Amien Rais melambung namanya dijagad negeri ini ketika ia masih menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dimasa pemerintahan Orde Baru ,Amien Rais termasuk yang berani mengeritik Suharto dan pemerintahannya.
Pemerintah pada masa itu tidak berani terlalu keras terhadapnya karena ia sedang memimpin sebuah ormas Islam yang besar ,Muhammadiyah.
Sesudah Reformasi, namanya semakin berkibar di dunia politik terutama dengan didirikannya Partai Amanat Nasional ( PAN).
Usai Pemilu 1999,julukan untuknya bertambah lagi dengan sebutan " King Maker".Julukan ini muncul karena kemampuannya melahirkan " Poros Tengah" di MPR yang membuahkan hasil terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden dan Amien Rais menjadi Ketua MPR.
Dibawah komando dan kendalinya ,PAN selalu cemerlang melakukan manuver politik sehingga selalu ikut berbicara pada perpolitikan tingkat nasional.Pada Kabinet SBY misalnya ,kader kader PAN berhadil menduduki beberapa jabatan strategis.
Pada pilpres 2014 ,Amien Rais dan PAN berada pada kubu Prabowo - Hatta Rajasa.Hal ini merupakan langkah yang wajar mengingat cawapresnya Prabowo pada pilpres 2014 itu adalah Ketua Umum PAN.
Sejak pilpres 2014 sudah terlihat Amien Rais tidak nyaman dengan Jokowi.Kita tentu masih ingat pernyataannya masa itu yang seolah olah mengibaratkan pilpres sebagai " Perang Badar" ,sebuah perang yang sangat terkenal dalam sejarah Islam.
Kemudian kenyataan menunjukkan pasangan capres-cawapres yang didukungnya pada pilpres itu kalah dan muncullah duet Jokowi-Jusuf Kalla sebagai pemimpin baru republik ini.
Sepanjang yang terlihat ,semasa Jokowi menjadi Presiden ,hubungan Amien Rais dengan mantan Walikota Solo itu tidak terlalu harmonis.
Banyak kritikan atau komentar yang disampaikannya terhadap Jokowi yang terkadang dianggap berlebihan dan tidak punya dasar yang kuat.
Sebelum Prabowo-Sandiaga dinyatakan sebagai pasangan pada pilpres 2019,Amien Rais sudah terlihat berpihak kepada kubu yang " bukan Jokowi".
Bagaimana tidak sukanya pendiri PAN itu terhadap Jokowi bisa disimak dari berbagai ucapannya seperti ," ngibulin rakyat,ekektabilitasnya turun" dan berbagai ungkapan lainnya.Malahan Amien Rais melontarkan ucapan adanya " Partai Allah" dan " Partai Syaitan".
Hal hal itu semua menunjukkan keinginan yang kuat dari Amien Rais agar Jokowi tidak terpilih lagi pada pilpres 2019.
Sengaja atau tidak tetapi keikut sertaannya gabung dengan Persaudaraan Alumni 212 ( PA 212) ,tentu juga untuk menguatkan basis politik untuk menghempang kemenangan Jokowi pada pilpres tahun depan.
Dengan posisinya sebagai Ketua Dewan Penasehat pada PA 212 maka akan ada 3 komponen massa dibawah pengaruh Amien Rais yakni ,1).massa PAN,2).massa PA 212 dan 3).massa Muhammadiyah.
Tiga komponen massa ini harus padu untuk menperjuangkan kemenangan Prabowo- Sandiaga Uno.
Secara umum dianggap, sebahagian besar alumni 212 akan berpihak ke pasangan 02.Begitu juga halnya PAN secara institusi berada pada kubu Prabowo- Sandiaga Uno.
Lalu bagaimana dengan Muhammadiyah?
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi modern yang berbasiskan Islam yang didirikan di Yogjakarta pada tahun 1912.Organisasi ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.
Sepanjang yang terlihat ,organisasi ini tidak mau melibatkan diri dengan politik praktis.Dalam bahasa politiknya ,walaupun PAN didirikan oleh Amien Rais ,Ketua PP Muhammadiyah pada masa itu ,tetapi Muhammadiyah bukanlah PAN.
Kemungkinan untuk memberi arahan ke anggota Muhammadiyah lah maka Amien Rais menyampaikan pidato yang kemudian menjadi bahan pembicaraan juga di masyarakat.
Pada acara Tabligh Akbar dan Resepsi Milad Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya,Selasa ,21 November 2018 ,Amien Rais mengemukakan pendapatnya.Dia berpendapat Muhammadiyah seharusnya punya sikap resmi di pilpres 2019.
"Di tahun politik ,tidak boleh seorang Haedar Nashir memilih menyerahkan ke kader untuk menentukan sikapnya di Pilpres.Kalau sampai seperti itu akan saya jewer" ,kata Amien.
Seperti kita ketahui Haedar Nashir adalah Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekarang ini.
Pada pidato tersebut mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menyebut kriteria pemimpin yang menurutnya perlu dipilih yaitu,1).beriman ,2).diyakini dan 3) .tidak diragukan keislamannya.Amien Rais selanjutnya mengatakan ,tanpa harus saya sebut nama ,pasti Muhammadiyah sudah tahu .
Tentunya tidak hanya warga Muhammadiyah tetapi masyarakat juga udah tahu pemimpin mana yang dimaksudkan ayah Hanum Rais itu.
Kuperhatikan ada beberapa komentar atau reaksi yang muncul tentang pernyataan itu.
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM) menilai pernyataan Amien bertentangan dengan khittah Muhammadiyah .
IMM menyitir khittah pada Muktamar Muhammadiyah tahun 1971 di Makassar yang menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak terikat dengan partai politik apapun dan menjaga jarak yang sama dengan semua partai politik.
Ada lagi komentar yang menyatakan ,Muhammadiyah wajar menyatakan sikap menjelang pilpres karena NU aja pun sudah menyatakan sikapnya .Tetapi ada juga yang menimpali pendapat ini.
NU mendukung Jokowi karena KH Ma'ruf Amin dipilih sebagai cawapres.NU wajar mendukung pasangan itu karena pasangan presiden petahana itu adalah Rais Pengurus Besar NU.Sedangkan Prabowo dan Sandiaga bukanlah pengurus Muhammadiyah.
Berikutnya ada lagi yang mengatakan apakah layak Amien Rais disebuah pertemuan mengatakan akan menjewer Haedar Nasir yang merupakan pimpinan tertinggi salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia ini.
Terhadap pernyataan Amien Rais yang demikian muncul komentar Fahri Hamzah.Menurutnya ucapan itu merupakan candaan tingkat dewa.
Setiap orang tentu boleh mengemukakan pendapat tentang hal itu.
Tetapi menurutku pernyataan itu bukanlah sebatas candaan saja ,tetapi Amien Rais mengirim sinyal yang kuat untuk Haedar Nasir.
Tapi aku juga tidak bisa menjawab seperti apa bentuk "jeweran " yang akan dilakukan itu apabila nanti Haedar Nasir tidak memberi arahan kepada warga Muhammadiyah untuk memilih pemimpin sesuai yang dimaksudkan Amien Rais itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI