Mohon tunggu...
Clara Wening
Clara Wening Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Sanata Dharma

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Taman Sari: Sebuah Kehidupan yang Dicari

18 Maret 2021   20:00 Diperbarui: 18 Maret 2021   20:43 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Justru gapura ini merupakan pintu masuk lain yang berada di sebelah timur. Pintu utama Taman Sari sebenarnya ada di sebelah barat berbentuk sebuah gapura yang lebih megah dibandingkan dengan gapura yang di sebelah timur. Gapura ini dikenal dengan nama Gedhong Gapura Hageng atau Gapura Agung. Banyak ukiran yang menghiasi gapura ini dan menurut situs resmi Kraton Jogja, ukiran ini menunjukkan tahun pembuatan Taman Sari. Benar-benar menarik dan sangat menakjubkan.

Di ujung pintu masuk, terdapat kolam permandian yang luas dan cantik. Kolam permandian ini dikenal dengan Pasiraman Umbul Binangun. Dulunya kolam permandian ini merupakan tempat yang digunakan untuk mandi oleh para sultan dan keluarganya. Tempat ini dikelilingi dengan tembok tinggi bercat putih yang mulai memudar dan tak beratap. Selain itu, kesan bersejarah sangat terlihat dari bagaimana keadaan dinding bangunan yang sudah retak maupun berlumut di beberapa bagian, tetapi tak meninggalkan kesan estetik dari arsitekturnya.

sindonews.com
sindonews.com
 Tak hanya satu kolam permandian yang ada di Taman Sari, melainkan tiga. Ketiga kolam permandian ini juga memiliki namanya masing-masing, Umbul Panguras di sebelah selatan,  Umbul Pamuncar di tengah, dan Umbul Kawitan di sebelah utara. Setiap kolam memiliki air yang sangat jernih dan dikelilingi dengan pot bunga yang cukup besar. Ketiga kolam ini menjadi tempat favorit para pengunjung untuk mengambil gambar atau pun berswa-foto bersama. Aku pun tak mau kehilangan momen ini, jadi aku bersama keempat kawan lainnya mengambil gambar bersama sebagai kenangan. Bagiku, mengambil gambar merupakan wujud kekaguman yang tak terucap terhadap suatu objek dan begitu juga dengan momen bersama kawan-kawan yang jarang aku nikmati.

 Puas mengelilingi kolam permandian, tujuan selanjutnya adalah sebuah tempat di balik kolam ini. Di sebelah barat kolam, terdapat pintu dengan beberapa titian anak tangga yang mengarah ke luar. Ternyata di ujung anak tangga terbentang tanah yang begitu luas dengan beberapa bangunan tinggi yang mengelilinginya.  Uniknya, tanah yang menyerupai halaman ini apabila dilihat dari ketinggian bentuknya segi delapan. Selain itu di area ini, terdapat empat buah bangunan yang memiliki ukuran yang kurang lebih hampir sama. Karena keberadaan empat bangunan inilah tempat ini disebut sebagai Gedong Sekawan (sekawan dalam bahasa Jawa berarti empat). 

Di area halamannya sekarang digunakan sebagai tempat berjualan para warga yang tinggal di Kompleks Taman Sari atau para pedagang dari luar. Ada yang berjualan makanan tradisional, minuman, bahkan mainan anak tradisional pun dapat ditemukan di sini. Tenang saja, harga-harga di sini masih termasuk murah dan sangat terjangkau. Ya, memang komplek Taman Sari bukan hanya sebuah tempat bersejarah ataupun tempat wisata saja, melainkan juga tempat tinggal bagi mereka yang sedari dulu sudah tinggal di dalam benteng Keraton. Di sebelah barat ada sebuah bangunan yang sudah sedikit runtuh, kami pun naik ke puncak bangunan. Dari atas ketinggian ini, mata kami disuguhkan dengan pemandangan kompleks Taman Sari yang dikelilingi dengan tembok tinggi bercat putih yang berdiri kokoh layaknya benteng yang megah.

Bahagia itu Sederhana

Terik matahari yang sedang di puncaknya membawa langkah kaki kami untuk menuruni bangunan dan mencari tempat berteduh. Salah satu tempatnya adalah gang di daerah rumah-rumah penduduk yang meskipun sempit, namun dihiasi dengan ornamen-ornamen hiasan yang menarik seperti lampu, tanaman, maupun hasil kerajinan dari sampah plastik. Sebotol air dingin yang kami beli di salah satu warung warga, kini menemani langkah kami menyusuri gang perumahan di Taman Sari. 

Sepanjang gang, kami bersandau gurau melepas penat dan itung-itung melepas rindu bersama. Obrolan sederhana itu tak terasa menjadi momen spesial setelah sekian lama tak bersua. Sebenarnya, masih ada satu tempat lagi yang sedang kami cari. Sedari tadi, kami telah puas menikmati keindahan dan keelokan di atas tanah Taman Sari dan kini kami pun penasaran dengan apa yang berada di bawah tanah Taman Sari.

Ya, di bawah tanah. Letaknya yang di bawah tanah tak membuat tempat ini sepi dengan pengunjung. Justru tempat ini sangat ramai karena tempatnya yang sejuk dan terlindung dari panas teriknya matahari di luar sana. Pintu masuk bawah tanah ini tak semegah dengan gerbang utama tadi, hanya sebuah gerbang sederhana dengan lebar sekitar 2-3 meter. Memasuki gerbang, kami disambut dengan alunan musik dari musisi jalanan dengan penonton yang duduk di tepi-tepian anak tangga yang menjuntai ke bawah. Kami berhenti sejenak melepas lelah dan ikut menikmati alunan musik sembari duduk di tepian tangga dekat gerbang. Rasanya seperti menonton mini konser di sebuah tribun namun tanpa menggunakan pengeras suara. 

Musisi jalanan ini juga membawakan lagu-lagu bertema Yogyakarta yang sendu dan membuat rindu. Tak hanya itu, pengunjung juga dapat memilih lagu atau pun bernyanyi bersama dengan para musisi jalanan. Menikmati alunan musik sambil bercanda gurau menjadi salah satu momen istimewa bagiku. Momen ini mengingatkanku pada kesenangan kami waktu di SMA yaitu bernyanyi bersama. Walaupun suara kami tak sebagus penyanyi di luar sana, tetapi setidaknya itu sudah cukup untuk melipur lara. Begitu juga saat menikmati alunan musik musisi jalanan. Bahkan sempat beberapa kali lagu-lagu kesukaan kami dinyanyikan, tentu saja kami langsung ikut bersenandung bersama. Rasanya enggan untuk beranjak, tetapi waktu seakan tak memberi ijin. Suasana saat itu begitu ramah, sehangat tempat kami berada sekarang, Yogyakarta.

Di samping anak tangga yang dijadikan podium para musisi jalanan, terjuntai lagi beberapa anak tangga yang mengarah ke terowongan bawah tanah. Ujung terowongan inilah yang akan menjadi destinasi terakhir kami di Taman Sari. Meskipun di bawah tanah, namun penerangan di sini tetaplah memadai dan banyak celah ventilasi yang turut menyumbang oksigen. Tak banyak yang tahu bahwa di ujung terowongan ini terdapat sebuah bangunan masjid bawah tanah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun