Mohon tunggu...
Claresta Zulfa
Claresta Zulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Asuh dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Psikologis Anak

25 Juli 2023   11:07 Diperbarui: 25 Juli 2023   11:15 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pola asuh otoriter, yang ditandai oleh kontrol yang tinggi dan kasih sayang yang rendah, cenderung berhubungan dengan hasil yang kurang menguntungkan dalam perkembangan psikologis anak. Literatur menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan otoriter sering kali menunjukkan penurunan prestasi akademik, peningkatan perilaku bermasalah, dan penurunan kesejahteraan psikologis. Hal ini mungkin disebabkan oleh tekanan dan hambatan yang diberikan oleh kontrol yang berlebihan, yang dapat menghambat eksplorasi dan pengembangan diri anak. Selain itu, kurangnya kasih sayang dan dukungan emosional dalam pola asuh otoriter juga bisa berdampak negatif pada kepercayaan diri dan penyesuaian sosial anak.

Sementara itu, pola asuh permisif, yang ditandai oleh kasih sayang yang tinggi dan kontrol yang rendah, juga memiliki konsekuensi sendiri. Anak-anak dari orang tua permisif cenderung memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dan merasa lebih bebas untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan diri mereka. Namun, kurangnya batas dan disiplin dalam pola asuh ini sering kali menghasilkan anak yang kurang bertanggung jawab, memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang rendah, dan cenderung bersikap egois atau egosentris.

Gaya asuh otoritatif, yang menyeimbangkan tingkat kontrol dan kasih sayang yang tepat, biasanya dikaitkan dengan hasil perkembangan yang paling menguntungkan. Anak-anak dari orang tua otoritatif cenderung menunjukkan peningkatan prestasi akademik, keterampilan sosial yang baik, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi. Kombinasi antara dukungan emosional dan struktur yang diberikan oleh pola asuh otoritatif memungkinkan anak untuk merasa aman dan dihargai, sementara juga mempelajari batas dan disiplin yang penting untuk berfungsi dengan baik dalam masyarakat.

Namun, hubungan antara pola asuh dan perkembangan psikologis anak tidak selalu lurus dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain. Salah satunya adalah konteks budaya dan sosioekonomi. Misalnya, dalam beberapa budaya, pola asuh yang lebih otoriter mungkin lebih efektif dalam membentuk perilaku anak yang diinginkan, atau dalam konteks keluarga dengan stres ekonomi tinggi, pola asuh yang lebih permisif mungkin menjadi strategi adaptif yang lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi peneliti dan praktisi untuk mempertimbangkan konteks ini saat mengevaluasi dan memberi saran tentang pola asuh.

Selain itu, sifat individu anak juga memainkan peran penting dalam mempengaruhi bagaimana pola asuh mempengaruhi perkembangan mereka. Anak-anak dengan temperamen yang berbeda atau kapabilitas adaptif yang berbeda mungkin merespons berbeda terhadap pola asuh yang sama. Misalnya, anak yang lebih tangguh atau mandiri mungkin tidak terpengaruh sebanyak anak lain oleh pola asuh yang otoriter. Demikian pula, anak yang lebih pasif atau penurut mungkin membutuhkan lebih banyak struktur dan disiplin daripada yang diberikan oleh pola asuh permisif.

Secara keseluruhan, penting untuk dipahami bahwa pola asuh bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologis anak. Perkembangan psikologis adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor genetik, lingkungan, sosial, dan individu. Pola asuh merupakan bagian penting dari lingkungan ini, tetapi pengaruhnya mungkin akan berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor lain.

Dalam konteks praktis, pemahaman ini penting untuk membantu orang tua dan profesional mendukung perkembangan anak yang sehat. Orang tua perlu diberi pengetahuan dan keterampilan untuk mengadaptasi gaya asuh mereka sesuai dengan kebutuhan dan sifat individu anak mereka. Selain itu, penting juga untuk memberikan dukungan kepada orang tua dalam konteks yang sulit, seperti stres ekonomi atau konflik keluarga, di mana pola asuh yang optimal mungkin sulit untuk dilakukan.

Melalui pendekatan yang lebih individual dan kontekstual, kita dapat berharap untuk mendukung perkembangan psikologis anak yang sehat dan positif, terlepas dari tantangan yang mungkin dihadapi oleh mereka dan keluarga mereka.

Secara lebih lanjut, penelitian menunjukkan bahwa efek pola asuh mungkin tidak langsung dan dapat dimediasi atau dimoderasi oleh berbagai faktor lain. Misalnya, beberapa studi menunjukkan bahwa hubungan antara pola asuh dan perilaku anak mungkin dimediasi oleh kemampuan regulasi emosi anak. Anak-anak yang mampu mengatur emosi mereka dengan baik mungkin lebih tahan terhadap efek negatif pola asuh yang kurang optimal, sementara anak-anak yang kesulitan dengan regulasi emosi mungkin lebih rentan.

Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang ditujukan untuk mendukung perkembangan psikologis anak mungkin perlu lebih berfokus pada pengembangan keterampilan individu, seperti regulasi emosi, selain mempromosikan pola asuh yang sehat. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa efek pola asuh mungkin berbeda tergantung pada tahap perkembangan anak. Misalnya, pola asuh yang otoriter mungkin memiliki efek yang lebih negatif pada remaja dibandingkan dengan anak-anak, karena remaja memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk otonomi dan eksplorasi.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pola asuh mungkin tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi juga jangka panjang. Beberapa studi longitudinal menunjukkan bahwa pengalaman asuh di masa kanak-kanak dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan perilaku hingga dewasa. Misalnya, orang yang tumbuh dengan pola asuh otoriter mungkin lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, di kemudian hari. Ini menunjukkan bahwa mendukung pola asuh yang sehat tidak hanya penting untuk kesejahteraan anak saat ini, tetapi juga untuk kesejahteraan mereka di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun