Film 2+2=5 mengajarkan sulitnya menjadi diri sendiri. Tiap scene memberikan ketegangan apabila tidak memiliki suara yang sama dengan guru.
2+2=5! kata Guru
Setelah menonton film pendek 2+2=5 yang tayang pada tahun 2011. Film 2+2=5 memiliki Genre dominan Thriller. Film yang memiliki durasi kurang lebih 7 menit ini, memunculkan situasi yang membingungkan dan menegangkan. Ketegangan tersebut diawali dengan suasana kelas ketika bapak Guru masuk ke kelas. Mungkin, situasi ini sedikit biasa saja, karena budaya di Indonesia ketika ada Guru ataupun pihak yang paling dihormati bergabung dalam sebuah perkumpulan memiliki reaksi yang sama yaitu perasaan "takut" atau bahkan "menegangkan".
Namun berbeda dengan situasi di kelas itu, Bapak guru tidak sama sekali mengeluarkan suaranya, semua hal dijembatani oleh gesture tubuh yang jelas. Adanya sikap dingin yang dimunculkan atau tanpa senyuman dari bapak Guru, serta gesture melarang siswanya untuk duduk sebelum dia memperbolehkannya. Kebingungan, diawali dengan announcement dari kepala sekolah bahwa ada beberapa hal yang diubah di dalam sistem pengajaran di sekolah, siswa dihimbau untuk tetap memperhatikan dan mengikuti saran dari Guru.
Ketegangan yang selanjutnya diikuti dengan seorang siswa yang menginterupsi informasi yang ditanamkan oleh bapak Guru, mengenai akumulasi perhitungan yang tidak sesuai dengan akumulasi nilai yang selama ini telah diajarkan oleh siswa tersebut. Hal tersebut diikuti kebingungan oleh penonton karena bapak Guru seolah sangat memaksakan hasil akumulasinya dengan menyuruh siswanya untuk mengatakannya berkali-kali lalu mencatatnya.
Lalu, ketika siswa meyakinkan teman-temannya di depan bapak Guru bahwa 2+2=4. Setelah itu, ketika bapak Guru menyuruhnya tidak kemana-mana karena beliau ingin memanggil 3 siswa kepercayaannya dan ketika mereka datang seolah-olah mereka menodongkan senapan yang berarti ancaman jika tidak sesuai dengan keinginin Bapak Guru. Kemudian, ketika siswa diminta untuk menuliskan kembali saran yang diberikan oleh bapak Guru bahwa 2+2=5 dia menuliskan sesuai dengan yang dia yakini dan berbeda dengan permintaan Guru. Kemudian, diikuti dengan kebingungan bahwa senapan yang seperti tidak ada di tangan 3 siswa tersebut bereaksi saat siswa tidak menuliskan jawaban yang diminta oleh bapak Guru menyebabkan siswa kehilangan nyawanya. Tidak hanya itu, kebingungan diikuti dengan alur cerita yang seperti belum berakhir, karena diakhiri dengan adanya siswa yang mengikuti kata hatinya dengan menulis angka 4 pada perhitungan akumulasi 2+2=.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H