Mohon tunggu...
Clara OktoraNapitupulu
Clara OktoraNapitupulu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Seorang mahasiswa Universitas Airlangga angkatan 2022 dengan jurusan gizi yang minat dibidang kesehatan, kuliner, dan suka dengan anabul

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Faktor Penyebab Kanker Kolon

11 Mei 2023   12:14 Diperbarui: 11 Mei 2023   12:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KANKER KOLON

Dewasa ini banyak penelitian yang mempelajari keterkaitan profil genetik terhadap peningkatan risiko suatu penyakit, terutama kanker. Banyak peneliti menyimpulkan bahwa faktor genetik menjadi faktor yang paling besar penyebab timbulnya kanker pada manusia. Tidak hanya melalui faktor genetik saja, faktor perubahan epigenetik juga mempengaruhi perkembangan sel kanker dalam tubuh. Penyakit kanker menyerang semua bagian tubuh manusia mulai dari darah, kulit, mata, hingga organ intim. 

Kanker juga menyerang siapa saja tanpa memandang umur, dan jenis kelamin. Penyakit kanker dapat dialami oleh anak-anak hingga lanjut usia, maka dari itu dibutuhkan kesadaran terhadap pencegahan penyakit kanker sejak dini. Mari simak artikel berikut mengenai salah satu jenis kanker yaitu kanker kolon. 

Kanker adalah perkembangan abnormal pada sel yang mengalami pembelahan tidak terkendali dan dapat menyerang jaringan lain melalui pembuluh darah dan limfa yang prosesnya disebut sebagai metastasis. Diketahui bahwa kanker dapat disebabkan oleh perubahan genetik dan juga perubahan epigenetik. Perubahan genetik atau mutasi gen merupakan urutan basa nukleotida pada DNA yang mengalami perubahan karena adanya kesalahan saat proses penyalinan DNA selama pembelahan sel, saat terkena bahan kimia atau mutagen, bahkan hingga terkena infeksi virus.

Sedangkan perubahan epigenetik merupakan adanya perubahan pada molekul asam nukleat dan protein yang membentuk DNA yang dimana perubahan ini dapat mempengaruhi jumlah produksi protein. Perubahan epigenetik ini disebabkan karena faktor lingkungan, contohnya individu yang terpapar bahan-bahan kimia, dan memakan makanan yang mengandung zat tertentu yang dapat merubah molekul tersebut.

Setiap organisme bertahan hidup dengan berusaha menyeimbangakan kondisi cairan internal dalam tubuh dengan lingkungan eksternal dan menyeimbangkan jumlah sel dalam tubuhnya baik sel yang aktif membelah dan juga sel yang telah mati (homeostasis). Ketika proses homeostasis dalam tubuh mengalami gangguan maka dapat menimbulkan adanya plasma baru pada jaringan yang dapat menyebabkan munculnya tumor. Tumor sendiri juga bisa bersifat jinak maupun bersifat ganas yang nantinya tumbuh menjadi sel kanker.

Kanker diperkirakan akan meningkat pesat kira-kira 21,6 juta kasus dan 13 juta terjadi kasus kematian pada tahun 2030. Kanker menjadi salah satu penyebab kematian dari tujuh penyebab kematian di dunia, salah satu penyakit yang banyak ditimbulkan adalah kanker kolon atau sering disebut kanker kolorektal.

Kanker kolorektal adalah penyakit pada bagian kolon atau usus besar manusia yang ditandai dengan pertumbuhan tumor ganas atau pertumbuhan sel abnormal (Majid, S.R., Ariyanti, F., 2020) . Kanker kolorektal atau colorectal cancer atau CRC, merupakan kanker yang umum terjadi di Indonesia, yang saat ini menduduki peringkat 4 kasus kanker terbanyak pada pria dan wanita. Bahkan, berdasarkan data Globocan pada tahun 2020, pertumbuhan risiko kumulatif seumur hidup CRC pada pria Indonesia adalah yang pertama di antara semua jenis kanker (Padang, M.S., Rotty, L., 2020).

Selain itu, berdasarkan penelitian  yang dilakukan Majid SR & Ariyanti F berupa studi kasus kontrol yang dilakukan di Rumah Sakit Kanker Pusat Dharmais pada periode Januari-Juli 2019, menyatakan bahwa  sebagian besar penderita kanker kolorektal adalah perempuan. 

Secara garis besar, perempuan memiliki risiko yang lebih kecil terdampak penyakit kanker kolorektal dikarenakan adanya reseptor estrogen ER  pada hormon estrogen. Adanya hormon estrogen memberikan efek melindungi dari kanker kolorektal dengan menjalankan inhibisi faktor inflamasi IL-6. Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Majid SR & Ariyanti F, jumlah penderita kanker kolorektal adalah wanita yang telah menopause, hal ini disebabkan kadar estrogen mulai berkurang dan membawa dampak tumbuhnya sel kanker pada kolon atau usus besar. 

Sebagian besar dari penderita kanker kolon tidak menyadari adanya gejala kanker kolon dalam tubuhnya karena gejala awal dari penyakit ini seperti gangguan sistem pencernaan biasa. Perkembangan sel kanker kolon ini bermula dari munculnya polip pada kolon dan lama-kelamaan berubah menjadi kanker. Seseorang akan terkena risiko kanker kolon dengan riwayat seperti menderita obesitas, diabetes, menderita kelainan genetik FAP atau sindrom Lynch dan riwayat keluarga yang pernah menderita kanker kolon. 

Indikasi umum dari penyakit kanker kolorektal adalah perubahan kebiasaan buang air besar yang meliputi diare atau sembelit, perut terasa penuh, ditemukannya darah di feses, feses yang dikeluarkan lebih sedikit, sering mengalami sakit perut, kram perut, kehilangan berat badan tanpa diketahui penyebabnya, merasa lelah sepanjang waktu, dan mual atau muntah. Dalam artikel yang diunggah oleh Kementerian Kesehatan pada Februari 2023, menuliskan bahwa gaya hidup menjadi faktor yang penting dalam perkembangan sel kanker kolorektal dalam tubuh kita.

Gaya hidup yang dapat diterapkan adalah mengonsumsi makanan yang mengandung serat, mengurangi konsumsi daging merah dan berlemak, tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan rajin berolahraga. Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk melakukan gaya hidup sehat dan juga melakukan deteksi kanker kolorektal sejak dini.

 

 Oleh: Clara Oktora Napitupulu, seorang mahasiswa Universitas Airlangga prodi Gizi.

Referensi :

Dewi, N.N.A., Widya Suksmarini, N.M.P., 2018. Metilasi DNA dalam Perkembangan Kanker Kolorektal. Intisari Sains Medis 9. doi:10.15562/ism.v9i2.176

Majid, S.R., Ariyanti, F., 2020. Determinan Kejadian Kanker Kolorektal. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat 9, 208--215. doi:10.33221/jikm.v9i04.677

Sayuti, M., Nouva, N., 2019. KANKER KOLOREKTAL. AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh 5, 76. doi:10.29103/averrous.v5i2.2082

Padang, M.S., Rotty, L., 2020. Adenokarsinoma Kolon: Laporan Kasus. e-CliniC 8. doi:10.35790/ecl.v8i2.30539

https://unair.ac.id/pendekatan-epigenetik-pada-terapi-sistemik-kanker-kolorektal/

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2092/kanker-usus-besar 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun