Mohon tunggu...
Clarisa Natania Putri A
Clarisa Natania Putri A Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Content Creator

Fresh Graduate from Atma Jaya Yogyakarta University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Saatnya Mengenal Jurnalisme Masa Depan

3 Maret 2021   18:03 Diperbarui: 3 Maret 2021   18:11 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: twitter.com/TirtoID

Seiring berjalannya waktu, banyak aspek yang tentunya ikut berkembang dan semakin maju. Salah satunya ada media digital yang sekarang banyak digunakan oleh banyak orang untuk mendapatkan informasi, baik itu hoaks maupun terkonfirmasi.

Pada artikel ini akan membahas mengenai banyak hal mengenai jurnalisme masa depan. Jadi, jangan sampai kelewatan!

Jurnalisme Kini vs Jurnalisme Masa Depan

Jurnalisme yang ikut terus bergerak sesuai zaman, sampai akhirnya jurnalisme masa kini perlahan menjadi model horizontal transaksional. Audiens sudah menjadi aktid karena mereka mengonsumsi berita sekaligus sebagai pembuat berita (prosumer).

Pada jurnalisme masa kini terdapat empat jenis dari gaya pemberitaan, yaitu:

  • Jurnalisme Opini: berita dengan sudut pandang subjektif
  • Jurnalisme Kolaborasi: kerjasama antara jurnalis professional dan jurnalis warga untuk memproduksi berita tertentu.
  • Jurnalisme Sindikasi: berita yang diproduksi oleh sebuah media dan dijual atau disebarluaskan oleh media atau platform distribusi.
  • Jurnalisme Lapdog: jurnalisme yang memiliki kecenderungan pro dengan pemerintah

Sedangkan pada jurnalisme masa depan sudah tidak lagi bersifat linear. Hal ini dikarenakan audiens sudah berada di posisi sebagai konsumen dan produsen. Berita disebarluaskan dengan media sosial. Akurasi berita juga akan terpengaruh dengan kecepatan dari penyebaran berita.

Terdapat dua jenis gaya berita pada era jurnalisme masa depan, yaitu:

  • Curative Journalism
    Proses ini dilakukan dengan pengumpulan berita dari berbagai sumber, diolah, dan dikumpulkan ke dalam satu tempat. Oleh karena itu, terdapat tempat khusus bagi audiens yang ingin membaca berita.

Source: beritagar.id
Source: beritagar.id
  • Hyperlocalisation
    Jurnalisme berbasis lokal atau komunitas. Berita yang dipublikasikan juga khusus untuk konsumsi komunitasnya, segala informasi yang dimuat merupakan peristiwa yang terjadi di daerahnya. Contoh: Tribun Jogja, Radar Jogja, Tribun Batam. 

Source: jogja.tribunnews.com
Source: jogja.tribunnews.com

Menurut Bernard Shaw dalam Widodo (2020), terdapat tiga tren utama mengenai jurnalisme masa depan, yaitu:

  • Real Time Web
    Konten yang secara real time atau berita terkini yang langsung diberikan kepada publik. Audiens menjadi semakin mudah untuk mengakses berita secara langsung. Hal ini dikarenakan media memiliki fokus pada aktualitas dari penyampaian berita. Biasanya kita akan menjumpainya di media sosial, seperti Twitter, Instagram, Youtube, Facebook, dll.

Source: twitter.com/TirtoID
Source: twitter.com/TirtoID
  • Big Data
    Dapat dijadikan sebagai acuan jurnalis dalam membuat sebuah konten. Jurnalis juga dimudahkan dalam mencari informasi dan data yang dapat dipercaya. Adanya big data berawal dari inisiatif beberapa organisasi untuk mengambil, menyimpan, memproses, dan menganlisa data-data yang sebelumnya sudah diambil.

Source: dataquest.io
Source: dataquest.io
  • Intelligent Device
    Merupakan alat komunikasi yang kita punya sekarang, seperti handphone yang bisa melakukan komunikasi secara lisan maupun bertukar pesan tulis dengan jumlah yang sangat besar. Perangkat yang canggih dan bisa membantu jurnalis dalam mengumpulkan data-data. 

Jurnalisme masa depan harus memiliki skill bisnis dan perilaku yang mendukung, seperti:

  • Jiwa Entrepreneur
    Memiliki pemikiran yang terbuka (open minded) dan berani untuk berinovasi.
  • Menjadi entrepreneur di perusahaan tempat bekerja
  • Business savvy
    Memahami industry bisnis, value of content, dan model bisnis
  • Memahami metrik: nilai dan ancaman metrik, menguasa alat-alat untuk mengukur metric, seperti Google Analytics, Omniture, Nielsen, dll.
  • Berpikir mengenai 'Career Management, not Next Job': memahami nilai pemikiran jangka panjang. Bepikir secara strategis mengenai pilihan karir,dll.

Sekian dari pembahasan mengenai jurnalisme masa depan. Saya harap Anda bisa paham ya! Kalau ada kritik dan informasi tambahan, boleh banget langsung aja isi kolom komentar di bawah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun