Mohon tunggu...
Clara Alverina C Waruwu
Clara Alverina C Waruwu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sarjana Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya

Undergraduate midwifery's student who is enthusiastic about finishing Her degree and graduating with strong marks and experience.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

UNBLEMISHED: Unforgettable Moment from A Place Called Midwife's Independent Practice

11 Juni 2024   21:30 Diperbarui: 11 Juni 2024   21:56 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jadikan setiap tempat sebagai sekolah dan jadikan setiap orang sebagai guru" (Ki Hajar Dewantara). Belajar tidak selamanya berada dalam ruangan dan duduk terpaku pada materi yang diajarkan, melainkan belajar dapat dilakukan di luar ruangan. Faktanya, seluruh tempat adalah tempat pembelajaran yang memberikan nilai serta pengalaman berharga bagi manusia untuk masa depannya. Mengutip dari Presiden pertama Indonesia, Ir.Soekarno pernah berkata bahwa "Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya." Hal ini sama dengan pernyataan bahwa "Teori tanpa praktik itu sia-sia, praktik tanpa teori itu berbahaya." Tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi keseimbangan antara teori dan praktik dalam proses belajar. Urgensi ini diperhatikan oleh salah satu kampus terbaik di Indonesia, yaitu Universitas Airlangga tepatnya di Fakultas Kedokteran Program Studi Kebidanan melalui mata kuliah Konsep Kebidanan yang memfasilitasi seluruh mahasiswi Sarjana (S1) Kebidanan Angkatan 2023 untuk mengunjungi Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) yang dikelola oleh alumni atau lulusan almamater tercinta. 

Pengalaman baru dan berharga saya dapatkan pada hari Senin, 20 Mei 2024 di Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) Sudjiati Frans dengan durasi kurang lebih 120 menit. Lokasi dari TPMB itu sendiri terletak di Surabaya bagian Selatan tepatnya di Jalan Banyu Urip nomor 98A dengan luas bangunan 6 x 20 yang diresmikan pada 7 Juli 2007. Kunjungan 2 diawali dengan orientasi Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) secara general dan dilanjutkan dengan sejarah TPMB Sudjiati Frans. Pengenalan PMB secara umum yang dibawakan oleh Ibu Euvanggelia Dwilda Ferdinandus, S.Keb., Bd., M.Kes benar-benar memberikan pengetahuan secara luas mengenai praktik mandiri bidan. Tempat Praktik Mandiri Bidan merupakan otonomi mandiri yang dipimpin oleh sedikitnya dua bidan dan tim dengan metode pengelolaan berupa monitoring serta evaluasi. Ibu Euvanggelia sebagai pemateri memberikan sebuah pernyataan bahwa sebagian besar TPMB di Surabaya dikelola oleh pimpinan dengan pembagian hasil secara gaji/upah dibandingkan dengan dikelola secara bersama-sama dengan pembagian hasil merata. Sebagian besar informasi yang diberikan telah tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Sebelum membuka klinik, seorang bidan harus sudah melakukan pelayanan atau memiliki pengalaman klinik, yaitu bekerja selama minimal 2 tahun di rumah sakit maupun fasilitas pelayanan kesehatan yang bersangkutan dengan profesi bidan. Setelah itu, bidan dapat mendirikan bangunan yang akan dijadikan Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) yang sesuai dan memenuhi standar dari dinas kesehatan karena nantinya tempat tersebut akan di survei secara sarana dan prasarana sesuai dengan checklist yang tersedia demi mewujudkan TPMB sebagai fasilitas kesehatan yang aman dan nyaman. Perlu diingat bahwa bidan yang ingin mendirikan praktik mandiri harus memiliki kartu tanda anggota (nasional) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang bisa didaftarkan secara offline maupun online sesuai dengan ranting/lokasi tempat tinggal. Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) pada umumnya memberikan berbagai pelayanan mulai dari pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, pelayanan kesehatan ibu dan anak hingga pelayanan keluarga berencana yang selebihnya bisa dilihat dalam Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Pasal 19 sampai 21. Tidak hanya itu, Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) diwajibkan memberikan pelayanan persalinan selama 24 jam sebagai syarat terpenting dalam mendirikan praktik mandiri. 

Setiap tempat memiliki ceritanya sendiri, begitu juga dengan "Praktik Mandiri Bidan Sudjiati Frans" yang kerap dikenal dengan panggilan "Bidan Frans". Nama PMB Sudjiati Frans itu sendiri diadaptasi dari nama sepasang suami-istri Ibu Sudjiati, SST., Bd., MM dan Bapak Frans yang mengabdikan hidup bersama untuk sesama. Semua ini dimulai dari mimpi seorang perempuan bernama Sudjiati kelahiran 13 November 1987 yang ingin memiliki gelar bidan tentara lebih tinggi tetapi terhalang oleh realita yang harus menikah pada saat menjalani proses pendidikan. Setelah lulus dari SMA, Ibu Sudjiati melanjutkan studinya ke Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) kemudian ke Pusat Pengembangan Bisnis (P2B) dan mengambil alih jenis D3. Perjuangan dalam meraih pendidikan tidak hanya berhenti disitu, Ibu Sudjiati melanjutkan kuliah profesi demi meraih gelar S.St dan Bd kemudian mengambil program magister (S2). Ibu Euvanggelia pun menceritakan bahwa sebelum mendirikan Praktik Mandiri Bidan (PMB), Ibu Sujiati merupakan bidan tentara yang pernah bekerja di Rumah Sakit dan Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) di tempat asalnya. Tidak lama kemudian, pada tahun 2004, Ibu Sudjiati yang pada saat itu menjabat sebagai Peltu atau Pembantu Letnan Satu memilih untuk pensiun dini karena kehamilan hingga akhirnya memutuskan untuk pindah ke Surabaya pada tahun 2007. Bangunan PMB yang beroperasi sekarang di Jl. Banyu Urip 98A Surabaya adalah bangunan kedua milik Ibu Sudjiati, SST., Bd., MMdan Bapak Frans dikarenakan bangunan pertama yang berlokasi di Jl. Banyu Urip 1 No. 23 berada di dalam gang dan tidak memenuhi peraturan dalam mendirikan PMB, yaitu PMB harus dapat diakses dengan mudah oleh kendaraan seperti mobil dan memiliki lahan parkir yang cukup luas. Bangunan pertama menggunakan rumah pribadi sebagai praktik mandiri sehingga segala sesuatu yang ada pada waktu itu sederhana dan secukupnya. Ibu Euvanggelia bercerita bahwa ibundanya atau Ibu Sudjiati tidak menyangka akan memiliki Praktik Mandiri Bidan (PMB) seperti sekarang karena dulu tekadnya adalah membantu tetangganya yang secara tiba-tiba membutuhkan proses persalinan. Tekad Ibu Sudjiati ternyata terdengar hingga ke tetangga lain sehingga mulai banyak pasien yang berdatangan ke kediaman beliau. Rumah yang dulunya berfungsi sebagai tempat tinggal, diubah menjadi tempat persalinan dimana bagian ruang tamu disekat dan kamar tidur Ibu Euvanggelia digunakan sebagai ruang persalinan dengan total tiga ruang yang digunakan dalam satu rumah. Walaupun dimulai dari tempat tidak terduga kini PMB Sudjiati Frans dengan slogan "Ibu Sehat, Bayi Sehat" memiliki fasilitas persalinan yang lengkap dan sesuai serta memenuhi standar dari Dinas Kesehatan. Ruangan yang disediakan juga beragam sesuai dengan fungsinya dimulai dari ruang tunggu, ruang periksa, ruang bersalin, ruang senja (Nifas 1), ruang sekar (Nifas 2), dan ruang pencegahan infeksi. 

Pelaut yang hebat tidak dibentuk dari ombak yang tenang, melainkan dari ombak yang terjang. Layaknya manusia pada umumnya, dalam menjalankan Praktik Mandiri Bidan (PMB) Ibu Sudjiati mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Pertama, hambatan terletak pada pemerintahan Surabaya yang mewajibkan ibu hamil untuk didampingi ketua daerah ketika ingin melakukan tindakan. Ketua daerah biasanya akan mengarahkan ibu hamil ke puskesmas dan biasanya proses yang dijalani cukup rumit karena sedikit demi sedikit akan dirujuk sehingga hal ini menyebabkan naiknya angka operasi tanpa indikasi di Surabaya. Kedua, manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang dapat mengancam eksistensi Praktik Mandiri Bidan (PBM) di Surabaya, termasuk di PMB Sudjiati Frans itu sendiri. Kesempatan bagi profesi bidan terbuka sangat luas dan keputusan ini menjadi tanggung jawab masing-masing bidan. Seorang bidan harus memiliki daya juang dan kreativitas tinggi dalam menciptakan inovasi baru agar tidak tertinggal oleh perkembangan zaman, seperti mengelola dan memanfaatkan media sosial sebaik mungkin sebagai media promosi dan sebagainya. PMB Sudjiati Frans menanggapi kekhawatiran ini dengan memberikan pelayanan inovatif seperti kelas hamil, kelas peran suami, prenatal yoga, yoga couple hingga pijat hamil. Tidak hanya itu, PMB Sudjiati Frans juga memberikan foto dilengkapi pigura gratis untuk mengabadikan momen berharga bagi setiap ibu yang menggunakan layanan disana. 

Perjalanan Ibu Sudjiati dalam mendirikan, menjalankan hingga mengelola PMB Sudjiati Frans yang penuh usaha dan perjuangan perlu diapresiasi dengan memperhatikan nilai-nilai moral yang dapat diambil dari kunjungan ini. Kunjungan ke Tempat Praktik Mandiri Bidan (TPMB) benar-benar membuka pandangan dan meluruskan keraguan saya mengenai rencana masa depan yang akan saya wujudkan. Saya belajar bahwa dibalik rencana yang telah dibuat, Tuhan Yang Maha Esa selalu mempunyai rencana yang jauh lebih baik karena apa yang menurut manusia baik belum tentu baik bagi Sang Pencipta. Dari biografi Ibu Sudjiati, saya semakin menyadari bahwa tidak ada jalan pintas dalam meraih keberhasilan dan akan selalu ada pengorbanan dalam proses tersebut. Dari sejarah PMB Sudjiati Frans, saya memahami bahwa semua harus dikerjakan secara bertahap disertai dengan komitmen, perjuangan, dan keinginan untuk lebih berkembang dari sebelumnya. "Yang penting berani memulai dulu," begitu kira-kira perkataan Ibu Euvanggelia sebagai putri dari Ibu Sudjiati yang turut mengelola PMB Sudjiati Frans sebagai bidan koordinator. Sikap inisiatif benar-benar dijunjung tinggi dalam menjadi bidan yang profesional dan penuh pengalaman karena dunia tidak selalu berpihak kepada kita. Sebagai penutup esai ini, saya ingin mengingat bahwa pengetahuan adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan. Setiap pengetahuan yang diperoleh, sekecil apa pun, berpotensi mengubah masa depan dan orang-orang di sekitar kita. Melalui pembelajaran, saya harap dapat tumbuh menjadi versi terbaik dari diri saya. Ilmu yang didapat di setiap akhir perjalanan merupakan harta tak ternilai yang akan selalu mendukung kita dalam mengatasi tantangan hidup.

Dokumentasi Kunjungan TPMB Sudjiati Frans Surabaya oleh Clara Alverina

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun