Nama ‘Jokowi’ dan kata ‘kebakaran’ seakan sudah biasa berdampingan beberapa waktu ini. Keduanya sudah akrab di telinga kita lantaran beberapa kejadian yang mencuat di media massa. Yang pertama adalah peristiwa terbakarnya sebuah gudang di Solo yang menyimpan koleksi mebel siap ekspor milik Jokowi dan keluarga. Kerugian yang ditanggung adalah sekitar 400 juta Rupiah. Kebakaran tersebut terjadi pada 26 Juli 2012 lalu. Sedangkan peristiwa-peristiwa kebakaran lainnya bermunculan di Jakarta baru-baru ini. Daerah-daerah tersebut adalah Cideng, Kapuk Muara, Karet Tengsin, Pondok bamboo, Glodok, Pekojan, dan Pinangsia. Lalu apa yang menarik dari Jokowi dan peristiwa-peristiwa kebakaran tersebut?
Pertama, banyak media yang menyatakan bahwa kebakaran-kebakaran tersebut memiliki hubungan dengan pencalonan dirinya sebagai gubernur Jakarta periode yang akan datang. Kebakaran gudang mebel di Solo terjadi setelah dia memenangkan putaran pertama pemilihan gubernur Jakarta. Sedangkan mengenai kejadian kebakaran tujuh daerah di Jakarta, banyak media dan broadcast message BBM menyatakan bahwa itu pasti berhubungan dengan pilkada. Alasannya adalah ketujuh daerah yang mengalami kebakaran tersebut merupakan kantong suara yang memenangkan kubu Jokowi-Ahok di putaran pertama.
[caption id="" align="aligncenter" width="475" caption="Gudang Mebel Jokowi yang Terbakar (Sumber : Tempo.co)"][/caption]
Terlepas dari benar-tidaknya keterkaitan kebakaran tersebut dengan kemenangan Jokowi, hal menarik kedua adalah pikiran positif Jokowi. Hal ini terbukti dari pernyataanya bahwa tidak ada kaitan antara kebakaran mebel dengan pilkada. Dia juga tidak mau berprasangka buruk terhadap lawan politiknya yang (biasanya) dengan jelas menunjukkan usahanya untuk menggulingkan Jokowi dengan tindakan yang kurang elegan. Meski sudah berkali-kali disindir mengenai isu SARA oleh lawan politiknya baik melalui dakwah, kunjungan rakyat, maupun video, Jokowi tetap berpikiran positif. Buktinya adalah dia mengaku bahwa daerah-daerah kebakaran tersebut memang kantong suaranya, tapi ketika ditanya soal kecurigaan masyarakat tentang ulah lawan politiknya, Jokowi hanya menjawab, “Ada memang selentingan seperti itu, tetapi buru-buru saya buang.”
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Jokowi Berpendapat Mengenai Kebakaran Daerah-daerah Kantong Suaranya (Sumber: Okezone)"]
Hal menarik ketiga adalah dari pikiran positif Jokowi, lahir tindakan yang positif.Karena tidak mau dianggap cari muka di depan masyarakat, maka tindakan kepedulian Jokowi bukan mengadakan kunjungan secara langsung, melainkan dengan mengerahkan sukarelawan ke daerah-daerah korban. Selain itu, Jokowi juga bertindak dengan cepat untuk membantu petugas pemadam kebakaran jika musibah kebakaran terjadi. Program “pawang geni” buatan Sri Utomo, warga Solo baru saja dia jajal keefektivitasannya. Menurutnya, pawang geni merupakan sebuah inovasi untuk memadamkan kebakaran di kampung-kampung padat yang sulit untuk dijangkau pemadam kebakaran. Program ini bebas maintenance fee dan pengadaannya yang tidak memakan biaya banyak dapat menggunakan dana APBD.
[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Jokowi Menjajal Pawang Geni Bersama Warga (Sumber: Kompas.Com)"]
Sebuah pepatah dari John Quincy Adams berbunyi, “If your actions inspire others to dream more, learn more, do more, and become more, you are a leader.” Pikiran positif Jokowi melahirkan tindakan-tindakan yang positif. Berbagai tindakan nyata nya sudah menginspirasi saya untuk bermimpi lebih, belajar lebih, dan menjadi lebih baik lagi. Maka memang benar, Jokowi adalah seorang pemimpin yang sejati. Bagaimana menurut Anda?
Salam Berpikir Positif,
CKPA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H