang setiap bulannya tidak menentu menjadi ketakutan-ketakutan yang menghantui petani. Hal ini dikarenakan perubahan harga pasar yang mengalami penurunan membuat tengkulak tidak membeli tanaman bawang. Sehingga menyebabkan kerugian secara finansial dan tenaga yang harus dikeluarkan oleh petani. Â Â
Dalam pemecahan permasalahan yang dialami oleh petani bawang membuat mereka mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh desa untuk meningkatkan hasil produksi, termasuk menjadi bagian dari POKTAN (Kelompok tani) yang diketuai oleh GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani). Dengan mengikuti POKTAN, petani bawang diberi kemudahan dalam pengelolaan tanaman bawang. Desa Jagalempeni memiliki enam POKTAN berdasarkan wilayah RW yang ada , yaitu Uman Jaya 1, Uman Jaya 2, Uman Jaya 3, Mulia Makmur, Uman Jaya 4, dan Uman Jaya 5.
Petani menjadi tak terpisahkan dengan elemen-elemen penompang untuk bertahan hidup pada kerasnya kehidupan yang semakin bersaing agar mendapatkan hasil yang terbaik. Sehingga hasil produksi yang kurang memadai akan tersinggirkan dengan yang lebih bagus. Dengan demikian, langkah-langkah untuk meningkatkan hasil kualitas produksi petani harus dilakukan dengan tindakan yang tepat, akan tetapi nasib menjadi penentu meskipun sudah melakukan hal yang terbaik.
Nilai Bawang di Desa Jagalempeni
Desa Jagalempeni dikenal sebagai desa penghasil bawang merah terbesar di Kabupaten Brebes, bahkan sudah didistribusikan di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Bagi masyarakat Desa Jagalempeni, tanaman bawang merah sangat berharga dan bernilai tinggi untuk mencukupi kehidupan mereka. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengamatan yang saya lakukan, dimana masyarakat Desa Jagalempeni, khususnya petani bawang yang memiliki tanaman bawang merah di depan rumah melakukan penjagaan di malam hari untuk mengantisipasi hilangnya tanaman bawang merah.
Namun, meskipun sudah melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, nasib yang menentukan kehidupan petani bawang, dimana ada kalanya mereka dapat dikatakan untung dan bahkan mengalami kerugian. Oleh karena itu, mereka sangat bergantung pada hasil produksi bawang merah di ladang. Sehingga, mereka  mengupayakan dari segi proses penanaman, pembibitan, dan penebasan harus dilakukan secara baik dan benar agar memperoleh hasil yang maksimal. Walaupun sudah melakukan secara maksimal kerugian bisa didapat dari keadaan harga pasar.
Dengan menurunnya harga pasar berdampak pada kesejahteraan hidup para petani bawang. Dapat dikatakan bahwa harga bawang merah dijual dengan Rp15.000, petani mengalami kerugian. Perubahan penjualan hasil produksi dapat dilihat dari yang awalnya tanaman bawang merah bisa dijual langsung kepada tengkulak ketika berumur 55 hari, akan tetapi sekarang malah petani yang harus mengelolaanya sendiri. Situasi ini menggambarkan kerugian yang dialami oleh petani di Desa Jagalempeni akibat mahalnya membayar tenaga orang dalam proses penyabutan dan pengangkutan.
Kesejahteraan Petani Bawang
Petani bawang Desa Jagalempeni belum dapat dikatakan sejahtera meskipun mereka sangat diperhatikan oleh pemerintah desa dengan diberikan kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan hasil produksi. Bantuan selalu didistribusikan setiap tahun dari pemerintah pusat untuk petani bawang di Desa Jagalempeni, seperti mesin-mesin untuk kegiatan perladangan. Dengan adanya bantuan ini sebagai bentuk perhatian mereka untuk meningkatkan kualitas hasil panen petani. Hal ini juga berhubungan dengan penyaluran kartu tani kepada setiap petani bawang di Desa Jagalempeni untuk memberikan keringanan dalam pembelian pupuk. Namun, dalam pembelian pupuk masih menjadi permasalahan yang ada di Desa Jagalempeni karena harga pupuk mahal apabila petani tidak memiliki kartu tani.
Akan tetapi, terdapat beberapa kesejahteraan petani bawang di Desa Jagalempeni, seperti diberikan kemudahan dalam segi perairan untuk ladang mereka. Dengan adanya perairan dari sungai pemali menjadi bukti kekayaan yang ada pada Desa Jagalempeni, sehingga petani tidak harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli pompa secara mandiri namun mereka tetap harus mengeluarkan uang untuk membayar iuran. Serta petani di Desa Jagalempeni sudah menggunakan teknologi modern untuk memudahkan aktivitas mereka di ladang, seperti Cultivator. Dengan demikian, petani bawang di Desa Jagalempeni diberikan kemudahan dalam keefisien waktu dan biaya. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H