Terjun dalam dunia pendidikan bagi saya pribadi, hal ini bukanlah hanya berbicara mengenai pekerjaan, tugas dan tanggungjawab. Tetapi melayani di dalam dunia pendidikan merupakan suatu panggilan yang Tuhan berikan kepada kita untuk dapat memancarkan kasih-Nya melalui setiap hal yang kita ajarkan dan lakukan.Â
Bagaimana kasih-Nya yang sudah kita rasakan bisa dirasakan juga kepada anak-anak yang kita bina merupakan peran kita sebagai pendidik agar setiap anak dapat melihat kehidupan kita sebagai berkat dan membawa mereka mengenal kasih yang sejati di dalam Tuhan.
Abraham Maslow adalah seorang psikolog Amerika. Ia merupakan pelopor dari aliran psikolog humanistic dan teori ajarannya dikenal dengan sebutan hierarchy of needs. Ada 5 hirarki kebutuhan yang Maslow paparkan di dalam teorinya :Â
- Kebutuhan fisiologis yaitu berbicara mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar manusia untuk kelangsungan hidup manusia seperti makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, seks, istirahat.
- Kebutuhan rasa aman yaitu berbicara mengenai perlindungan seperti keamanan, ketertiban, hukum, stabilitas, kebebasan dari rasa takut.
- Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki yaitu kebutuhan akan hubungan interpersonal seperti keintiman, persahabatan, kepercayaan, dan penerimaan.
- Kebutuhan penghargaan:
a. Penghargaan untuk diri sendiri seperti martabat, prestasi, penguasaan, kemandirian.
b. Keinginan untuk reputasi atau rasa hormat dari orang lain (status, prestise)
 5. Kebutuhan aktualisasi diri yaitu sebuah keinginan untuk menjadi segala sesuatu yang seseorang mampu menjadi. Misalnya menyadari dan mengembangkan potensi diri, pemenuhan diri, mencari pertumbuhan pribadi.
Gambaran hierarki kebutuhan bisa kita terapkan dalam dunia pendidikan maupun bagi para orang tua yang ingin mendidik anak-anaknya. Teori Maslow ini sangat memperhatikan kebutuhan-kebutuhan yang manusia perlukan. Saya pernah melayani sebagai fasilitator di sebuah yayasan yang menampung anak-anak terlantar yang tidak diperhatikan lagi oleh orang tuanya.Â
Saya sangat terberkati sempat melayani di yayasan tersebut, karena saya melihat bagaimana yayasan ini melakukan tindakan kasih kepada anak-anak yang ditampung. Mereka menyediakan setiap kebutuhan-kebutuhan anak dari yang paling mendasar seperti  makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya.Â
Mereka juga memfasilitasi anak untuk dapat mencapai aktualisasi dirinya. Misalnya jika ada anak yang bakatnya di musik mereka akan memberikan alat musik untuk latihan dan bahkan yayasan tersebut juga memfasilitasi anak-anak seperti itu untuk ikut les musik.
Hal lainnya yang membuat saya semakin kagum dengan yayasan ini adalah mereka juga bersedia membiayai anak-anak binaannya sekolah dari SD sampai kuliah bahkan ada salah satu anak yang saya kenal, ia dibeasiswakan oleh yayasan tersebut untuk kuliah kedokteran sampai selesai.Â
Namun, yang membuat saya juga merasa kagum dengan yayasan ini adalah cara mereka mendidik, selain mereka menyediakan setiap kebutuhan anak-anak yang ditampung namun mereka juga tetap melakukan pemuridan dimana anak-anak disitu juga dibina kerohaniannya sehingga anak dididik secara holistis di yayasan ini.
Pengalaman saya melayani sebagai fasilitator di yayasan tersebut membuat saya menyadari bahwa pendidikan sesungguhnya bukan hanya membawa anak-anak mampu mengembangkan kemampuan akademisnya tetapi bagaimana anak juga dapat menyadari identitas dirinya dan mereka bisa merasakan bahwa orang-orang di sekitarnya mengasihinya.Â
Dengan begitu mereka dapat merasakan bagaimana kasih itu terwujudnyatakan di dalam pendidikan yang mereka terima sehingga hidup mereka dapat membawa terang dimanapun mereka berada.
References:
https://www.simplypsychology.org/maslow.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H