Mohon tunggu...
Clairin Afifah
Clairin Afifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Malang Farmasi angkatan 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resensi Buku "Selamat Tinggal" Karya Tere Liye: Sindiran Dunia Pembajakan

20 November 2021   21:40 Diperbarui: 22 November 2021   10:09 4457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan-tulisannya seringkali disalahpahami sedang membenci pemerintah, dan berkali-kali menjadi trending topics di media sosial, dan Tere Liye di-bully habis-habisan oleh pembencinya. Novel terbaru Tere Liye “Selamat Tinggal” yang rilis pada tahun 2020. Secara garis besar isi novel ini menggambarkan kehidupan kita sehari-hari, yaitu tentang sebuah kebohongan,kepalsuan, cinta pertama, patah hati, masa perkuliahan dan tentang realitas masyarakat Indonesia saat ini.

Buku ini menceritakan tentang Sintong , penjaga toko buku bajakan. Dia seorang mahasiswa berprestasi yang belum lulus karena ogah-ogahan dalam mengerjakan skripsi. Hidupnya tak lagi bergairah sejak patah hati pada cinta pertamanya. Akan tetapi, dia masih punya kesempatan satu semester saja untuk menyelesaikan skripsinya. Dia pun mulai bangkit. Semangatnya kembali membara, mengumpulkan setiap informasi demi mendukung data di skripsinya. Dalam perjalanannya, Sintong menemukan banyak kepalsuan, sama halnya dengan buku bajakan yang ia jual.

Bagi sintong, menjadi penjual buku bajakan merupakan beban yang berat. Dimana baginya mahasiswa yang memiliki jiwa literasi harus memiliki intelktual tinggi tapi malah terjun di dunia illegal yang dapat merugikan orang lain. Namun apa yang bisa sintong lakukan, ia hanya bisa menghela nafas dalam, karena ia harus membalas budi pamannya yang telah membantu segala urusannya. Bukan hanya menjadi penjual buku bajakan, tetapi kuliah yang tak kunjung usai juga berputar dalam pikiran sintong. Sintong bukan tidak mampu menyelesaikan perkuliahannya hanya saja cinta pertama yang kacau membuat sintong tidak bersemangat.

Awal perkuliahan, sintong merupakan mahasiswa aktif dalam bidang akademik maupun non-akademik. Ia selalu menyetorkan tulisannya pada redaksi menjadi pemimpin redaksi di kampusnya. Ia juga aktif dalam kegiatan pecinta alam, ia pernah mendaki 14 gunung.

Sebagai penjaga toko buku, sintong memiliki banyak teman. Salah satunya adalah Jess seorang mahasiswa fakultas ekonomi yang sempat menarik perhatiannya. Jess terlihat tidak masalah dengan pekerjaan sintong, tetapi teman  dekatnya yang bernama Bunga itu menunjukan kebenciannya terhadap Sintong. Makin hari Jess dan Sintong akrab, Jess ternyata memiliki perasaan pada Sintong. Namun Sintong memiliki trauma terhadap cinta akibat masa lalunya yang menyakitkan.

Suatu hari ketika menuju gudang buku bajakan, Sintong menemukan sebuah “Harta Karun”. Harta karun itu adalah salah satu dari lima mahakarya yang ditulis oleh seorang penulis popular bernama Sutan Pane, yang hilang dari catatan sejarah literasi nasional. Dengan persetujuan pebimbig, Sintng mengguanakan Sutan Pane sebagai kajian dalam skripsinya. 

Pilihan itu membuat Sintong harus menelusuri kehidupan Sutan Pane dan mencari tahu asal-usul hilangnya penulis besar itu dan semua karyanya. Di tengah penyelidikannya, Sintong berhasil menemukan beberapa narasumber yang memberinya banyak informasi baru. Namun informasinya belum sesuai dengan keinginan Sintong yaitu mengapa Sutan Pane menghilang. Pencarian jejak Sutan Pane membuat semangat kepenulisan Sintong bangkit, di kamar kosnya, ia mulai mengambangkan lagi tulisannya dan mengunggah di koran nasional.

Disisi lain, bude dan pakliknya meminta Sintong untuk mengembangkan bisnis buku bajakannya melalui online. Tak bisa menolak, Sintong hanya bisa mengangguk. Sedihnya, Sutan Pane yang mendukung hukum bagi pelaku pembajakan, Sintong malah melakukan hal tersebut dan menghianati Sutan Pane. Belum lagi datang kabar tiba-tiba tentang cinta pertama Sintong, Mawar Terang Bintang, yang masuk penjara dan meminta Sintong untuk menemuinya.

Di bagian akhir buku ini kita akan dibawa ke Gunung Gede di Jawa Barat, tentang pos-pos pendakian di gunung tersebut. Bertemu dengan anak kecil bernama Ratu. Ratu adalah salah satu cucu penulis terkenal yang karyanya sangat laris. Tetapi, karena yang laris buku bajakkannya, terpaksa harus menjual air di gunung. Ia tidak mendapatkan sepeser pun dari karyanya, sehingga tidak ada biaya pengobatan, warisan dan yang lainnya.

Novel ini menggunakan bahasa yang mudah di pahami terlebih penggunaan bahasa kekinian dengan istilah-istilah yang kita pakai sehari-hari menjadi kelebihan utama novel ini. Karakter tokoh utama yang unik dan sangat ekspresif dan unik membuat cerita menjadi sangat menarik. Beberapa tokoh pendukung juga memiliki karakter yang unik dan tidak mengecewakan. Pemilihan tema yang sangat menarik, jarang ada penulis yang berani membawa isu pembajakan dan plagiarisme walau sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Bagi saya, penulis terlalu fokus dan memberikan tekanan terhadap pesan yang ingin beliau sampaikan terhadap dunia pembajakan. Namun, menurut saya itu terlalu banyak sehingga seakan-akan saya sedang membaca curhatan seorang penulis. Kisah-kisah lainnya yang terselip dalam buku ini tidak diceritakan terlalu dalam, salah satunya cerita Sutan Pane yang menurut saya pada beberapa bagian terkesan “dipaksakan”, dan pada akhirnya kembali lagi ke topik pembajakan, sehingga hampir semua tokoh di sekitar Sintong terlibat di dunia pembajakan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun