Musim libur akhir tahun sudah hampir tiba. Pada tahun-tahun sebelumnya, banyak di antara kita tentu sudah merencanakan berbagai acara untuk mengisi liburan.
Biasanya disertai dengan kegiatan berlibur ke berbagai tempat wisata, baik di dalam maupun di luar kota. Namun dengan merebaknya pandemi sejak triwulan kedua tahun 2020 ini, maka banyak perjalanan wisata yang harus kita tangguhkan demi keamanan dan kesehatan bersama.
Hal ini mungkin membuat banyak di antara kita menjadi mati gaya. Apalagi keluarga dengan anak-anak usia aktif. Tentu tidak mudah bagi mereka untuk diam-diam di rumah saja.
Sebenarnya diam di rumah bukan berarti kita tidak bisa melakukan kegiatan seru. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan, termasuk berpetualang. Bagaimana bisa berpetualang dari rumah? Ternyata itu bisa kita lakukan.
Petualangan yang bisa dilakukan adalah petualangan imajinatif. Petualangan imajinatif dengan cara membaca cerita ini tidak kalah seru dibandingkan petualangan nyata, dan ada tambahan manfaat lainnya. Apa saja manfaat membaca cerita?
Berpetualang Tanpa Meninggalkan Rumah
Membaca cerita adalah cara yang seru dan budget-free untuk bisa melanglang buana. Dengan membaca cerita, kita bisa berkunjung ke tempat-tempat yang belum pernah kita kunjungi.
Melalui cerita Totto Chan Gadis Cilik di Jendela, misalnya, kita bisa berkunjung ke Jepang, menjelajahi Kuil Kuhonbutsu yang benar-benar ada di Jepang, dan naik kereta di jalur Oimachi.
Kita bisa merasakan bulu kuduk yang berdiri saat harus jurit malam di kompleks makam yang terletak di ujung Kuil Kuhonbutsu, ikut berwisata ke tempat pemandian air panas atau bermain salju di Hokkaido.
Bahkan kita bisa ikut berpetualang di sekolah Tomoe Gakuen yang menggunakan gerbong kereta sebagai ruang kelas dan pohon besar sebagai gerbang sekolah. Petualangan di Tomoe Gakuen ini malah tidak bisa kita dapatkan meskipun kita berkunjung ke Jepang karena sekolah tersebut sudah tidak ada lagi.
Selain mengunjungi tempat-tempat jauh tanpa meninggalkan rumah dan tanpa biaya, dengan membaca cerita, kita bahkan bisa mengunjungi tempat-tempat yang tidak mungkin akan bisa kita kunjungi sekalipun kita memiliki dana yang tidak terbatas.
Dengan membaca The Chronicles of Narnia, misalnya, kita bisa berpetualang ke negeri Narnia, sebuah negeri fantasi yang meskipun bisa kita gambarkan petanya, tidak akan kita temukan pada peta dunia.
Di negeri Narnia, kita bisa bertemu dengan binatang yang bisa berbicara, mahluk-mahluk magical yang unik yang tidak bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari.
Atau kita bisa menerobos masuk ke peron 9 ¾ dari novel Harry Potter. Meskipun di Stasiun Kings Cross di London dibuat sebuah peron 9 ¾ di antara peron 9 dan 10, namun kita tidak bisa masuk menembus peron tersebut kalau tidak melalui Harry Potter. Kita tidak akan bisa sampai ke dunia Hogwarts meskipun kita terbang ke London.
Mengasah Imajinasi
Manfaat berikutnya dari membaca cerita adalah mengasah imajinasi. Ada sebagian orang yang menyangka bahwa membaca cerita membawa kita ke dunia imajinasi, dunia mimpi yang tidak sehat.
Nyatanya, berimajinasi itu sehat dan justru diperlukan. Albert Einstein (1879 – 1955), seorang ilmuwan hebat, bahkan pernah mengatakan “Imagination is more important than knowledge” – Imajinasi itu lebih penting daripada pengetahuan. Mengapa?
Karena pengetahuan itu adalah sesuatu yang sudah ada, lalu kita pelajari, lalu pada saat ujian kita tuangkan ulang pengetahuan itu, niscaya kita akan mendapat julukan pintar, berpengetahuan, atau knowledgeable. Sedangkan imajinasi adalah semua hal yang belum ada, yang kita imajinasikan dalam pikiran manusia, dan suatu saat kita tuangkan dalam bentuk inovasi baru.
Dari sanalah peradaban manusia tumbuh dan menjadi maju. Berbagai penemuan di dunia diawali dengan imajinasi: pada awalnya dulu orang berimajinasi untuk bisa terbang seperti burung sampai akhirnya pesawat terbang ditemukan; pada awalnya dulu manusia berimajinasi bisa berkomunikasi jarak jauh sampai telepon dan kemudian juga internet ditemukan; pada awalnya dulu manusia berimajinasi bisa pergi ke luar angkasa sampai akhirnya bisa ada pesawat antariksa membawa astronot ke luar angkasa; dan masih banyak lagi inovasi yang lahir dari imajinasi.
Oleh karenanya, Albert Einstein juga menegaskan bahwa "knowledge is limited, imagination encircles the world” – pengetahuan itu terbatas, sedangkan imajinasi itu tidak terbatas dan bisa mengelilingi dunia.
Imajinasi adalah karunia dari Sang Pencipta, agar manusia bisa terus berinovasi, menghasilkan berbagai temuan, berkreasi, dan terus maju. Oleh karenanya jangan matikan kemampuan berimajinasi ini.
Sebaliknya, kemampuan berimajinasi harus terus kita asah. Salah satu cara paling jitu untuk mengasah imajinasi adalah dengan membaca cerita fiksi.
Penelitian neuroscientist pada Emory University yang diketuai oleh Gregory Berns (2013) menemukan bahwa membaca fiksi ternyata meningkatkan imajinasi pembaca dengan cara yang mirip dengan memori otot dalam olahraga.
Selain itu, mereka juga menemukan bahwa membaca novel science fiction yang bagus, misalnya, dapat membawa kita ke dunia imajinasi yang menjadi kenyataan di benak kita. Dari sinilah benih-benih berbagai inovasi muncul.
Oleh karenanya, jangan berhenti membaca cerita. Mari kita isi liburan ini dan ajarkan pada anak-anak untuk terus membaca, agar pengalaman kita lebih kaya dan imajinasi kita terasah. Kalau kita sudah terbiasa melanglang buana ke dunia imajinasi, kita tidak akan puas berdiam diri tanpa berinovasi.
Salam membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H