Mohon tunggu...
Clara PelitaTinambunan
Clara PelitaTinambunan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Communication Student at Sriwijaya University

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Darurat Moral dan Karakter bagi Generasi Muda di Era Globalisasi

29 November 2023   18:06 Diperbarui: 29 November 2023   18:12 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan moral dan karakter merupakan sebuah penanaman nilai dan perilaku yang baik bagi individu untuk menjadi pribadi yang mampu memberikan hal positif bagi lingkungan sekitarnya hingga masyarakat luas. Nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan moral memainkan peran dasar dalam pembentukan karakter yang kuat. Keduanya memiliki peran kunci dalam membantu individu menjadi anggota masyarakat yang baik dan dalam membangun masyarakat yang lebih etis, adil, dan manusiawi. Pendidikan moral dan karakter juga memiliki peran penting dalam membentuk budaya sosial yang positif dan mendukung terciptanya harmoni dalam masyarakat.

Masyarakat Indonesia telah lama mencerminkan karakteristik adat dan kepribadian Timur, yang sangat mencerminkan nilai-nilai moral dan etika, serta mengedepankan rasa toleransi, keramahan, saling menghargai, dan gotong-royong. Indonesia juga menganut filosofi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa. 

Dengan jelas, karakter bangsa Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai yang tercermin dalam sila-sila Pancasila, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawarahan, dan Keadilan Sosial. Sayangnya, saat ini karakter di Indonesia tampaknya menjadi tantangan yang serius di era globalisasi ini. Banyak individu, terutama generasi muda, tampaknya telah mengabaikan karakteristik sebagai warga Indonesia, dan nilai-nilai serta moralitas tidak lagi menjadi perhatian utama. Oleh karena itu, Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan besar dalam mengatasi krisis moral dan krisis karakter yang sedang dihadapi.

  • Pengaruh globalisasi terhadap moral dan karakter

Di era globalisasi ini memang memudahkan penyebaran budaya asing ke negara kita, termasuk budaya yang memiliki dampak positif maupun budaya yang berdampak negatif. Masuknya budaya asing ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku dan moral masyarakat Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu dampak globalisasi yang saat ini menghadirkan sejumlah isu yang perlu diperhatikan. Meskipun masyarakat modern telah berhasil memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai solusi alternatif untuk berbagai masalah kehidupan sehari-hari, terdapat situasi di mana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut belum mampu memupuk nilai moral dan akhlak yang tinggi. Era globalisasi memengaruhi berbagai aspek dalam masyarakat, termasuk pendidikan, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan bahkan perilaku moral remaja. 

Salah satu dampak yang signifikan adalah perubahan dalam perekonomian, yang dapat memengaruhi negara secara keseluruhan. Namun di Indonesia masalah ekonomi hanya salah satu dari banyak tantangan. Krisis moral yang dihadapi oleh generasi muda di negara ini juga menjadi perhatian serius. Perubahan dalam moral dan perilaku remaja Indonesia terkait dengan pengaruh dari luar negeri yang masuk ke Indonesia. Hal ini seringkali terjadi tanpa pertimbangan atau pemilihan yang cermat terkait perilaku yang seharusnya diadopsi oleh anak muda Indonesia.

Tanpa kita sadari, krisis moral dan karakter yang sangat nyata dan mengkhawatirkan ini berdampak kepada anak-anak dan remaja yang masih bersekolah. Hal ini dibuktikan  dengan penurunan tanggung jawab, insiden tawuran antara pelajar, hilangnya daya kreativitas, penurunan kejujuran, kehilangan tata krama, kurangnya rasa hormat, dan menurunnya sikap toleransi, serta hal-hal sejenis yang berdampak pada konflik di tingkat masyarakat dan menjadi masalah sosial. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter di sekolah, yang biasanya dikembangkan melalui pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan, tampaknya belum berhasil dalam membentuk karakter yang kuat pada peserta didik.

  • Kasus Degredasi Moral Indonesia

  Belakangan ini telah beredar video aksi bullying yang dilakukan oleh 2 pelaku yang merupakan seorang siswa SMP di Cilacap. Polisi telah mengungkap bahwa motif di balik tindakan penganiayaan tersebut adalah ketidakpuasan pelaku terhadap korban yang menyatakan dirinya sebagai anggota dari kelompok Barisan Siswa. Tindakan penganiayaan yang sangat kejam dilakukan oleh pelaku kepada korban menyebabkan korban mengalami cedera yang cukup serius, termasuk patah tulang rusuknya. Ini merupakan salah satu berita dari banyaknya berita yang menunjukkan krisis moral dan karakter pada generasi saat ini. 

Kenakalan remaja adalah masalah yang cukup memprihatinkan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari data laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang bulan Januari hingga April 2019, terdapat 37 kasus kenakalan remaja di berbagai tingkatan pendidikan. Data dari KPAI juga menunjukkan bahwa angka tawuran pelajar di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, dengan angka mencapai 12,9% pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 14% pada tahun 2018. Data KPAI pada tahun 2022 menunjukkan bahwa terdapat 226 kasus kekerasan fisik, psikis, dan perundungan di kalangan pelajar. Hal ini menunjukkan bahwa masalah kenakalan di antara pelajar di negara ini adalah sangat serius dan memerlukan perhatian lebih lanjut.

Melihat dari data-data kasus di atas, dapat dikatakan menjadi dampak negatif dari adanya Globalisasi. Perubahan dalam moral dan perilaku remaja di Indonesia yang terkait dengan pengaruh dari luar negeri adalah fenomena yang signifikan. Seringkali, budaya dan pengaruh dari negara luar dapat memengaruhi remaja secara langsung, tanpa mempertimbangkan dan memilah apakah budaya tersebut sesuai  dengan budaya kita atau tidak. Meskipun tidak ada masalah dalam mengadopsi budaya tersebut, penting untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu dan tetap menjaga budaya asli dari tanah air.

 Perilaku kecanduan terhadap gadget dan media sosial juga menjadi dampak globalisasi yang telah menyebar di berbagai lapisan masyarakat, termasuk dewasa, remaja, anak-anak, dan bahkan lansia. Hal ini merupakan fenomena yang umum di era digital. Namun dampak-dampak yang terjadi jika tidak segera diatasi dapat menimbulkan dampak lain yang lebih merugikan. Misalnya saja dari perilaku kecanduan tersebut, ini dapat membentuk kepribdaian yang individualis, tidak peduli akan apa yang terjadi disekitar, dan hal ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang ada di Indonesia salah satunya Pancasila. Dampak-dampak yang terjadi jika tidak diatasi, dapat membuat hilangnya nilai moral dan karakter  bangsa, karena lunturnya nilai-nilai luhur bangsa akibat globalisasi yang tidak dihadapi dengan bijak. Jika hal tersebut terjadi, maka kasus-kasus yang berkaitan dengan degradasi moral akan terus meningkat.

  • Kaitan degradasi moral dengan Teori Komunikasi

Hubungan antara teori komunikasi, moral, dan karakter dalam konteks globalisasi sangat penting dan relevan. Globalisasi telah mengubah cara komunikasi terjadi dan memengaruhi nilai-nilai, etika, dan karakter individu serta masyarakat secara signifikan. 

Dalam lingkungan globalisasi, teori komunikasi, moral, dan karakter saling terkait dan berperan penting dalam membentuk individu dan masyarakat yang mampu menghadapi tantangan yang muncul akibat keragaman budaya, perubahan nilai-nilai, dan kompleksitas komunikasi yang semakin meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memahami dampak globalisasi pada moral dan karakter, serta mempromosikan komunikasi etis dan budaya yang mendukung perkembangan karakter yang kuat di tengah masyarakat yang semakin terhubung ini. Adapun teori komunikasi yang pernah saya pelajari selama perkuliahan saya, terdapat 2 teori yang menurut saya berkaitan dengan kasus ini yaitu Teori Behaviorisme dan Teori Uses and Grafitication.

  • Teori Behaviorisme. Teori Behaviorisme dikembangkan oleh ilmuwan Amerika Serikat bernama John B. Watson (1878-1958). Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk respons terhadap rangsangan atau stimulus, dapat dijelaskan. Teori Behaviorisme fokus pada asosiasi antara stimulus dan respons. Dengan kata lain, jika seseorang menerima stimulus tertentu, maka responsnya bisa diprediksi. Ketika individu mengalami konsekuensi positif atau negatif sebagai hasil dari perilaku mereka, mereka cenderung memperkuat atau menghindari perilaku tersebut. Dengan demikian, individu dapat memahami bahwa perilaku yang baik dan bermoral sering kali menghasilkan konsekuensi positif, sementara perilaku yang buruk dapat menghasilkan konsekuensi negatif. Behaviorisme juga menekankan pembentukan kebiasaan. Melalui repetisi dan penguatan, individu dapat membentuk kebiasaan baik yang pada akhirnya membentuk karakter mereka. Sebagai contoh, dengan melakukan tindakan-tindakan yang bermoral secara konsisten, individu dapat membentuk karakter moral yang kuat. Selain membentuk karakter dan moral, salah satu konsep utama dalam behaviorisme adalah penguatan positif. Penguatan positif melibatkan penggunaan imbalan atau hadiah sebagai cara untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan. Dalam konteks karakter dan moral, penguatan positif dapat digunakan untuk memperkuat perilaku yang bermoral. Sebagai contoh, memberikan pujian dan pengakuan dapat digunakan sebagai bentuk penguatan positif ketika seseorang melakukan tindakan yang baik. Ini membantu memperkuat perilaku bermoral dan mendorong individu untuk terus melakukan tindakan yang positif.
  •  Teori Uses and Grafitication Teori Uses and Gratifications diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Herbert Blumer, Elihu Katz, dan Michael Gurevitch. Teori ini membahas pengaruh media pada individu dan menjelaskan bagaimana orang menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Ketika kebutuhan individu tersebut terpenuhi, mereka merasa puas. Secara keseluruhan, teori ini menjelaskan bagaimana media dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial dari para pengguna media yang aktif. Dalam era globalisasi, individu memiliki akses yang lebih besar ke berbagai jenis media dan informasi dari seluruh dunia. Pilihan media yang dibuat oleh individu sering mencerminkan nilai-nilai moral yang mereka anut. Misalnya, individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap humanisme mungkin akan mencari sumber berita atau program yang membahas isu-isu sosial dan keadilan terhadap manusia. Teori Uses and Gratifications memahami bahwa individu memilih media berdasarkan nilai-nilai moral mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam mengonsumsi konten yang sejalan dengan keyakinan mereka.Globalisasi juga memungkinkan budaya dan nilai-nilai dari berbagai negara dan kelompok tersebar melalui media. Individu yang terpapar pada beragam perspektif dan nilai-nilai ini dapat mempengaruhi perkembangan karakter mereka. Teori Uses and Gratifications mengakui bahwa media memiliki peran dalam membentuk karakter dan nilai-nilai individu karena media memiliki pengaruh terhadap pandangan dunia dan pendapat mereka.

 

Dalam mengikuti tren budaya barat, kita harus selalu ingat untuk tidak mengabaikan atau menggantikan budaya asli Indonesia. Jika kita tidak berhati-hati, budaya nusantara dapat terkikis, dan akhirnya bisa tergerus oleh pengaruh budaya barat yang kuat. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara budaya asli dan pengaruh luar agar kekayaan budaya Indonesia tetap terjaga dan berkembang. Penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat secara keseluruhan untuk memberikan panduan dan pendidikan yang memadai kepada remaja agar mereka dapat membuat pilihan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai dan budaya Indonesia. Ini juga menciptakan tugas bagi pendidikan karakter dan etika untuk membantu remaja dalam mengembangkan perilaku yang baik dan moral yang kuat.

 Pernyataan pada paragraf diatas menyadarkan kita bahwa kemajuan suatu negara sangat dipengaruhi oleh kemampuan warga negara untuk memiliki sikap yang damai, tertib, dan sederhana, serta menerapkan pola perilaku yang bersifat konstruktif atau progresif. Modal sosial ini memiliki peran kunci dalam pembangunan negara. Kekayaan sumber daya alam bukanlah jaminan bagi kemakmuran negara, kecuali jika warganya memiliki kesediaan untuk mengadopsi perilaku yang sesuai dengan karakter dan identitas bangsa Indonesia. Dari pernyataan ini kita dapat melihat bahwa Pendidikan moral dan karakter berperan besar dalam kemajuan sebuah bangsa. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus diterapkan sejak dini, mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga tinggi, karena ini akan menjadi salah satu elemen penting dalam mewujudkan impian bangsa Indonesia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun