Mohon tunggu...
Clairine Aprillia
Clairine Aprillia Mohon Tunggu... Tentara - Pelajar

Swag

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengambilan Gen Asli Plasma Nutfah oleh Negara Lain, Bolehkah?

24 Agustus 2018   13:50 Diperbarui: 24 Agustus 2018   14:22 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kultur jaringan sendiri biasanya dilakukan pada tumbuhan yang sulit dikembangbiakkan secara generatif (misalnya tumbuhan yang tidak menghasilkan biji/menghasilkan biji yang sangat sedikit, dan tumbuhan yang tidak memiliki endosperm seperti pada biji anggrek), sehingga akhirnya dipilihlah pengembangbiakkan secara vegetatif. 

Pada dasarnya, ada dua prinsip utama dalam kultur jaringan. Prinsip-prinsip tersebut yaitu mengambil dan mengisolasi bagian tanaman yang akan dikulturkan dari tanaman induk, dan menumbuhkembangkan  bagian tanaman tersebut pada media yang sesuai. Kedua hal tersebut harus dilakukan dalam keadaan steril atau bebas hama. 

Sebenarnya, teknik yang digunakan dalam kultur jaringan sangatlah sederhana. Teknik tersebut dapat dilakukan dengan meletakkan secara aseptik bagian  tanaman yang akan dikulturkan atau disebut juga sebagai eksplan, ke dalam medium yang cocok dan steril. Jika teknik tersebut dilakukan dengan benar, maka sel yang dikulturkan akan mengalami proliferasi sehingga membentuk kalus. 

Kalus sendiri adalah proliferasi massa sel  yang sedang aktif membelah diri dan belum terorganisasi. Jika kalus dipindahkan ke suatu media yang cocok, maka kalus akan membentuk tanaman kecil dengan bagian-bagian yang lengkap. Tanaman kecil yang sudah lengkap itu disebut juga sebagai planlet. 

Saat ini, telah berkembang banyak sekali teknik-teknik kultur jaringan yang sangat meluas penggunaannya. Teknik-teknik tersebut antara lain adalah meristem culture, pollen culture/anther culture, protoplast culture, chloroplast culture, dan somatic cross. Sedangkan untuk melakukan kultur jaringan ada beberapa tahap yang harus dilakukan. 

Tahap-tahap tersebut adalah pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, dan yang terakhir adalah aklimatisasi. Tujuan dari kultur jaringan sendiri di antaranya adalah memperoleh bibit tanaman dengan sifat yang sama dalam waktu singkat, menghasilkan bibit tanaman yang bebas penyakit dalam jumlah besar, melestarikan tanaman-tanaman langka dan tanaman yang sukar dikembangbiakkan secara tradisional.

Selama ini, kita lebih sering mendengar tentang kultur jaringan pada tumbuhan, namun apakah kultur jaringan hanya bisa dilakukan pada tumbuhan? Jawabannya tidak. Ternyata kultur jaringan juga bisa diterapkan pada hewan. Namun, memang kultur jaringan pada hewan sangatlah jarang dilakukan, karena pada dasarnya kultur jaringan lebih mudah diterapkan pada tumbuhan. Hal itu disebabkan karena sel tumbuhan memiliki sifat totipotensi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sel hewan, sehingga tingkat keberhasilan kultur jaringan pada tumbuhan pun juga jauh lebih tinggi. 

Sama halnya seperti kultur jaringan pada tumbuhan, kultur jaringan pada hewan pun juga membutuhkan media tumbuh. Tentunya media tumbuh tersebut haruslah mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh sel/jaringan yang akan dikulturkan. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah karbohidrat, asam amino, vitamin, garam, lemak, hormon, zat-zat bioaktif, mineral, dan serum.

Selain penjelasan di atas, penting pula bagi kita untuk mengetahui tentang bioetika dalam melangsungkan kultur jaringan. Bioetika memang belum terlalu dikenal luas oleh orang-orang di Indonesia sebagai sebuah disiplin ilmu, padahal sebenarnya bioetika ini sangat penting untuk diketahui dan dipahami, terutama oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia biologis seperti dokter, ilmuwan, peneliti, dan lain sebagainya.

Istilah Bioetika sendiri diambil bahasa Yunani, "bios" yang berarti hidup, dan "ethos" yang berarti adat istiadat atau moral. Seorang filsuf Amerika bernama Samuel Gorovitz, mendefinisikan bioetika sebagai penyelidikan kritis dari pengambilan keputusan mengenai dunia kesehatan. 

Bioetika sendiri memiliki 2 metode dalam pelaksanaannya. Metode yang pertama adalah metode etika deontologis yang dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan. Sedangkan, metode yang kedua adalah metode konsekuensialisme. Metode ini merupakan suatu metode yang menggunakan konsekuensi sebagai acuan untuk menentukan baik buruknya suatu tindakan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa bioetika adalah suatu pedoman aktivitas bagi para biologiwan atau ahli-ahli biologi dalam melakukan pekerjaannya, sehingga kegiatannya tidak menimbulkan efek negatif bagi kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun